Puncta 04 Juni 2024
Selasa Biasa IX
Markus 12: 13-17
BULAN Agustus selalu identik dengan aneka kegiatan kemasyarakatan. Ada upacara di lapangan kecamatan, ada lomba-lomba di tingkat RT/RW, ada tirakatan di kampung, ada gotong-royong bersih-bersih desa.
Saya selalu menyempatkan hadir dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, baik di tingkat RT maupun di kecamatan dalam rangka Agustusan.
Bahkan umat saya ajak ikut dalam kegiatan Grebeg Pasar yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pedagang Warung Bengi “Wangi” di Cawas.
Sebagai orang Katolik, kita diingatkan oleh petuah Mgr. Albertus Soegijapranata yang menggemakan semangat “100% Katolik, 100% Indonesia”. Semakin beriman Katolik berarti juga semakin mencintai Indonesia dengan adat-istiadat dan budayanya.
Nada yang sama juga ditekankan oleh Yesus, ketika ditanya oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang membayar pajak kepada kaisar. Mereka ingin menjebak Yesus untuk menjatuhkan-Nya. “Apakah boleh kita membayar pajak kepada kaisar atau tidak?”
Pertanyaan ini adalah jebakan. Jika dijawab tidak boleh, Yesus akan ditangkap oleh penjajah Romawi karena dianggap provokator. Kalau dijawab boleh, Dia digolongkan sebagai kaum kafir oleh bangsanya sendiri karena mendukung penjajah seperti para pemungut cukai.
Yesus meminta uang dinar yang dipakai mereka. “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan kaisar.”
Lalu Yesus menegaskan, “Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah!”
Jika kita mengaku Katolik, berikanlah apa yang menjadi hak Allah. Sudahkah kita menjadi orang Katolik yang baik?
Sebaliknya jika kita mengaku Indonesia, berikanlah apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga Indonesia. Kita juga harus siap membela dan mempertahankan PBNU yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD ‘45.
Menjadi Indonesia tidak mengurangi kekatolikan kita. Begitu pula menjadi Katolik tidak melemahkan keIndonesiaan kita. Cinta kepada bangsa dan tanah air juga menjadi wujud cinta kita kepada Tuhan Sang Pencipta.
Jalan-jalan ke Wonogiri
Sekalian ke Gua Maria
NKRI sudah harga mati
Pancasila tetap di dada
Cawas, cintaku tanah air Indonesia
Rm. A. Joko Purwanto, Pr