PULUHAN kendaraan, baik jenis minibus hingga bus, tampak silih berganti datang dan menurunkan penumpang di pelataran Kompleks Kantor Yayasan Xaverius Palembang. Mereka adalah anak-anak remaja yang berdatangan dari berbagai penjuru paroki di wilayah Keuskupan Agung Palembang.
Paroki-paroki tersebut tersebar di tiga provinsi yang ada di Pulau Sumatera, yaitu Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Mereka berkumpul bersama dalam rangka mengikuti gelaran Jambore Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (SEKAMI) ke-3 Keuskupan Agung Palembang berlangsung Selasa-Jumat, 2-5 Juli 2019.
Jarak dan waktu tempuh perjalanan darat yang dilalui peserta untuk sampai ke Kota Palembang, tempat kegiatan jambore ini berlangsung cukup bervariasi. Ada yang membutuhkan waktu singkat, karena jarak tempuh yang relatif dekat dan ada pula sejumlah peserta yang harus menempuh perjalanan lebih dari 12 jam karena jarak yang jauh.
Rasa kantuk dan lelah yang dialami selama perjalanan dari tempat mereka masing-masing seolah sirna dan terbayar dengan perjumpaan penuh sukacita ini.
Jambore, wadah perjumpaan
Jambore Sekami Remaja ke-3 ini diikuti oleh lebih dari 1.000 anak SEKAMI remaja dan ratusan pendamping atau animator-animatris. Program bina iman remaja ini merupakan kegiatan dua tahunan Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Agung Palembang yang digawangi oleh Romo Ignatius Elis Handoko SCJ dalam kapasitasnya sebagai Direktur Diosesan (Dirdios).
Agenda rutin ini sekarang telah menjadi gerakan anak dan remaja dalam menyebarkan semangat misioner maupun hidup panggilan di Keuskupan Agung Palembang. Jambore telah menjadi ruang perjumpaan bersama bagi anak-anak sekami remaja sebagai subjek beriman dan bermisi, belajar memberikan diri untuk berproses dalam alur animasi dan formasi misioner.
Jambore kali ini pun terasa istimewa. Ada sejumlah alasan yang menegaskan keistimewaan itu:
- Pertama, selain dihadiri oleh peserta dari paroki-paroki di Keuskupan Agung Palembang, gelaran ini dihadiri juga oleh peserta Teens School of Mission (T-SOM) Nasional yang berasal dari enam keuskupan di Indonesia. Mereka sedang mengadakan kelas dan perjumpaan di Palembang dan memiliki tugas untuk melanjutkan misinya di Perkampungan Jambore.
- Kedua, dalam kegiatan ini para pendamping atau animator-animatris mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar bersama dengan para remaja serta berinteraksi langsung dalam kegiatan formasi dan animasi misioner skala besar.
- Ketiga, pada kegiatan ini hadir pula imam dan calon imam dari Unio Keuskupan Agung Palembang serta biarawan dan biarawati berbagai tarekat, yaitu PPYK, FCh, SCJ, OSC, FSGM, FMM, CB, HK dan BHK. Kehadiran mereka dengan cara live in, yaitu hadir langsung dan berinteraksi bersama peserta tentu akan menjadi kenangan tersendiri bagi mereka yang panggilan hidupnya saat ini sedang tumbuh.
Remaja dan media sosial
Jambore Sekami Remaja Ketiga ini mengusung tema “Menjadi Misionaris Zaman Now yang Cerdas dan Gembira”.
Selaku Dirdios, Romo Ignatius Elis Handoko SCJ menjelaskan tentang tema yang diusung dalam gelaran ini. Tema ini penting untuk diangkat dan didalami karena saat ini kita hidup di tengah merebaknya media sosial yang bukan hanya membanjiri kita dengan aneka informasi tetapi juga memberi pengaruh yang besar terhadap pola dan gaya hidup manusia.
Tak bisa dipungkiri bahwa ‘dunia bermain’ remaja sekarang adalah media sosial yaitu dunia online yang erat kaitannya dengan handphone HP. Situasi ini menuntut adanya kualitas pribadi dan sikap-sikap iman yang cerdas sekaligus gembira, mampu menggunakan media sosial secara bijaksana sebagai sarana bantu untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kaya akan wawasan dan kreatifitas sehingga kehadiran mereka bisa memberi makna yang benar bagi komunitasnya.
Kualitas pribadi ini merujuk pada Seruan Apostolik Paus Fransiskus, yaitu Bersukacitalah dan bergembiralah (Gaudete et Exultate).
Dengan demikian semakin disadari bahwa perlu ruang bersama dalam jambore ini agar remaja dan animator-animatris misioner dapat berproses bersama serta mampu saling meneguhkan perutusan masing-masing.
Jambore mulai
Mengadakan animasi serta formasi misioner bagi anak dan remaja dalam bentuk pendampingan langsung pada anak-anak maupun pada animator-animatris merupakan bagian tanggung jawab yang dimiliki oleh Karya Kepausan Indonesia (KKI).
Salah satu wujud dari tanggungjawab itu, maka KKI Keuskupan Agung Palembang pun menyelenggarakan kegiatan bersama dalam lingkup keuskupan.
Melalui kegiatan ini anak-anak diajak untuk menyadari kembali panggilan mereka sebagai seorang misionaris cilik yang diutus untuk mengembangkan rasa solider dengan saling membantu sebagai sesama anak (children helping children) yang bisa diwujudkan melalui semangat doa, derma, kurban dan kesaksian (2D2K).
Rangkaian kegiatan yang dipusatkan di Kompleks Xaverius Centrum Studiorum Palembang ini dibuka dengan Perayaan Ekaristi pada Selasa (2/7) yang dipimpin oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Palembang.
Tampak hadir mendampingi adalah Romo Ignatius Elis Handoko SCJ selaku Dirdios KKI Keuskupan Agung Palembang dan Romo Markus Nur Widi Pranoto, Direktur Nasional (Dirnas) KKI bersama puluhan imam konselebran lainnya.
Usai Perayaan Ekaristi, kegiatan jambore yang bernuansa Laudato Si ini dilanjutkan di masing-masing “keluarga” yang telah terbagi di sejumlah Perkampungan Jambore.
Tiga kegiatan utama
Dinamika kegiatan akan diwarnai dengan tiga hal pokok, yaitu selebrasi, formasi dan animasi misioner.
- Selebrasi misalnya tampak dalam acara pembuka dan pentas seni.
- Formasi misioner tampak dalam proses saling belajar dalam kerangka katekese, baik bagi pendamping maupun peserta bersama pemateri utama juga melalui kebersamaan dalam keluarga di Perkampungan Jambore.
- Animasi misioner merupakan gerak animasi yang membangkitkan jiwa bermisi bagi para peserta jambore yang tampak dalam berbagai kegiatan dinamika kelompok, interaksi misioner, gerak dan lagu serta sharing.
Ketiga hal pokok tersebut menegaskan bahwa seluruh peserta yang terlibat dalam kegiatan ini bukan hanya belajar untuk mengisi diri secara intelektual, tetapi juga harus mencapai kesadaran diri sebagai anggota Gereja yang diutus.