PESPARANI, Pertama Kalinya Umat Katolik Gelar Festival Paduan Suara Rohani Liturgis (1)

0
443 views
Ketua LP3KN Prof. Adrianus Meliala (kedua dari kiri) tengah bicara dengan jajaran media mengenai persiapan PESPARANI di Ambon 27 Oktober-2 November 2018 saat jumpa pers di Jakarta (16/10/18) - Mathias Hariyadi

INI akan menjadi peristiwa bersejarah di Republik ini. Yakni, Umat Katolik  di seluruh Nusantara akhirnya bisa memiliki ‘forum  bersama’ di mana terjadi acara festival paduan suara bercitarasa rohani-liturgis khas Katolik.

Panggung itu bernama PESPARANI alias Pesta Paduan Suara Gerejani. Perhelatan ini akan berlangsung di Ibukota Ambon, Maluku, mulai 27 Oktober hingga 2 November 2018 mendatang.

8.000-an peserta

Pada kesempatan jumpa pers di Gedung Pastoral KAJ, Selasa (16/10/18) siang kemarin, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Nasional (LP3KN) selaku panitia pelaksana mengatakan kurang lebih 8.000-an peserta dari 32 provinsi dari seluruh Indonesia akan mengikuti PESPARANI di Ambon.

Jumlah maksimal anggota kontingen setiap provinsi di perhelatan PESPARANI ini adalah 240 orang. Namun provinsi NAD dan Gorontalo hanya ‘mampu’ mengirim maksimal 15 orang untuk mengikuti gelaran festiva paduan suara khas Katolik ini.

PESPARANI 2018 di Ambon pekan mendatang lahir  berkat kerja keras Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Nasional (LP3KN) dalam kerjasamanya dengan Pemerintah Daerah Maluku plus dukungan kencang Kementerian Agama dan KWI.

Sebagai lembaga betul-betul grès, keberadaan LP3KN mendapat dukungan moril dari  KWI dan kiprahnya difasilitasi oleh pemerintah melalui Kementerian Agama, jajaran pemerintah pusat dan daerah di Maluku. Struktur kelembagaan LP3KN memberi ruang bagi pastor pejabat KWI, pejabat Ditjen Bimas Katolik Kemenag, dan sejumlah kaum awam Katolik menjadi penggiatnya.

Lihat sekilas profi PESPARANI dalam video berikut ini:

https://www.youtube.com/watch?v=ETF44DKfT_s&t=119s

Kembali ke “rumah sendiri”

Dalam hal gelaran pesta paduan suara rohani ini, Gereja Katolik Indonesia boleh dibilang sangat ketinggalan dibandingkan dengan kiprah Gereja Denominasi Kristen.

Sementara jaringan PGI sudah berhasil menggelar PESPARAWI sejak tahun 1983, Umat Katolik Indonesia baru bisa meretas ‘lahirnya’ PESPARANI di tahun 2018. Dan menjadi jauh tertinggal lagi ketika sejarah mencatat bahwa MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) sudah lebih dahulu eksis di Tanahair sejak tahun 1968.

Meski demikian, begitu berhasil didesain PESPARANI 2018, maka sejumlah musisi Katolik dan lainnya mulai menyatakan antuasiasmenya ikut penuh  mendukung gelaran festival paduan suara rohani khas Katolik ini. “Ibarat kata, mereka ‘pulang ke rumah sendiri’,” ungkap Ketua LP3KN Prof. Adrianus Meliala, ahli kriminologi UI dan anggota Ombudsman Indonesia. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here