15 Gadis Millenial Ingin Jadi Suster Biarawati Kongregasi SMFA

0
1,723 views
Para suster biarawati anggota Kongregasi Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) Pontianak. (Sabirin/Keuskupan Agung Pontianak)

BERTEMPAT di Novisiat Suster Misi Fransiskan Antonius  (SMFA) Jl. Danau Sentarum No. 75 Pontianak, pada hari Selasa, 6 Februari 2018, telah berlangsung acara penerimaan Novis, Postulan dan pengikraran Kaul Perdana. Semua prosesi ini berlangsung  dalam Perayaan Ekaristi bersama Bapak Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus Pr.

Misa konselebrasi dengan Bapak Uskup ini berlangsung  bersama tiga imam lain yakni Romo John Rustam Pr, Romo Ambrosius Pr, dan Romo Samuel Pr.

Dalam seremonial penuh hikmat tersebut ada 15 gadis belia diterima menjadi anggota baru dalam Kongregasi Suster Misi Fransiskan Antonius Pontianak (SMFA).

Sementara, Suster biarawati muda yang mengikrarkan Kaul Perdana sebagai Suster SMFA adalah Sr. Antonia Maria Lina SMFA.

Ia berasal dari Kelingking, Paroki Kristus Raja Sosok, Keuskupan Sanggau.

Mgr. Agustinus Agus didampingi Romo Ambrosius Pr memimpin prosesi penerimaan tujuh postulan menjadi Novis SMFA. (Sabirin/Keuskupan Agung Pontianak)

Berikut ini nama-nama gadis belia yang  diterima masuk Novisiat:

  1. Sofia Purna Deki Diang, asal Sungai Mali. Paroki St. Matius Dangan Silat, Keuskupan Sintang.
  2. Prayaiska, asal Gunung Peningkah, Paroki St. Paulus Tuguk, Keuskupan Sintang.
  3. Lumai Suriani, asal Merimpit, Paroki St. Petrus Dedai, Keuskupan Sintang.
  4. Filipa Yosita, asal Perimpah, Paroki St. Paulus Rasul Balai Karangan, Keuskupan Sanggau.
  5. Marsela, asal Sungai Dangin, Paroki Salib Suci Noyan, Keuskupan Sanggau.
  6. Vera Yunita, asal Bareh, Paroki St. Yohanes Maria Vianney Serimbu, Keuskupan Agung Pontianak.
  7. Novia Susanti, asal Tauk, Paroki St. Maria Viany Serimbu Keuskupan Agung Pontianak.
Prosesi penerimaan Novis SMFA. (Sabirin/Keuskupan Agung Pontianak)

Mereka yang diterima masuk Postulan sebagai berikut:

  1. Margaretha Cici, asal Tebedak, Paroki St. Petrus dan Andreas Sepauk, Keuskupan Sintang.
  2. Yuliana Devianti, asal Umin, Paroki St. Petrus Dedai, Keuskupan Sintang.
  3. Desna Ati, asal Sungai Raya, Paroki St. Pius X Bengkayang, Keuskupan Agung Pontianak.
  4. Herkulana Herdiana, asal Rasau Jaya, Paroki St. Yosef, Keuskupan Agung Pontianak.
  5. Sofia Pataria Senata, asal Tauk, Paroki St. Yohanes Maria Vianney Serimbu, Keuskupan Agung Pontianak.
  6. Roswita Jumbai, asal Ransi Pendek, Paroki Maria Ratu Rosari Lebang, Keuskupan Sintang.
  7. Clara Modesta, asal Buluk Panjang, Paroki St. Paulus Tuguk, Keuskupan Sintang.

Melawan Arus

“Zaman boleh modern, tetapi  pesona hidup membiara tetap memancarkan keelokannya,” kata Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus.

Demikianlah kiranya ungkapan dan niat tulus yang terbesit di hati 15 gadis cantik sehingga berani maju ke depan altar mempersembahkan diri, menjawab panggilan Tuhan dengan penuh sukacita. Ibaratkan melawan arus air yang deras, mereka menerjang gelombang, berenang hingga sampai ke seberang. Cinta yang tulus memampukan mereka memiliki tekad untuk tidak memikirkan timbal balik.

Gadis-gadis muda yang ingin membaktikan hidupnya untuk Tuhan melalui Gereja dan Kongregasi SFMA. (Sabirin/Keuskupan Agung Pontianak)

Maksudnya  dalam konteks ini adalah sebagai berikut.

Inilah kehidupan penuh cinta yang sesungguhnya: memberi tanpa berharap kembalian. Untuk mampu menjadi mempelai-Nya, maka pertemuan dan komunikasi efektif dengan Kristus dalam doa perlu dipupuk dan dipelihara terus-menerus sebab tindakan ini merupakan kekuatan dan inti dari hidup membiara.

Mencari ‘Maria atau Yesus’ yang Lain

Peristiwa ‘langka’ di zaman yang serba canggih ini patut mendapat apresiasi, di mana zaman semakin berubah dan tantangan begitu hebat menghantam dan mengejar. Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menghadapi tantangan hidup bagi Generasi Millenial di abad modern yang penuh dengan sekularisme, hedonisme,  dan konsumtifisme ini.

Hampir di seluruh dunia manusia terjebak di dalamnya, tak terkecuali kaum religius. Kesempatan untuk mencari ‘Maria’ atau ‘Yesus’ yang lain begitu lebar dengan hadirnya berbagai macam gadget atau alat-alat elektronik lainya. Jika tak bijak menggunakannya, maka akan gampang memperbudak dan pelan-pelan mengikis makna esensial dari sebuah panggilan suci.

 Kuncinya, berani menjawab dan setia

“Pada hari ini, ke-15 saudari muda ini membuktikan bahwa di zaman yang serba modern ini, mereka berani menjawab panggilan Tuhan,” ungkap Mgr. Agus memberi apresiasi.

“Menjawab panggilan Tuhan itu dituntut kesetiaan. Dengan setia kita akan mampu mengarahkan pengabdian kita kepada Kerajaan Allah,” ajak Uskup.

Tarekat Laikal (Suster) yang juga berkarya di Keuskupan Sintang ini patut berbangga atas rahmat panggilan ini.

Proficiat untuk Kongregasi Suster Misi Fransiskan Antonius Pontianak (SMFA).

Kredit foto dan kontributor lapangan: Sabirin/Keuskupan Agung Pontianak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here