13 Juli 2022, Ordo Trappist (OCSO) Buka Rumah dan Komunitas Baru di Keuskupan Ketapang, Kalbar

0
1,288 views
Pertapaan Trappist di Pegadungan, Kecamatan Sungai Melayu, Keuskupan Ketapang, Kalbar. (Keuskupan Ketapang)

SEMUA orang butuh doa dan didoakan. Terus-menerus oleh mereka yang secara khusus menjalani hidupnya sebagai pekerja rumahan dan pendoa terus-menerus.

Untuk “urusan” maha penting ini, Ordo Pertapa Trappist (OCSO) menjadi salah satu ordo religius yang sudah berabad-abad lamanya telah melakukannya.

Trappist buka pertapaan di Keuskupan Ketapang

Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar membuka lembaran baru di wilayah pastoralnya. Karena tanggal 13 Juli 2022 ini, Ordo Pertapa Trappist (OCSO) akan memulai karya barunya di Keuskupan Ketapang. Membuka rumah dan komunitas baru di sana.

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi membenarkan rencana itu.

“Benar, kami akan melakukan prosesi peresmian rumah dan komunitas Trappist hari Rabu tanggal 13 Juli 2022 ini. Mohon doanya supaya semuanya berjalan lancar,” ungkap Mgr. Pius menjawab Sesawi.Net hari Rabu tanggal 6 Juli 2022 pekan lalu.

Lahan di mana akan berdiri Pertapaan Trappist itu berada di wilayah Penggadungan, Kecamatan Sungai Melayu, Kabupaten Ketapang.

“Jarak tempuh menuju Penggadungan dari pusat kota Ketapang kira-kira selama 3,5 perjalanan dengan mobil,” tutur Sekretaris Keuskupan Ketapang Romo Simon Yogatama Pr menjawab Sesawi.Net hari Jumat 8 Juli 2022 pekan lalu.

Melewati kawasan calon lokasi rumah dan komunitas Trappist

Juli 2018 silam dan bersama Romo Bangun Pr dan Pipit Prahoro (alm.), penulis melewati kawasan hutan di mana nantinya akan dibangun rumah dan komunitas Trappist.

Waktu itu menunjukkan pukul 23.00 WIB –jelang tengah malam- di jalanan yang super sepi. Banyak hujan sangat deras telah terjadi sebelum dan setelah melewati Gereja Paroki Tembelina.

Kami dalam perjalanan pulang menghadiri tahbisan imam baru di Paroki Air Upas. Pulang dari sana, kami mampir sejenak di Tanjung dan di Tumbang Titi.

Dari Tumbang Titi dan dalam perjalanan pulang menuju Ketapang inilah, kami bertiga melewati jalan sempit dengan tekstur berbukit terjal dengan jalan turun-naik. Kanan-kiri badan jalan masih berupa hamparan “hutan” berupa ilalang dan pepohonan.

“Di sinilah nanti -entah kapan- akan dibangun Pertapaan Trappist,” ungkap Romo Bangun Pr kepada Sesawi.Net waktu itu.

Kawasan maha luas itu sudah beberapa puluh tahun lalu dibeli oleh Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Blasius Pujaraharjo waktu itu.

Sudah sedari awal memang ingin menghadirkan para rahib Trappist untuk berkarya di situ. Untuk mendoakan Keuskupan Ketapang. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here