Home BERITA Belarasa 10 Tahun BKSY, Kardinal Suharyo Jelaskan Program BKSY kepada Para Bankir dan...

10 Tahun BKSY, Kardinal Suharyo Jelaskan Program BKSY kepada Para Bankir dan Praktisi Finansial (1)

0
224 views
Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menjelaskan apa dan bagaimana latar belakang diciptakannya Program Berkhat Santo Yusup (BKSY) di hadapan para bankir dan praktisi finansial Katolik. Berlangsung di Wisma Residensial Uskup KAJ, 30 November 2023. (Titch TV/Mathias Hariyadi)

BELUM banyak umat Katolik -bahkan di wilayah reksa pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pun- sudah tahu apa dan bagaimana BKSY (Berkhat Santo Yusup) itu.

BKSY adalah program yang digagas oleh PaLingSah -sebuah paguyuban alumni Seminari Mertoyudan. PaLingSah sengaja dibentuk 12 tahun lalu dengan maksud dan tujuan ingin “mendampingi” Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo.

Karena di tahun 2013 lalu itu, Kardinal Suharyo baru saja dimutasi dari posisi dan jabatannya sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) menjadi Uskup Koajutor (pembantu) Uskup KAJ waktu itu: Julius Kardinal Darmaatmadja SJ.

Latar belakang sejarah

Begitu Kardinal Julius pensiun sebagai Uskup KAJ, maka Kardinal Suharyo langsung menjadi uskup baru KAJ; menggantikan posisi dan jabatan yang ditinggalkan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang kemudian menikmati masa pensiunnya di Wisma Emmaus Girisonta, Ungaran, Jateng.

Karena merasa tidak “tahu banyak” tentang dinamika dan tantangan pastoral di KAJ lantaran datang dari “desa” (baca: KAS), maka Uskup Kardinal Suharyo merasa bersyukur. Karena itu segera hadirlah PaLingSah, lengkap dengan segudang kapabilitas profesional di banyak bidang di antara para anggotanya yang sigap dan siap membantunya. Salah satunya adalah kontribusi mereka ikut serta di balik layar merumuskan arah orientasi reksa pastoral KAJ bagi segenap umat.

“Dari situlah kemudian lahir semacam motto pastoral KAJ yang berbunyi ‘Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa’. Kemudian, lahir pula semacam orientasi reksa pastoral saya sebagai uskup yang berbunyi ‘Gembala Baik dan Murah Hati’, demikian seterusnya,” tutur Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo di hadapan sejumlah bankir dan praktisi finansial serta beberapa anggota PaLingSah di Wisma Residensial Uskup, Kamis 30 November 2023 lalu.

Pertemuan informal Kardinal Suharyo dengan sejumlah bankir dan praktisi keuangan itu digagas oleh PaLingSah. Dengan maksud dan tujuan sederhana. Yakni,

  • Ingin mengundang mereka makan siang bersama.
  • Sekaligus menginformasikan, selama 10 tahun terakhir ini KAJ ternyata sudah punya sebuah program bantuan kemanusiaan yang sangat mulia dan luhur. Namanya:Berkhat Santo Yusup atau BKSY.

Menjaga martabat manusia, sekalipun sudah meninggal

November 2023 tahun ini, Program BKSY genap merangkai umur 10 tahun. Namun, masih saja banyak umat Katolik -bahkan di KAJ pun- belum dhong (tahu-menahu) tentang apa dan bagaimana BKSY ini.

Maka kemudian langsung dijelaskan dengan sangat baik oleh Th. Wiryawan dan Kaduhu -keduanya punggawa penting di jajaran PaLingSah- bahwa BKSY KAJ ini ini merupakan sebuah program bantuan kemanusiaan.

Guna bisa membantu saudara-saudari kita yang:

  • bilamana salah satu anggota keluarganya meninggal dunia, keluarga duka bisa langsung mendapatkan santunan kematian berupa bantuan finansial sebesar Rp 10 juta/kasus.
  • bilamana sakit dan kemudian harus dirawat di RS, maka bantuan kemanusiaan itu bisa diberikan kepada pasien anggota BKSY sebesar Rp 100 ribu/orang/hari.
Logo BKSY.

Maksud dan tujuan

Tentu ada pertanyaan, mengapa KAJ sampai “berani” meluncurkan program kemanusiaan berupa santunan bantuan amal kasih ini?

