100 Tahun Misi Katolik di Serengkah: Tan A Hak, Misionaris Awam Tiongkok Peletak Dasar Kekatolikan Ketapang (2)

0
1,224 views
Prosesi peringatan 100 tahun misi Katolik pertama di Serengkah yang ditandai dengan dibaptisnya tokoh Dayak setempat di tahun 1918. (Romo Mardianus Indra Pr/Keuskupan Ketapang)

HARI Minggu tanggal 9 September 2018 kemarin menjadi hari bahagia penuh kenangan bagi segenap Umat Katolik di Gereja Lokal Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar. Pada hari itu, mereka memperingati 100 tahun Misi Katolik pertama yang terjadi di Serengkah.

Serengkah adalah sebuah kawasan pedalaman tidak jauh dari Gereja Santo Paulus Rasul – Paroki Tumbang Titi. Serengkah bisa dicapai naik mobil 4×4 WD dengan waktu tempo perjalanan selama kurang lebih 3,5-4 jam dari Kota Ketapang.

Bibit-bibit awal kristianitas terjadi di Serengkah berkat kehadiran Tan A Hak bersama dua saudara kandungnya di kawasan pedalaman dengan sungai ini. Mereka bertiga datang dari Ketapang, setelah sebelumnya menempuh perjalanan panjang dari Tiongkok menuju Penang dan akhirnya Singapura untuk berdagang.

Pelayaran mereka ke Indonesia akhirnya sampai di Ketapang dan selanjutnya mereka tinggal di Serengkah.

Berikut ini, kisah mereka sebagaimana yang tertuang dalam situs resmi Keuskupan Ketapan.

Pentas teatrikal menggambarkan tiga misionaris awam dari RRC yang mengawali misi Katolik pertama di Serengkah mulai tahun 1911 dan kemudian terjadilah pembabtisan pertama di tahun 1918. (Romo Mardianus Indra Pr/Keuskupan Ketapang)

Bermula dari karya para Imam Ordo Kapusin Provinsi Belanda menerima tanggungjawab atas Prefektur Apostolik Borneo yang baru saja didirikan tahun 1905.

Pada tanggal 30 Nopember 1905,  para imam misionaris Kapusin generasi pertama tiba di Singkawang. Lalu berikutnya di tahun 1906, Sejiram mendapat tenaga imam lagi, dan 1908 membuka stasi baru di Laham, pinggir Sungai Mahakam, Kaltim.

Sejak itulah, para misionaris mulai teratur berdatangan ke berbagai tempat di Kalimantan.

Datang langsung dari Tiongkok

Tahun 1910 di Ketapang ada lima keluarga Tionghoa Katholik. Mereka inilah pembawa dan penyebar Agama Katoolik pertama di wilayah Ketapang. Mereka berasal dari  Tiongkok dan berani meninggalkan Tanahairnya dan kemudian merantau melalui Singapura, Penang, Pontianak, dan akhirnya sampai menetap di Ketapang.

Tan A Hak. (Dok. Keluarga)

Tiga orang bersaudara Tionghoa yang pertama kali menyebarkan bibit-bibit kristianitas di Serengkah itu adalah Tan A Hak, Tan A Ni dan Tan Kau Pue. Tetapi Tan A Hak lah yan paling suka merantau. Mereka berhasil menarik perhatian Mgr. Pacificus Bos OFMCap yang menjabat Praefek Apostolik Pontianak.

Pada tahun 1911, Mgr. Pacificus Bos datang mengunjungi kawasan Ketapang yang waktu itu masih menjadi wilayah administratif gereni Praefek Apostolik Ketapang.

Sejak mendapat kunjungan resmi Mgr. Bos, Ketapang lalu mendapat jatuh kunjungan  dua kali setahun oleh para imam Kapusin. “Misionaris lokal” yang diutus ke Ketapang waktu itu adalah Pastor  Salvator OFMCap  dan Pastor Marcellus OFMCap.

Bermula dari Organisasi Gereja Katolik Ketapang

Jumlah pendatang-pendatang Tionghoa Katolik semakin bertambah banyak, maka Misi Katolik memutuskan membeli sebidang tanah untuk mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak mereka dan rumah bagi gurunya, serta rumah ibadat kecil. Seorang guru agama didatangkan dari Singapura yang bernama Ng Liap Siang dengan leluhurnya datang dari Shantou di Tiongkok. Ia adalah ayah Ng Ce Meng (Toko Budi).

Beberapa keluarga Tionghoa Katholik tinggal menetap di daerah pantai seperti Sukadana, Tolak, Telok Melanau dan Pulau Kumbang. Ada juga di pedalaman seperti Sandai, Simpang Dua dan Nanga Tayap.

Di Sandai, Misi membangun sebuah sekolah bagi “sengsang” Ng Song Po. Tetapi setelah gurunya pulang ke Tiongkok sekolah tersebut tutup.

100 Tahun Misi Katolik Pertama di Serengkah, Keuskupan Ketapang (1)

Tan A Hak atau Tan Teng Hak datang merantau dan kemudian memutuskan menetap di Serengkah.

Baptisan pertama di Serengkah

Pada bulan Januari 1918, Mgr.Pacificus Bos OFMCap mendengar kabar kiriman dari  dari Tan Teng Hak (Tan A Hak) bahwa di Serengkah telah banyak orang Dayak menunjukkan minatnya akan iman kristiani. Atas informasi itulah,  maka Mgr. Bos lalu datang berkunjung ke Ketapang langsung menuju ke kawasa pedalaman di Serengkah dan memberi pelajaran agama kepada Gumalo Moeril, seorang punduhan Pesaguan.

Setelah pengajaran selama 10 hari, Gumalo menyatakan niatnya dibaptis dan ia mengambil Santo Yoseph sebagai nama baptisnya.

Gomalo Moerial merupakan turunan ke-7  Demong Serengkah. Ia adalah Datuk (Kakek) PF Bantang dan Banding. Pada waktu itu juga.  Mgr. Bos minta izin boleh mendirikan sekolah Katolik. Sepulangnya dari Serengkah, Mgr. Bos membawa pulang dua orang putra Dayak  untuk disekolahkan di Pontianak. Mereka adalah Bantang bin Banjir dan Pakit bin Lebit.

Pada tahun 1919 didirikanlah Sekolah Misi di Serengkah di Laman Baru dengan atap daun lalang serta kursi bambu. Gurunya yang pertama adalah seorang Tionghoa dan bernama Bapak Yohanes Amok. Guru yang sama inilah yang mengajar Bapak Runtu dan Bapak Minokan (asal Manado).

Pada tahun 1917 di Tumbang Titi, Nanga Tayap, dan Sandai beridiri  volk school alias sekolah desa. Pada tanggal  25 Desember 1919,  PF Bantang dipermandikan di Sejiram.

Selesai studi,  PF Bantang diangkat menjadi Kepala Sekolah di Ganjintan, Singkawang. Pada tahun 1923 dan di bawah pengawasannya, sekolah itu lalu  diberikan kepada seorang pastor.

Pada tahun 1926 sampai dengan 30 Oktober 1942,  PFBantang menjadi kepala sekolah Misi di Serengkah sekaligus merangkap guru agama katolik. Tahun 1928,  Sekolah Misi mendirikan sekolah desa (volk school). (Bersambung)

Baca juga: Ketapang in festa per i 100 anni della prima comunità cattolica (Foto)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here