MUNGKINKAH Paus Fransiskus sudah terinfeksi virus mematikan coronavirus alias Covid-19?
Pertanyaan ini kini mengisi benak pikiran banyak orang. Utamanya, setelah sebuah situs kurang terpercaya “berani” menyebutkan, Vatikan merilis konfirmasi pada hari Sabtu malam tanggal 29 Februari 2020 ini bahwa Paus Fransiskus “benar” telah mengalami infeksi coronavirus.
Situs yang kurang terkenal itu juga menyebutkan, dua pembantu Paus juga telah terinfeksi virus mematikan Covid-19.
Yang pasti, beberapa media utama Barat tidak pernah merilis informasi heboh seperti itu.
Vatican News dan beberapa media terpercaya lainnya malah mengatakan, Paus Fransiskus hingga hari kedua setelah terkena “flu” itu masih tetap melakukan pertemuan di Santa Marta, tempat residensialnya di kompleks Vatikan.
Pada hari ketiga di hari Sabtu tanggal 29 Februari 2020 ini sejak Paus dikabarkan telah menderita sakit “flu”, Vatikan memastikan bahwa sejumlah rencana kegiatan Paus telah ditunda atau dibatalkan.
Hanya satu soal tidak atau belum “terjawab”, benarkah Paus Fransiskus sudah terkena infeksi coronavirus?
“Jumat pagi ini, Paus Fransiskus tetap memimpin Perayaan Ekaristi harian di pagi hari, menyapa para umat yang mengikuti misa, namun sejumlah rencana kegiatan terpaksa ditunda,” demikian keterangan Direktur Kantor Pemberitaan Vatikan Matreo Bruni pada hari Jumat kemarin.
“Agenda pertemuan lain di Santa Marta tetap berlangsung,” tambahnya kemudian.
Hari Kamis sebelumnya, otoritas Vatikan resmi membatalkan acara Paus dalam sebuah kegiatan pertemuan dengan sekelompok imam di Basilika Santo Yohanes Lateran di Roma atas alasan kesehatan.
Ketidakhadiran Paus kemudian diwakili oleh Angelo Kardinal de Donatis, “Vikjen” Keuskupan Roma, yang kemudian membacakan teks pidato Paus.
Paus secara ex officio juga menjadi Uskup Keuskupan Roma.
Sekarang ini, Paus Fransiskus telah berusia 83 tahun.
Kasus merebaknya coronavirus di Italia hingga hari Sabtu ini sudah mencatat angka 888 dan sebanyak 21 pasien positif terkena infeksi Covid-19 telah meninggal dunia.
Laporan menyebutkan, setelah Tiongkok, maka kasus coronavirus terbanyak terjadi di Korea Selatan dan kemudia Italia, khususnya di wilayah utara negara produsen Ferrari ini.
PS: Diolah dari berbagai sumber di antaranya Vatican News, Asia Times, New York Post, dan lainnya.