1.05.2020 Jumat (P), Makanlah Tubuh-Nya dan Minumlah Darah-Nya

0
439 views
Roti Hosti by http://fatherhumberto.blogspot.com
  •  Kis. 9:1-20;
  • Mzm. 117:1,2;
  • Yoh. 6:52-59

Lectio  

52  Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” 53  Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 54  Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

55  Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 56  Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 58  Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” 59  Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

Meditatio-Exegese

Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu

Perselisihan pendapat antara Yesus dan pemimpin agama Yahudi makin meruncing. Yesus melawan para pemimpin Yahudi. Ia tak lagi menggunakan kata barang siapa, tatepi langsung menunjuk orang dengan kata kamu.  

Para pemimpin agama Yahudi terpecah dan tergoncang setelah mendengar sabda-Nya, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51). 

Mereka mengira komunitas Kristiani adalah komunitas yang sangat kejam, pelaku kanibalisme. Jemaat membunuh Yesus dan mencincang tubuh-Nya dan makan daging-Nya.

Mungkin lebih buruk dari pada perilaku raja Ahas, yang mempersembahkan anaknya pada Baal dalam korban api (2Raj. 16:3; 2 Taw 28:3). Dalam ritus ini ada semacam ‘kontrak’ untuk mengorbankan manusia pada setan. Mereka pun bereaksi, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan” (Yoh 6:52).

Makan daging-Ku, minum darah-Ku

Yesus justru memperuncing dengan sabda yang lebih keras, minum darah-Ku. Apabila sabda-Nya dilepaskan dari konteks pemaknaan akan Ekaristi, sabda-Nya sungguh menggambarkan sesuatu yang mengerikan dan tidak pantas. Makan daging merupakan perilaku yang sangat keji dan penuh kebencian (Za 11:9); dan perilaku mengerikan dalam pembantaian diungkapkan dalam minum darah (Yer 46:10).

Dalam Perjanjian Lama roti dan anggur dipersembahkan dalam korban syukur sebagai tanda atau ungkapan syukur kepada Sang Pencipta sebagai pemberi dan penyelenggara hidup. Melkhizedek, imam dan raja (Kej 14: 18; Ibr 7:1-4), mempersembahkan korban dalam rupa roti dan dan anggur.

Persembahannya menjadi pralambang persembahan yang diciptakan oleh Yesus, Imam Agung dan Raja segala raja (Ibr 7:26; 9:11; 10:12). Kenangan akan manna di padang guru mengingatkan bahwa manusia tidak hanya hidup dari roti duniawi, tetapi juga “dari segala yang diucapkan Tuhan” (Ul 8:3).

 Pada saat perjamuan terakhir ketika Yesus memberkati cawan berisi anggur, Ia bersabda, “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:27-28). Yesus menunjuk pada pengorbanan diri-Nya yang akan segera dialami di kayu salib, ketika Ia mencurahkan darah-Nya bagi manusia.

Ia mencurahkan darah-Nya dan memberikannya untuk manusia sebagai korban silih atas dosa manusia dan dunia.   Kematian-Nya di salib menjadi pemenuhan korban anak domba Paskah  yang darahnya menyelamatkan bangsa Israel dari kematian di Mesir. 

Santo Paulus menulis, “Anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus” (1 Kor 5:7). Santo Paulus menggemakan suara Santo Yohanes Pembaptis yang menyebut Yesus “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29).  

Yesus mengorbankan diri-Nya sendiri sebagai persembahan yang sungguh berkenan pada Bapa. Ia “telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat” (Ibr.  9:14) dan “telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah” (Ef. 5:2).

Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya

Ketika ambil bagian dalam Perjamuan Ekaristi, kita dipersatukan dalam hidup, penyerahan dan persembahan diri-Nya.  “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh. 6:53).

 Maka, ”Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:54). Yesus meringkas dengan indah dan mendalam saat Ia bersabda (Yoh. 6:58), “Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”, qui manducat hunc panem, vivet in aeternum.

Jemaat yang dibina Santo Yohanes memberi makna mendalam atas Perayaan Ekaristi di tengah tekanan penindasan, pengejaran, aniaya dan pembunuhan atas mereka. Mereka mengingat kesucian yang melingkupi perayaan Ekaristi, seperti ungkapan Santo Paulus, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).

Yesus memilih waktu menjelangperayaan Paskah Yahudi untuk memberi makna baru atas peristiwa itu. Yesus lewat menuju kepada Bapa melalui kematian dan kebangkitan. Inilah Paskah Tuhan!

Katekese

Tinggallah di dalam Kristus. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430  :

“Yesus meminta kita untuk menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, bahan-bahan makanan yang dikumpulkan menjadi satu dari banyak sekali unsur. Apa yang dimaksud dengan makan roti itu dan minum minuman itu adalah : tinggal di dalam Kristus dan memohon agar Ia tinggal di dalam diri kita” (dikutip dari  Sermon on John 26,112)

Oratio-Missio   

  • Tuhan, Engkaulah Roti Hidup dari sorga. Semoga aku selalu hidup dengan penuh suka cita dan damai, bersatu dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus, sekarang dan selamanya. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan untuk membuat Ekaristi pusat hidupku?

      qui manducat hunc panem, vivet in aeternum – Ioannem 6:58    

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here