Misionaris pertama
Tanggal 10 Maret 1921, lima orang bruder Kongregasi Maria tak Bernoda (MTB) dari Huijbergen, Nederland, tiba di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, setelah mengarungi lautan selama kurang lebih 59 hari.
Mereka menumpang Kapal Api Patria yang berangkat dari Pelabuhan Rotterdam pada tangal 21 Januari 1921, melintasi Teluk Biskai, Laut tengah dan Samudera Hindia.
Kelima bruder tersebut adalah Br. Canisius van de Ven, Br. Seraphinus van Tilborg, Br. Maternus Brouwers, Br. Longinus van Spreeuwel, dan Br. Leo Geers.
Kelima bruder muda MTB yang umurnya rata–rata 30 tahun itu datang ke Indonesia sebagai misionaris pertama dari para Bruder “Maria Tak Bernoda” atau Bruder MTB Huijbergen.
Bruder bruder dari Huijbergen
Berawal dari keprihatinannya kepada anak-anak terlantar dan yatim piatu korban peperangan, pada tahun 1851, Mgr. Johanes van Hooy Donk, Uskup Keuskupan Breda mendirikan suatu Kongregasi religius dan menerima tiga pemuda untuk menjadi calon bruder.
Mereka adalah Piet Karremans (38), Jan Brouwels (19), dan Henk Claeren (17).
Ketiga pemuda yang relatif masih muda itu berkeinginan untuk mengabdikan hidupnya pada pendidikan anak-anak, khususnya yang miskin dan yatim piatu.
Pada tanggal 25 September 1854, Mgr. J. Van Hooydonk menetapkan Anggaran Dasar dan Konstitusi untuk Kongregasi yang didirikannya dengan memberi nama “Kongregasi Bruder-bruder Kristiani Santa Maria Perawan Tersuci dan Bunda Allah yang Dikandung tanpa Noda Asal di bawah perlindungan Santo Fransiskus Assisi”.
Untuk selanjutnya pada tahun itu juga Piet Kerremans dan Jan Brouwels mengikrarkan kaul pertama dengan nama Br. Fransiskus dan Br. Antonius; menyusul Henk Claeren mengikrarkan kaul pertama pada tahun 1855 dengan nama Br. Bonaventura.
Pemilihan nama bruder–bruder pertama tersebut ingin menunjukkan bahwa para bruder menempatkan diri dalam tradisi Fransiskan (Rob Wolf: Huijbergen dan Ujung-ujung Dunia, hlm. 7).
Untuk selanjutnya kongregasi itu dikenal dengan nama Kongregasi Bruder MTB.
Karya awal Bruder MTB di Singkawang
Kurang lebih 67 tahun setelah lahirnya Kongregasi Bruder MTB di desa kecil Huijbergen, Nederland, tahun 1854, para misionaris pertama bruder MTB datang dan kemudian berkarya di Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia.
Singkawang, seperti juga Huijbergen adalah sebuah desa kecil di belahan bumi lain.
Sama seperti karya pertama di Huijbergen yang menangani pendidikan anak-anak, di Singkawangpun para bruder menangani pendidikan anak, asrama dan sekolah.
Diceritakan bahwa sesampainya di Singkawang, para bruder pertama langsung bekerja dan tinggal di rumah kecil, sangat sederhana.
“Mereka tiba di Singkawang pada tanggal 10 Maret 1921 dan pada tanggal 14 Maret mulai mengajar di HCS (Holland Chinese School) St. Dionysius.
Mereka menempati rumah seorang Tionghoa di samping pastoran. Rumah itu sudah reyot, berdiri di antara pohon-pohon yang dikelilingi pohon karet dan kelapa. (Rob Wolf: Huijbergen dan Ujung-ujung Dunia, hlm 160).
