Ziarah ke Makam Nyi Ageng Serang, Cara Siswa SD Kanisius Kenalan Belajar Sejarah

0
680 views
Siswa SD Kanisius Kenalan merefleksikan kisah hidup dan perjuangan Nyi Ageng Serang bersama Pak Guru Simus (kiri berkaos ungu) di pendopo makam Nyi Ageng Serang, Sabtu (17/11/2018). (Sesawi.net/Abdi Susanto)

SEKUMPULAN anak-anak SD berpakaian pramuka terlihat ceria menyusuri jalanan beraspal di Pegunungan Menoreh. Setidaknya ada 20 anak dengan dua guru yang mendampinginya.

“Ini anak kelas 5-6. Kami jalan kaki di siang terik ini menuju Makam Nyi Ageng Serang,”ujar Yosef Onesimus Maryono, sang kepala sekolah yang juga guru anak-anak siswa Sekolah Dasar Kanisius Kenalan, Borobudur di lokasi makam, Sabtu, (17/11/2018).

Siswa SD Kanisius Kenalan melakukan upacara di halaman makam Nyi Ageng Serang, Sabtu (17/11/2018). (Sesawi.net/Abdi Susanto)

SD Kanisius kenalan terletak di Jalan Jagalan Suroloyo km 4, Wonolelo, Kenalan, Borobudur. Sementara Makam Nyi Ageng Serang terletak di Desa Beku, Banjaroyo, Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Google menandai perjalanan itu dengan bilangan 10 kilometer.

Sehari sebelumnya, anak-anak ini bersama ibu guru melakukan persiapan di sekolah. Dibantu Bu Santi, secara berkelompok mereka menyusun rencana. Apa yang hendak mereka lakukan di hari H? Mulai dari mengumpulkan cerita tentang Nyi Ageng Serang dan membaginya menjadi lima bagian untuk dibacakan di setiap perhentian, membuat doa dan renungannya setelah kisah itu dibacakan hingga mendaftar hal-hal kecil dan teknis apa saja yang harus dibawa seperti makanan, minuman, obat-obatan, tongkat dan lain-lain. Sebagian besar disusun sendiri oleh anak-anak ini didampingi Bu Guru Santi.

Siswa SD Kanisius Kenalan sedang menyiapkan diri melakukan ziarah ke makam Nyi Ageng Serang di kelas.

“Kami tidak mengizinkan anak-anak ini jajan. Mereka harus membawa bekal dan nanti dimakan bersama di perhentian terakhir di makam,”ujar Simus.

Terik mentari jelas menyengat kulit tanpa ampun dan membuat tenggorokan mudah haus. Namun, anak-anak ini tetap bersemangat menjalankan kegiatan ziarah sekaligus belajar sejarah.”Kami sengaja memanfaatkan sumber pengetahuan lokal yang ada di sekitar kami seperti makam ini untuk belajar sejarah sehingga muatan lokalnya nyata sekaligus memperingati hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November lalu,”ujar Simus.

Di lokasi makam, anak-anak diajak Pak Guru Simus untuk bertanya dan mendalami siapa sebenarnya Nyi Ageng Serang bersama juru kunci. Mereka diberi kebebasan untuk bertanya apa saja. Setelah itu, masing-masing anak-anak diminta untuk menyebutkan tiga kata kunci yang mewakili kesan, perasaan mereka atas kisah hidup dan perjuangan Putera Panembahan Notoprojo penguasa Wilayah Serang (Wilayah di antara Purwodadi-Sragen), Jawa Tengah.

Setelahnya mereka membuat janji atau niat yang dibacakan pada upacara bendera yang diselenggarakan di halaman makam.

Menurut Pak Guru Simus, setidaknya dari perjalanan ziarah ini bisa diambil banyak manfaat untuk pendidikan anak-anak. Yang pertama, anak-anak dipaksa jalan kaki sepanjang 20 kilometer bolak-balik tanpa mengeluh dan tanpa jajan, melainkan harus bawa bekal sendiri. Ini menempa mental mereka agar tahan banting.

Kedua, anak-anak bisa belajar sejarah sekaligus menimba semangat para leluhur yang juga pahlawan nasional yang kebetulan makamnya ada di wilayah tak jauh dari sekolah mereka. “Ketiga, anak-anak, belajar mandiri sekaligus berorganisasi karena semua kegiatan nyaris disiapkan oleh mereka sendiri didampingi ibu guru,”ujar Simus menegaskan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here