Syellom, Wilujeng, Rahayu.
Maap, ngapunten, Si Peng-oedoed-76 lama tiada muncul di laman ini. Meski dah kenal, baik kini unjuk identitas lagi.
Sudah empat bulan, Pengoedoed 76 dibenum, ditugaskan di Sidareja. Sebuah paroki di penghujung barat Keuskupan Purwokerto. Tak jauh dari jalan wisata menuju Pangandaran.
Sebagaimana orang hidup, ada banyak cerita, kisah yang ter-alam-i di sana. Ada kisah nyata, semi nyata, maupun horor.
Juga kisah-kisah iman, kisah kemanusiaan.
Tak jauh dari Sidareja, di jalan menuju Pangandaran, ada jembatan kembar. Maksudnya, jembatan lama, karena terlalu sempit, ditambah satu jembatan baru di sebelahnya.
Alkisah, ketika jembatan baru dibangun, tidak lancarlah pengerjaannya. Untuk pondasi jembatan, dibikinlah tiang-pancang-tiang pancang. Setengah pekerjaan penanaman tiang pancang, ada satu yang ditancapkan tak bisa dalam, mejen, njendhel.
Mesin penghantam tak mampu memukul dalam. Padahal sebagian yang lain, mudah-mudah saja pancang beton itu menancap ke bumi.
Sekian waktu terhenti, kontraktor berpikir, ada apa gerangan. Dicari solusi-solusi pilihan. Titik cerah tapi meragukan datang, ketika salah seorang umat yang ikut bekerja di situ, memberi usulan.
Usulan unik, bikin slametan, sembelih Hewan Kerbau, kepalanya di tanam dekat situ. Dan tentu didaraskan doa-doa.
Usul itu ditanggapi, dilaksanakan. Sesudah selesai, hari berikutnya pekerjaan penancapan paku bumi dilanjutkan. Alamak!
Aneh bin nyata, tiang pancang-paku bumi itu berhasil ditancapkan, sebagaimana yang lainnya. Orang-orang bilang, Sing-Tunggu’ nyuwun wadal.
Peristiwa mistis, peristiwa semi-iman, peristiwa gugon tuhon, peristiwa faktual? Selanjutnya terserah Anda…..
Syellom, Wilujeng, Rahayu.
Sidareja, Medio Maret 2018
=Peng-oedoed 76=-