Kota wisata
Kota Singkawang pada awal kedatangan para bruder MTB, menjelang 100 yang lalu sebagai kota kecil dan sepi, kini telah berubah menjadi kota yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai tempat dari luar Kalimantan Barat dan negara–negara tetangga. Terutama pada masa perayaan Tahun Baru Imlek (Tahun Baru Cina) yang berlangsung selama kurang lebih dua pekan.
Perayaan itu diakhiri pada hari ke-15 yang dikenal dengan nama Cap Gomeh, dengan sebuah pertunjukan tatung; suatu pentas seni khas etnis Tionghoa.
Dalam buku Memoar Orang-orang Singkawang” yang ditulis oleh Oscar Mutaloh di sebutkan bahwa Cap Go Meh merupakan peristiwa budaya yang mempersatukan.
“Sebentuk perayaan rakyat yang menghadirkan antara lain animasi tatung dalam konten lokal dari bangsa Dayak dan Etnis Melayu”.
Bruder MTB saat ini
Saat ini, bruder MTB berkarya di wilayah:
- Keuskupan Agung Pontianak, Kalbar.
- Keuskupan Sanggau, Kalbar.
- Keuskupan Sintang, Kalbar.
- Keuskupan Agung Merauke di Papua.
- Keuskupan Agung Semarang.
- Tersebar di Pontianak, Singkawang, Putussibau, Sekadau, Kualadua, Pati, Yogjakarta, dan Merauke.
Dalam wadah Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder (YPSB), bruder MTB menangani karya kerasulan di bidang pendidikan, karya sosial dan keagamaan serta pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.
- Sekolah formal (TK, SD, SMP dan SMA) terdapat di Pontianak, Singkawang, dan Putussibau.
- Di Pati dan Merauke menangani LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan).
- Asrama di Pontianak, Singkawang, Kualadua, Sekadau, Putussibau.
- Pemberdayaan masyarakat dan lingkungan terdapat di seluruh komunitas yang ada.
Pencanangan Perayaan 100 Tahun Bruder MTB di Indonesia
Rangkaian perayaan 100 Tahun Bruder MTB di Indonesia dilaksanakan dalam waktu satu tahun.
Dalam kurun waktu satu tahun itu akan diisi dengan berbagai kegiatan, seperti seminar, napak tilas, dan lomba-lomba, bakti sosial, pameran dan bazar.
Pembukaan perayaan tersebut akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Pebruari 2020 dan Minggu, 23 Pebruari 2020, di Kompleks Persekolahan SMP Bruder, Jl. P. Diponegoro No. 4, Pasiran, Singkawang, Kalimantan Barat.
Tema perayaan “Mendidik Tanpa Batas”.
Berkaitan dengan maksud tema itu, Br. Gabriel Robun Tukan MTB selaku Ketua Panitia Perayaan 100 Tahun Bruder MTB di Indonesia menjelaskan sebagai berikut.
Bahwa sejak awal berdirinya Kongregasi Bruder MTB, para bruder pendahulu mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan, terutama pada pendidikan kaum muda dengan berpihak kepada mereka yang miskin dan tersingkirkan.
“Kita akan menggali kekuatan untuk meneruskan semangat itu, bagi kebaikan sesama dan kemuliaan Tuhan,” jelasnya.
Mengakihiri kegiatan pembukaan, Minggu tanggal 23 Pebruari 2020, Mgr. Agustinus Agus Pr, Uskup Keuskupan Agung Keuskupan Agung Pontianak, akan memimpin Perayaan Ekaristi.
Selanjutnya Ketua Panita mengatakan sebaga berikut.
“Ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas penyelenggaraan dan rahmat kepada Kongregasi Bruder MTB hingga saat ini. Juga mohon rahmat kekuatan Tuhan untuk perjalanan kongregasi ke depan,” ujarnya.
Selama dua hari dalam acara pembukaan akan diisi dengan pameran dan bazar, serta pentas seni oleh siswa–siswi dari Persekolahan Bruder di Singkawang.
Singkawang, 19 Pebruari 2020