IBU Magdalena Daemen, pendiri Kongregasi Suster-suster St. Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani telah mewariskan semboyan Deus Providebit (Tuhan akan menyelenggarakan) pada para suster pengikutnya.
Semangat inilah yang menjiwai para suster yang lebih dikenal dengan nama Suster OSF Semarang, dalam bermisi di mana pun Allah menyelenggarakan.
Sejak berdirinya Konggregasi pada tanggal 10 Mei 1835, karya pelayanan para suster semakin bertumbuh dan berkembang dalam teladan Bapa Fransiskus Assisi dan Ibu Magdalena Daemen.
10 Suster perintis misi OSF di Indonesia
Pada bulan Januari 1869, Mgr. Lijnen, Pastor Paroki St. Yusuf Gedangan, Semarang pulang kembali dan tiba di Negera Kincir Angin, Belanda.
Ia mengunjungi Biara Induk OSF yang di Heythuysen.
Ini dengan maksud inginmohon bantuan tenaga para suster untuk membantu di Panti Asuhan Gedangan yang berada di Indonesia.
Sr. Aloysia Lenders OSF, selaku Pemimpin Jenderal, merasa tergerak bersedia menerima tawaran misi tersebut. Karena itu, beliau mulai membuka pendaftaran calon misionaris sukarela bagi segenap suster OSF muda waktu itu.
Sebanyak 200 suster menyatakan kesediaan mereka untuk siap diutus ke Tanah Misi di Hindia-Belanda yakni Indonesia.
Dari sekian banyak itu, maka hanya terpilihlah 10 suster calon misionaris OSF ke Indonesia.
Namun dalam perjalanan menuju Inggris, satu orang suster OSF kemudian ditambahkan dalam rombongan perintis misi OSF di Hinda-Belanda yang semula hanya mau menggantikan suster lain yang mengalami sakit.
Ke-11 suster OSF Semarang perintis misi di Indonesia adalah:
- Sr. Alphonsa Houben OSF sebagai pemimpin misi.
- Sr. Marina Deideren OSF.
- Sr. Aurelia van de Pas OSF.
- Sr. Lucie Porten OSF.
- Sr. Yosepha Wisink OSF.
- Sr. Plechelma Scholten OSF.
- Sr. Odilia Ten Pol OSF.
- Sr. Antonine Reuner OSF.
- Sr. Nicoline Yacobe OSF.
- Sr. Suzanna Broam OSF.
- Sr. Cunigonde Iding OSF.
Panggilan Tuhan
Kesediaan para suster untuk diutus memperlihatkan bahwa seorang misionaris haruslah berani meninggalkan tempat asal, bahkan Tanahair tercinta Nederland demi panggilan suci Allah.
Maka pada tanggal 4 September 1869, berangkatlah sebuah kapal layar besar bernama Jacoba Cornelia dari Pelabuhan Rotterdam menuju Batavia (Jakarta).
Diombang-ambingkan
Berbagai tantangan mulai dihadapi para suster selama perjalanan. Kepanikan terjadi pada tanggal 11 September 1869.
Ketika ketenangan laut berubah menjadi goncangan bergelompang dan berombak. Kapal dihempas, diangkat, dan dipukul oleh ombak yang ganas.
Kepanikan ini berlanjut pada malam berikutnya, ketika Kapal Jacoba Cornelia diserang badai yang dasyat.
Layar-layar tersobek, tiang penggantung layar patah, sekoci penolong hancur dan terlempar ke laut. Tiada putusnya para penumpang berdoa sambil memohon belaskasih Allah untuk menyelamatkan mereka.
Diselamatkan oleh kebaikan Allah
Dalam suasana mencekam itu, seorang awal kapal yang bernama Hogeroets ingat akan patung St. Yusuf, pemberian Moeder Alphonsa Houben kepada juru mudi. Ia segera mengambil patung itu, dan mereka berdoa bersama.
Allah sungguh baik dan amat baik. Secara tiba-tiba angin beralih arah dan kapal dapat dikendalikan. Dengan penuh rasa haru dan cucuran airmata, mereka mendoakan Te Deum.
Pada tanggal 13 September 1869, Kapal Jacoba Cornelia tiba di Ramsgate, Pantai Inggris.
Semua awak kapal dan penumpang selamat, namun barang-barang berserakan, pakaian basah kuyup, badan gemetar, dan kapal mengalami kerusakan serius karena hantaman badai dahsyat.
Sakit dan disembuhkan
Dalam situasi tersebut, seorang utusan mengalami sakit berat.
Sr. Suzanna Broam OSF menderita radang paru-paru. Posisinya sebagai calon misionaris ke tanah Hindia-Belanda (baca: Indonesia) segera akan digantikan oleh suster lain dari Heythuysen.
Singkat cerita, penggantinya yakni Sr. Cunigonde Iding OSF datang menyusul ke Ramsgate di Inggris untuk menggantikan Sr. Suzanna OSF yang terkena radang paru-paru.
Namun, begitu Sr. Cunigonde Iding OSF telah tiba di Inggris, tanpa diduga Sr. Suzanna OSF telah kembali sehat dan siap untuk berlayar lagi.
Maka diputuskanlah agar keduanya tetap berangkat melanjutkan pelayarannya menuju Hindia-Belanda dari titik keberangkatan baru dari Inggris.
Dengan demikian, jumlah misionaris pertama OSF di Indonesia menjadi 11 suster.
Deus Providebit
“Allah akan menyelenggarakan”. Ia senantiasa menuntun perjalanan para misionaris, hingga akhirnbya ke-11 suster OSF berhasil tiba di Batavia (Jakarta) pada tanggal 22 Januari 1870 pukul empat dini hari.
Pastor Moersel segera menjemput para suster dan membawa mereka untuk beristirahat di Biara Ursulin Jl. Pos 2 di Jakarta Pusat.
Dengan ramah Mère (Ibu) Ursula menyambut kedatangan mereka. Setelah beberapa hari berada di Batavia, para suster melanjutkan perjalanan menuju Semarang.
5 Februari 1870, menjadi hari bersejarah bagi para suster OSF.
Atas penyelenggaraan Allah, ke-11 Suster peletak dasar misi OSF di Indonesian telah tiba di Pelabuhan Semarang dan mereka langsung menuju Panti Asuhan Gedangan.
Bermula di Gedangan
Rasa syukur dan kebahagiaan menyelimuti hati para misionaris yang mulai membaktikan diri bagi anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Gedangan.
Tempat ini menjadi awal tumbuh dan berkembangnya karya para suster OSF di Indonesia.
Genap 1,5 abad
Tepat pada tanggal 5 Februari 2020, genaplah 150 tahun OSF Semarang hadir di Indonesia. Sejak kedatangan misionaris pertama hingga saat ini, para suster telah membaktikan diri dalam karya kesehatan, pendidikan, sosial, dan bidang karya lain di tanah air.
Para suster OSF percaya bahwa semua dapat terselenggara atas kebaikan hati Allah.
Deus Providebit. Kalimat dalam bahasa Latin ini artinya adalah Tuhan akan menyelenggarakan. (Berlanjut)