SETELAH sempat menunggu tiga tahun usai diterjemahkan oleh Widyoputranto dan Dono Sunardi (keduanya anggota paguyuban sesawi), buku karangan Pater James Martin SJ yang aslinya berlabel The Jesuit Guide to (Almost) Everything: A Spirituality for Real Life terbit pada Juli tahun ini dan diluncurkan pada Minggu, (27/8/2017).
Buku setebal 508 halaman ini diterbitkan oleh Yayasan Sesawi dalam versi Indonesia dengan tiras 1.500 eksemplar. “Sampai jam 14.35, hanya tersisa 9 buku eksemplar saja,”ujar Wahyu Prihadi sang ketua panitia peluncuran buku berjudul “Spiritualitas Yesuit dalam Keseharian.” di Sanggar Prathivi, Jakarta.
Rencananya dari penjualan buku ini, yayasan akan menyisihkannya untuk keperluan pendidikan para seminaris di Mertoyudan. “Dengan dana yang terkumpul ini yang sebelumnya cuma bisa bantu 5 siswa per bulan, bisa ditingkatkan menjadi 10 siswa per bulan,”ujar Markus Sunarto Ketua Yayasan Sesawi yang baru.
5 orang siswa tambahan yang dibantu rencananya semuanya dari Mertoyudan (Seminari Menengah Mertoyudan) dengan pertimbangan adanya laporan yang jelas dan kepastian seminaris mana yang dibantu.
Peluncuran buku diawali dengan ekaristi dipimpin Romo Krispurwono Cahyadi SJ sekaligus pembicara utama bedah buku. Krispurwono sengaja hadir dan datang dari Girisonta, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah khusus untuk keperluan ini.
Pastor berperawakan kurus ini adalah Direktur Pusat Spiritualitas Girisonta. “Romo melatih para suster, bruder, dan romo lain untuk berbagai keperluan pelatihan kerohanian dan retret,”ujar Wahyu.
Meski ahli teologi dogmatik, Krispurwono Cahyadi tidak bicara tentang rumusan-rumusan ajaran yang tinggi dan muluk-muluk. “Spritualitas Yesuit dalam Keseharian ini bukanlah buku tipikal pembahasan teologis tentang apa itu spiritualitas Yesuit. Melainkan, buku ringan yang membahas semua gagasan penting dalam jalinan besar spiritualitas Yesuit,”kata Mathias Hariyadi sang editor buku ini.
Krispurwono bahkan lebih suka menyebutnya sebagai Spiritualitas Ignasian supaya yang membaca tidak merasa diyesuitkan. Apalagi ketika Ignasius menemukan spiritualitas ini dia seorang awam. “Intinya, buku ini mau bicara bahwa Tuhan hadir di mana-mana dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan tidak hanya ada di kapel atau gereja tetapi juga di toilet, di pasar,”tegas Kris begitu pria ini biasa disapa.
Selain Krispurwono, hadir pula dalam acara ini Romo Alex Dirjo SJ yang juga pakar spiritualitas serta pengamat politik J. Kristiadi yang bicara spontan tentang pengalamannya mengalami pendidikan Yesuit di De Britto semasa SMA dan memanfaatkan spiritulitas Yesuit dalam kehidupannya berpolitik.
Selain peluncuran buku, di sela-sela ekaristi dilakukan pula pelantikan pengurus baru Paguyuban dan Yayasan Sesawi. “Ini baru pertama kalinya dalam sejarah sejak Paguyuban dibentuk 17 tahun yang lalu,”ujar sesepuh Paguyuban Sesawi, Winoto Doeriat.