MENJELANG penutupan acara-acara kunjungan resmi ke Kuria Roma, hari Jumat tanggal 14 Juni 2019 ini, maka pagi-pagi hari waktu Roma sekitar pukul 06.30, para Uskup Indonesia sudah harus berkumpul di depan Porta Sant’Ufficio, Vatikan.
Para Uskup Indonesia ini datang berkumpul di lantai dasar Basilika St. Petrus dengan tujuan ingin bersama-sama merayakan Perayaan Ekaristi di dalam Katakombe Basilika Santo Petrus.
Perayaan Ekaristi dimulai pukul 07.15 Jumat pagi ini waktu Roma mengambil tempat persis di depan makam Santo Petrus di satu Kapel terbesar di dalam kompleks Katakombe.
Untuk keperluan ini mesti ada bantuan protokoler, karena jumlah para uskup Indonesia ini ada 36 orang. Belum lagi ada beberapa imam lain ikut serta.
Maka, saya didapuk harus membantu urusan protokoler ini agar semuanya bisa berlangsung lancar.
Cuaca mendukung
Cuaca di Roma di awal hari Jumat ini sungguh indah dan cerah ceria. Ketika saya tiba di gerbang Sant’Ufficio, di mana ada dua serdadu Swiss yang selalu siap berjaga, para Uskup yang berdiri dalam pakaian hitam-ungu itu memberikan senyum segar dan bahagia.
Kami merasakan keakraban di antara kami, sesama anak bangsa.
Syukur, semua sehat-sehat, walaupun ada yang sudah berumur, dan ada pula yang sedikit mengalami gangguan kaki. Tetapi semua tetap bersemangat. Puji Tuhan.
Saya membawa mereka tanpa kontrol sekuriti menuju Gedung Fabbrica San Pietro; lalu masuk dari pintu belakang menuju Sakristi Basilika Santo Petrus.
Untuk para Uskup Indonesia ini, sudah disiapkan segala sesuatu. Para Gembala Gereja Katolik Indonesia ini diizinkan boleh menggunakan sebuah Sakristi tersendiri dengan segala perlengkapan yang sudah disiapkan.
Muncul Mgr. Filipazzi
Ketika sedang mengenakan pakaian liturgi, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kehadiran mantan Nuntius Apostolik di Indonesi, Uskup Agung Mgr. Antonio Guido Filipazzi, yang saat ini bertugas sebagai Nuntius Apostoli di Nigeria, Afrika.
Mereka saling bersalaman mesra.
Sebelum para Uskup berarak menuju, saya masih sempat memberi beberapa informasi dan arahan menyangkut “Misa Senyap” yang berarti tanpa lagu dan hanya dengan kotbah pendek ini.
Mengapa harus melakukan “Misa Senyap”. Itu karena jath waktu yang diberikan kepada rombongan para Uskup Indonesia ini hanya 45 menit.
Saya menunggu hingga mereka berarak masuk ke dalam Katakombe; tak berapa lama kemudian, saya bergegas menuju Radio Vatikan, karena beberapa menit kemudian saya sudah harus memulai perayaan Misa berbahasa Latin secara live dari Kapel Radio Vatikan.
P. Markus Solo SVD di Vatikan
Semoga Gereja didunia tetap jaya dan semoga semakin banyak metode yang diciptakan oleh Gereja agar umat semakin khusus dalam menjalankan ibadat dalam Ekaristi Kudus.Kami berhaharap semakin banyak doa2 yang harus dan wajib dijalankan oleh umat dalam keseharian supaya umat semakin sering berdoa sehingga semakin akrab,menyatu dengan Tuhan Yesus dan Bapa disurga sebagai kesatuan YMKudus.