SEMBILAN imam memimpin misa requiem konselebrasi untuk menghormati mendiang Romo Thomas Martin Fix SCJ di Gereja Santo Stefanus Cilandak, Jakarta Selatan, tepat pukul 18.45. Ribuan umat mengikuti misa requiem dengan intensi khusus mendoakan Romo Fix ini.
RomoSuyoto SCJ selaku superior regional rumah-rumah SCJ di Jakarta memimpin upacara misa ini. Sementara, Romo Sumardi SCJ yang berbulan-bulan ikut menemani Romo Fix dalam penderitaannya selama sakit di RS Sint Carolus Jakarta mendapat tugas memberi testimoni dalam homili.
Selain membeberkan hari-hari menentukan dalam perjalanan sakitnya Romo Fix, Romo Sumardi SCJ kembali menegaskan bahwa semula Romo Fix tidak pernah mau mengeluhkansakitnya.
Itulah ciri khas Romo Fix yang tidak mudah mengeluh, sekalipun teman-teman imam di Pasturan Stefanus Cilandak sudah mengamati kalau sudah sejak Januari lalu cara berjalan beliau sudah tidak normal dan untuk naik ke tangga atas pun sudah perlu dipapah.
Dua pekan menjelang dipanggil Tuhan hari Sabtu (21 April) lalu, almarhum Romo Fix telah mengungkapkan dirinya “sudah siap” menghadap Tuhan. Karena sadar bahwa semua proses pengobatan untuk menjinakkan kankernya tidak bisa diandalkan lagi, dia sengaja ingin memilih pulang dan ingin istirahat saja di pasturan.
Namun, setelah berkali-kali “dibujuk” oleh kolega romo bahwa di pasturan tidak ada fasilitas pendukung, barulah hati Romo Fix menjadi luluh.
Namun, kata Romo Sumardi SCJ dalam homilinya, Romo Fix SCJ kemudian minta dikirimi jubah dan kasula bersih agar bisa dia pakai untuk misa. “Juga minta dibentuk sebuah ‘panitia kecil’ yang baru kemudian kami tahu maksudnya,” ujar Romo Sumardi.
Menjelang hari-hari terakhirnya sebelum dipanggil Tuhan, hanya ada permintaan “sederhana” yang diminta almarhum Romo Fix bila kelak Tuhan menyapanya dan memanggilnya. “Tolong masukan dua buku pribadi saya dalam peti,” tutur Romo Sumardi mengulangi permintaan Romo Fix beberapa hari sebelumnya.
Cintanya yang besar terhadap ekaristi
Sebagai imam, tidak ada cinta dan hormat yang lebih besar yang telah ditunjukkan Romo Fix SCJ selama mengarungi bahtera kehidupan selama 53 tahun hidup imamatnya selain perayaan ekaristi. Menurut Romo Sumardi, meski didera sakit dan penderitaan fisik yang ngilu Romo Fix tidak pernah “melupakan” merayakan ekaristi bersama para romo yang setiap hari mengunjungi beliau di kamar pasien.
Ketika buku tata perayaan ekaristi dalam bahasa Inggris sampai di tangannya, sering almarhum Romo Fix mengucapkan kata-kata hiburan seperti “Into your hands, O Lord, I commit my spirit; you have ransomed me, O Lord, God of Truth”.
Juga kalimat lain yang almarhum selalu suka ucapkan setiap kali selesai komuni: “The most sacred Heart of Jesus, my soul will be healed!”.
Pertandingan selesai
Hari-hari menjelang ajalnya sudah tiba, persis sepekan sebelum datangnya “Hari-H”, dengan kesadaran penuh Romo Fix minta semua peralatan medik dicabut karena toh tidak bisa member harapan bisa “memperpanjang” hidupnya lebih lama lagi. Dengan gurau dia selalu mengatakan, “Pertandingan sudah selesai!.”
Beliau selalu mengatakan itu dengan sunggingan senyuman. Satu pertanda kuat bahwa dia sudah siap “menghadap” Sang Pencipta. (Bersambung)
Photo credit: Misa requiem untuk almarhum Romo Thomas M. Fix SCJ di Gereja St. Stefanus Cilandak, Jakarta, Minggu (22/4) malam (Mathias Hariyadi & Dian Wiardi)
RIP: Pastur Thomas “Tom” Fix SCJ (1)
Romo Tom Fix SCJ: Tipikal Seorang Pastur yang Baik, Ramah, dan Selalu Murah Senyum (2)
Romo Thomas “Tom” Fix SCJ: Dari Seminari ke Paroki (3)
Romo “Tom” Fix SCJ: Misionaris dari Milwaukee ke Indonesia, lalu ke India (4)
Romo Thomas M. Fix SCJ: “Selalu tak Mampu Berkata ‘Tidak’ bila Harus Menolong” (6)
buku bisa diperoleh dimana ya ?