TANGGAL 9 September 2018 menjadi hari bersejarah sekaligus kenangan indah bagi segenap Umat Katolik di Keuskupan Ketapang dan khususnya di Serengkah. Kemarin dan hari sebelumnya berlangsung serangkaian acara dan kegiatan dalam rangka memperingati 100 tahun Misi Katolik pertama yang terjadi di Serengkah.
Serengkah ada di kawasan pedalaman, kurang lebih 3-4 jam perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor dari Kota Ketapang. Serengkah hanya 45 menit perjalanan dari Tumbang Titi.
Kenangan historis
Segenap Umat Katolik Paroki St. Yoseph Serengkah bersyukur atas peristiwa yang terjadi di Serengkah seabad lalu.
Ada dua peristiwa penting yang kemarin secara meriah dirayakan, yakni peringatan atas 100 tahun Misi Katolik pertama di Serengkah dan pada hari yang sama Mgr. Pius Riana Prabdi, Uskup Keuskupan Ketapang, merayakan HUT ke-6 Tahbisan Episkopalnya.
Kegiatan diawali dengan upacara adat dan penerimaan tamu secara adat, yaitu meminta izin untuk para tetamu yang akan masuk lokasi. Setelah pintu dibukakan, maka rombongan Bapak Uskup kemudian masuk ke dalam lingkungan gereja.
Mgr. Blasius Pujaraharja
Perayaan Ekaristis meriah dipimpin oleh Mgr. Pius Riana Prabdi didampingi oleh Uskup Emeritus Keuskupan Ketapang Mgr. Blasius Pujaraharja yang terbang langsug dari Yogyakarta ke Pontianak dan lanjut ke Ketapang.
Hadir pula Romo Propinsial Kongreasi Imam Passionis dari Belanda yakni Pater Mark Robin CP plus 22 imam dari berbagai paroki.
Selain para imam, juga terlihat hadir Bupati Kabupaten Ketapang Bapak Martin Rantan bersama ibu, Sekda Kabupaten Ketapang Bapak Hieronimus Tanam berserta Bapak Jahilin dan beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sejumlah suster dari berbagai Kongregasi juga hadir, termasuk Pemimpin Umum Kongregasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Ilahi (OSA) Sr. Lucia Wahyu OSA.
Perayaan Ekaristi berlangsung sangat meriah dengan koor Paroki Serengkah yang menyumbangkan suara yang indah.
Keluarga besar Tan A Hak
Hadir pula keluarga besar Tan A Hak. Inilah ‘misionaris awam’ yang datang langsung dari Tiongkok ke Ketapang dan kemudian menetap di Serengkah.
Pemakaman keluarga Tan A Hak ada di kompleks kuburan belakang gereja.
Dalam homilinya, Bapak Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi mengajak umat untuk menghidupi kembali semangat Tan A Hak dan Mgr. Pacificus Bos OFMCap yakni keinginan untuk senantiasa berbagi dengan sesama. Juga, kebiasaan mengucap syukur dengan membuat tanda salib ketika mendapat rezeki, mau tinggal di tengah orang yang sederhana.
Baca juga: Ketapang Celebrates 100 Years of Its First Catholic Community (photos)
Lebih lanjut, apa yang telah dilakukan Tan A Hak harus menjadi inspirasi bagus bagi Gereja Lokal di Keuskupan Ketapang. Antara lain derap hati bahagia ketika tokoh Dayak lokal saat itu yang bernama Gumalo Morial menyediakan diri dibaptis bersama 68 anak-anak lainnya.
Gumalo memilih Santo Yoseph sebagai nama baptisnya. Dan itu lalu dipakai sebagainama pelindung Gereja Katolik St. Yoseph Paroki Serengkah. Nama itu mengingatkan kepada umat akan peristiwa bersejarah tersebut. (Bersambung)