Tahun C-1. Selasa dalam Oktaf Paskah
Selasa, 23 April 2019.
Bacaan: Kis 2:36-41; Mzm 33:4-5.18-19.20.22; Yoh 20:11-18.
Renungan:
MARIA Magdalena tenggelam dalam suasana duka yang mendalam karena mengikuti sengsara, wafat dan sekarang ini jenasah Yesuspun tidak ada. Dia fokus pada dirinya sendiri, menyalahkan orang lain bahkan tidak mengenai dengan siapa ia berbicara. Sapaan “ibu” tidak mampu membuat Maria mengenal Yesus, tetapi begitu mendengar namanya disebut “Maria”, ia mengenal Yesus. Di dalam nama tersebut juga terkandung relasi personal. Dan itulah yang menyadarkan kepadanya tentang siapa dia tetapi juga menyadarkannya siapa yang memanggil dengan nama yang khas seperti itu yaitu : Yesus.
Kedukaan yang mendalam dan bertubi-tubi membuat kita “gelap mata” untuk mengenal kebaikan Tuhan dan orang lain dalam hidup kita. Kita tidak lagi mampu menguasai gejolak emosi dan kejernihan pikiran serta perilaku kita. Dengan sendirinya, relasi kita dengan orang-orang di sekitar kita juga buruk. Kita sensitif terhadap omongan orang dan mudah menyalahkan orang lain. Untuk bangkit dari keterpurukan ini harus dimulai dengan “penyadaran diri : siapakah aku”, salah satunya adalah dengan dibantu mengingat perjalanan hidup pribadi, melihat peristiwa dengan jernih dan merencanakan apa yang terbaik yang masih dapat kita lakukan. Pengalaman ini sering disebut sebagai pengalaman “kebangkitan pribadi” atau “kehidupan baru”.
Kontemplasi:
Gambarkan bagaimana Maria terbuka hidupnya telah mengalami kesadaran diri berjumpa dengan Tuhan.
Refleksi:
Bagaimana caraku untuk tidak tenggelam dalam kedukaan atau kesedihan?
Doa
Ya Bapa, semoga di tengah kabut duka hidupku, telinga batinku masih mendengar suara Yesus yang menyadarkan aku untuk bangkit kembali.
Perutusan:
Bangun dan wartakanlah sukacita kebangkitan.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)