Lagi-lagi dijelaskan oleh Wiryawan dan Kaduhu -keduanya praktisi finansial dan perbankan- karena Program BKSY ini memang dirancang untuk mengimplementasikan semangat “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa”. Sekaligus juga menjadi wujud nyata dari gerakan mengimplementasikan “semangat” Uskup KAJ menjadi seorang “Gembala Baik dan Murah Hati”.

Menjadi sangat relevan sekali guna membantu yang berkesusahan di kala ada musibah keluarga, maka Program BKSY ini bisa langsung menyediakan bantuan finansial kepada para anggotanya manakala sedang tertimpa musibah sakit dan meninggal dunia.

“Sekalipun sudah meninggal dunia, kita ingin tetap memperlakukan saudara-saudari kita yang sudah meninggal tersebut secara bermartabat. Dengan melakukan prosesi pemakaman yang baik, layak, dan terhormat,” demikian kurang lebih ungkapan “penalaran” Kardinal Suharyo kepada para bankir dan praktisi finansial tentang “filosofi” di balik gagasan program kemanusiaan bernama BKSY ini.

Iuran Rp 80 ribu/tahun

Tentu saja, orang lalu bertanya: siapa saja yang boleh ikut bergabung dalam Program BKSY besutan KAJ melalui PaLingSah ini?

Jawabannya gampang saja: siapa saja boleh ikut serta. Tidak hanya umat Katolik di KAJ, tetapi dari umat dari keuskupan-keuskupan lain juga terbuka. Bahkan sejumlah paroki di KAS juga sudah gencar “mengkampanyekan” penting dan perlunya mengikuti Pogram BKSY ini.

Termasuk saudara-saudara kita di mana pun juga yang tidak Katolik pun boleh mendaftarkan diri untuk ikut serta.

Syarat menjadi anggota Program BSKY

Syaratnya pun juga sangat mudah dan tidak njlimet:

  • Fotokopi KTP dan KK.
  • Kirim kedua berkas fotokopi atau hasil pindai dua dokumen di atas ke BKSY melalui email atau nomor WA.
  • Satu pekan kemudian, anggota baru ini akan mendapatkan semacam “Kartu Anggota” BKSY yang bisa digunakan untuk mengajukan claim santunan bantuan kematian dan rawat inap di RS.
  • Biayanya sangat ringan; hanya Rp 80 ribu/tahun saja untuk setiap anggota.
  • Dibayarkan setiap tahun menjelang berakhirnya masa kartu agar bisa diperbarui.

Pending coffee system

Bagi banyak orang, uang senilai Rp 80 ribu untuk bayar iuran keanggotaan setahun BKSY itu bolehlah dibilang itu uang recehan banget. Gak ada artinya, karena sehari saja kalau kita makan di food court sebuah mal, kita bisa menghabiskan lebih dari Rp 100 ribu.

Nah, bila demikian, maka gagasan mulia reksa pastoral KAJ yang berbunyi “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa” itu kini mendapatkan peluang cantik. Untuk diimplementasikan dalam konteks bisa menggaet anggota-anggota baru BKSY yang barangkali untuk membayar Rp 80 ribu/tahun sangat keberatan atau malah tidak mampu sama sekali. Kasus-kasus macam ini banyak.

Nah, umat Katolik di mana pun berada bisa berkontribusi mewujudnyatakan semangat berbelarasa itu dengan ikut “mbayarin” calon-calon anggota baru BKSY yang tidak “mampu” tersebut.

Ilustrasi – Menolong membantu sesama. (Ist)

Sistem berbelarasa model BKSY ini disebut pending coffee. Caranya gampang saja. Tinggal hubungi admin dan narahubung pengampu Program BKSY. Katakan saja, sebagai misal, bahwa “saya” ingin membayari anggota baru bernama A, B, C, D, E, dan seterusnya.

Dalam konteks inilah, semangat “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa” menemukan format konkritnya dalam hidup bermasyarakat dan bersaudara satu sama lain di lapangan.

“Tidak nyambung kalau semakin beriman, tapi ujungnya malah ngajak berantem. Harusnya ya makin bersikap menyedulur (bersaudara) dengan kanan-kiri sesama kita. Dan kalau kita sudah merasa bersaudara, maka kita pun menjadi lebih gampang untuk bersimpati kepada sesama, membantu mereka,” kata Kardinal Suharyo.

“Pendek kata, kita jadi gampang tergugah untuk semakin berbelarasa (compassionate),” demikian kurang lebih rentetan gagasan di balik Program BKSY KAJ yang dibeberkan Kardinal Suharyo kepada jajaran bankir dan praktisi Katolik di Wisma Residensial Uskup KAJ akhir November 2023 lalu. (Berlanjut)

Baca juga:

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here