TANGGAL 21 Oktober bagi Yayasan Kanisius merupakan hari bersejarah, karena 104 tahun lalu tepatnya 21 Oktober 1918 merupakan tonggak berdirinya Yayasan Kanisius.
Romo van Lith SJ pada tanggal tersebut mendirikan Canisius Vereniging atau Perkumpulan Kanisius di Muntilan.
Sekarang ini, lembaga pendidikan ini bernama Yayasan Kanisius dan berkantor pusat di Jalan Letjen Suprapto No. 54, Tanjung Mas, Semarang.
Kapal layar
Yayasan Kanisius yang memiliki logo kapal layar ini telah mengarungi jalan lebih dari satu abad melakukan kerasulan bidang pendidikan.
Konteks masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, masa pembangunan hingga masa digital ini diarungi dengan mendidik kaum muda untuk mengubah dunia melalui pendidikan.
Dilakukan sesuai nafas semboyan pelindung Yayasan Kanisius yakni Santo Petrus Kanisius yang memiliki semboyan: “Jika ingin mengubah dunia, maka didiklah kaum mudanya”.
Empat cabang
Suka dan duka yang dialami Yayasan Kanisius direfleksikan sebagai bentuk keteguhan dalam melaksanakan karya pendidikan.
Saat ini, Yayasan Kanisius memiliki empat Cabang yaitu Cabang Semarang, Cabang Yogyakarta, Cabang Magelang dan Cabang Surakarta.
- Yayasan Kanisius merupakan lembaga pendidikan Katolik milik Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang pengelolaannya diserahkan pada Ordo Serikat Jesus.
- Yayasan Kanisius mengelola sekolah dari Kelompok Bermain, TK, SD, SMP, SMA dan SMK.
Membaca tanda-tanda zaman now (istilah zaman sekarang yang akrab digunakan oleh kaum muda), Yayasan Kanisius dalam tata pengelolaan pendidikan telah melakukan perubahan.
Dilakukan dengan membuat pedoman penyelenggaraan tata kelola pendidikan dengan menerbitkan buku-buku pedoman penyelenggaraan sekolah.
Buku-buku pedoman tersebut memberikan arah bersama untuk mewujudkan visi Yayasan Kanisius. Yaitu, menjadi komunitas pendidikan yang transformatif dan menumbuhkan kemerdekaan berpikir demi terwujudnya sekolah yang unggul, peduli dan melayani.
Buku buku pedoman tersebut yaitu:
- Visi, Misi, Nilai Dasar dan Tujuan Yayasan Kanisius Tahun 2022-2025.
- Kode Etik Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
- Renstra Yayasan Kanisius yang disesuaikan dengan semangat Universal Apostolic Preference (UAP).
- Protokol Perlindungan Anak.
- Buku Panduan Pembelajaran Berpola PPR.
- Buku Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran Berpola PPR.
Implementasi Kurikulum Merdeka
Sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan, Yayasan Kanisius saat ini menjalankan Kurikulum Merdeka dengan pedoman-pedoman serta ketentuan yang diberlakukan, melaksanakan pembelajaran projek (Project Base Learning) serta Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila.
Selain itu, Yayasan Kanisius juga mengikuti program Sekolah Penggerak bagi sekolah yang memenuhi kriteria.
Untuk peningkatan pengembangan sekolah Yayasan Kanisius mengembangkan Kursus Kepemimpinan Sekolah bagi calon kepala sekolah, pelatihan-pelatihan guru sesuai dengan kompetensi yang diperlukan saat ini, pengembangan karakter peserta didik dan pembangunan sekolah/pemeliharan sekolah.
Memaknai UAP dan PPR
Sebagai lembaga pendidikan yang di kelola oleh Serikat Jesus, Yayasan Kanisius berkomitmen menerapkan semangat Universal Apostolic Preferences (UAP) dalam kehidupan sekolah.
Semangat UAP tersebut adalah:
- Menularkan diskresi dan Latihan Rohani. Membantu setiap orang menemukan Allah melalui Latihan Rohani dan discerment.
- Berjalan bersama yang tersingkirkan, berjalanlah bersama kaum miskin, mereka yan terbuang.
- Merawat bumi, rumah kita bersama. Bekerja dengan kedalaman Injil, bagi perlindungan dan
- pembaruan ciptaan Tuhan.
- Penjelajahan bersama kaum muda, menemani kaum muda dalam menciptakan masa depan yang penuh harapan.
Ciri khas pendidikan Kanisius dalam pendampingan siswa adalah pendampingan dengan pendekatan cura personalis dan pola pembelajaran dengan pola Paradigma Pendidikan Reflektif atau PPR – dulu dikenal dengan Paradigma Pendidikan Ignatian atau PPI.
Pola pembelajaran PPR memberikan peluang pada siswa dan guru untuk senantiasa melakukan proses pembelajaran sesuai konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.
Harapan dari pola pembelajaran ini siswa dan guru menemukan makna yang lebih mendalam dalam mencercap pengetahuan, mengembangkan afeksi serta mencapai ketrampilan yang menjadi tujuan pembelajaran serta pembentukan karakter yang unggul, peduli dan bersedia melayani.
Kontekstualisasi Pendidikan Kanisius
Pendidikan Kanisius di era digital sekarang mengupayakan terselenggaranya pendidikan yang transformatif.
Pendidikan transformatif dimaknai bukan saja transformasi perubahan pola pembelajaran yang mendasarkan pada sumber-sumber pengetahuan yang bisa diperoleh dari sumber pengetahuan selain pembimbing atau pengajar.
Tetapi juga pola pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan sarana digital untuk proses pembelajaran.
Transformasi berikutnya pendampingan bagi para siswa melalui pendidikan karakter agar mampu menjadi sesama bagi orang lain senantiasa dihidupi.
Spirit “Be a woman and a man for others” menjadi semangat untuk berbagi perhatian bagi sesama yang lain yang melebihi berpikir untuk mengupayakan kebaikan atau keberhasilan diri sendiri.
Yayasan Kanisius sebagai bagian dari kerasulan pendidikan berupaya menemukan jalan yang tepat menjawab kebutuhan zaman dengan keyakinan percaya bahwa Tuhan bisa ditemukan dalam setiap kebudayaan, dalam setiap kondisi ekonomi, dalam pencarian rohani setiap orang dan dalam seluk-beluk kehidupan.
Dalam kerasulan Jesuit, sekolah-sekolah didirikan untuk mendidik pemimpin-pemimpin muda yang sanggup memikul perutusan Injil: rekonsiliasi yang berkeadilan dan berdampak untuk pemeliharaan seluruh ciptaan. (Bdk. Sekolah Jesuit Tradisi Hidup Abad Ke-21, Discernment Berkelanjutan, hlm. 16 paragraf 2).
Dirgahayu Yayasan Kanisius.