170 Tahun Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) dan Komunitas MTB Pedalaman

0
18 views
Pesta perayaan 170 tahun Kongregasi Bruder-bruder MTB. (Br. Dinus Kasta MTB)

Pendahuluan

Tahun 2021 lalu telah dirayakan pesta 100 tahun keberadaan Kongregasi Bruder-bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di Indonesia. Seperti telah kita ketahui, para misionaris pertama dari Belanda tiba di Indonesia -tepatnya di Kota Singkawang, Kalimantan Barat tanggal 10 Maret 1921. Setelah sebelumnya selama kurang lebih 50 hari; dihitung dari tanggal keberangkatannya 21 Januari 1921, mereka mengarungi samudera dengan Kapal Patria.

Kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Rotterdam; melintasi Teluk Biskai, Laut Tengah, dan Samudera Hindia.

Lima misionaris Bruder MTB generasi pertama

Para bruder MTB misionaris pertama itu adalah:

  • Br. Canisius van de Ven MTB.
  • Br. Seraphinus van Tilborg MTB.
  • Br. Maternus Brouwers MTB.
  • Br. Longinus van Speeuwel MTB.
  • Br. Leo Geers MTB.

Menurut catatan, kelima bruder perintis tersebut masih tergolong muda. Umur mereka rata-rata tiga puluhan tahun.

Bulan September 2024, Kongregasi Bruder-bruder MTB  merayakan pesta 170 tahun keberadaanya di dunia. Antara bulan September dan Oktober tahun lalu, komunitas-komunitas di Indonesia dan komunitas di Negeri Belanda merayakannya sesuai dengan ciri khas masing-masing daerah.

Selama bulan September 2024, komunitas-komunitas di Indonesia seperti di Yogyakarta, Pati, Pontianak, Singkawang, Kuala Dua, Sekadau, dan Putussibau,merayakan pesta 170 tahun Bruder MTB pada hari dan tanggal yang berbeda.

Di Pontianak, para bruder MTB merayakannya tanggal 24 September. Komunitas MTB Kuala Dua pada tanggal 30 September. Sementara, komunitas MTB Singkawang dan Sekadau merayakan pada waktu yang sama tanggal 4 Oktober. Komunitas MTB Yogyakarta dan Pati juga tanggal 4 Oktober.

Setiap komunitas mengikut sertakan masyarakat setempat dalam pesta Syukur ini.

Sedangkan di Negeri Belanda –tempat kelahiran Bruder MTB- komunitas Huijbergen merayakan pesta ini antara bulan Agustus sampai Oktober 2024 dengan berbagai acara.

Br. Thomas MTB mengabarkan dari Belanda, 170 tahun CFH/MTB dirayakan tanggal 25 September. Dilanjutkan tanggal 17 Oktober dengan mengundang secara khusus keluarga beberapa bruder yang sudah dipanggil Tuhan.

Br. Marcus CFH/MTB dalam sambutannya mengatakan, kita semua patut bersyukur atas rahmat yang selama ini kita terima. Mohon kekuatan dan berkah Tuhan untuk menghadapi masa depan secara bersama.

Pesan Bruder Pemimpin Umum

Pada perayaan 170 tahun berdirinya Kongregasi Bruder MTB ini, Pemimpin Umum Kongregasi Br. Vianney MTB dalam surat edarannya mengatakan, kesempatan perayaan ini menjadi ungkapan rasa syukur atas penyelenggaraan ilahi selama 170 tahun keberadaan Bruder MTB di dunia.

Selama kurun waktu 170 tahun, Tuhan mendampingi, menjaga, memelihara serta memberkati kiprah para bruder, menjalani hidup panggilannya, baik secara kongregasional maupun secara pribadi; hingga saat ini. Selainitu, para bruder memiliki kesempatan untuk refleksi diri dan belajar tentang kesiapsediaan, kegigihan dan perjuangan para bruder pendahulu.

Ada nilai-nilai yang dapat para bruder gali, diperjuangkan demi menghadapi masa depan. Nilai–nilai tersebut misalnya, siap sedia diutus, tentang persaudaraan, kesetiaan, kedinaan, kesederhanaan serta perhatiannya kepada mereka yang muda, lemah dan mereka yang tersingkirkan karena berbagai sebab.

Refleksi para saudara tentu saja bertolak dari pengalaman tugas pengutusan dalam panggilannya. Mereka yang bekerja di sekolah, baik sebagai kepala sekolah atau guru, atau tenaga kependidikan, juga yang berkarya di yayasan atau pengurus rumah. Mereka masing-masing memiliki kesempatan sama untuk melayani secara maksimal. Bekerja dengan hati, mengedepankan semangat persaudaraan.

Komunitas dan karya awal

Pada awal abad XIX, semua biara Wilhelmit di Eropa sudah tutup. Tinggal biara di Huijbergen. Tahun 1847, anggota biara Wilhelmet ini tinggal seorang: Wilhelmus van den Bergh dari Kalmthout. Biarawan ini harus meninggalkan biaranya, karena Congregatio Propaganda Fide -semacam Kementerian Vatikan untuk daerah misi- memutuskan ingin menyerahkan biara serta ladang dan hutan kepada Vikaris Apostolik Breda: Mgr. Johannes van Hooydonk.

Bekerjasama dengan Kongregasi Bruder CSA dari Oudenbosch, Uskup lalu membenahi Biara Wilhelmit untuk penampungan anak yatim piatu putra. Buku Huijbergen dan Ujung-Ujung Dunia mencatat bahwa terdapat 30.000 anak yatim piatu di Negeri Belanda pada tahun 1859. Mereka adalah anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena tewas dalam perang.

Bulan September 1849, mulai dibuka penampungan anak yatim-piatu putera di Biara Wilhelmit yang telah berhasil dibenahi. Karena tantangan yang dihadapinya terlalu berat, setelah tiga tahun bekerja, para Bruder CSA yakni Br. Joannes dan Br. Dionysius meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke Oudenbsch. Para bruder CSA meninggalkan 35 anak di Wilhelmit.

Untuk meneruskan pengelolaan panti asuhan ini, Mgr. J van Hooijdonk mendirikan sebuah Kongregasi Bruder baru di Huijbergen. Tiga pemuda mencalonkan diri yakni Piet Kerremans (38) asal Roosendaal), Jan Brouwels (1) juga dari Roosendaal dan Henk Claeren (17) dari Afferden. Mereka mau mengabdikan diri pada pendidikan anak-anak; khususnya yang miskin dan yatim piatu.

Pada tahun 1854, Piet Kereemans dan Jan Brouwels mengikrarkan kaul; dengan nama biara Br. Fransiskus, Br. Antonius. Tahun 1855, Henk Claeren mengikrarkan kaul dengan nama biara Br. Bonaventura.

Lima Bruder MTB dari Huijbergen perintis karya misi di Indonesia tahun 1921. Kelima Bruder MTB yang mendarat di Singkawang adalah Br. Maternus MTB, Br. Leo MTB, Br. Canisius MTB, Br. Rufinus MTB, dan Br. Longinus MTB. (Dok. Kongregasi Bruder MTB)

Saat lahir, Mgr. Johannes van Hooijdonk memberi nama ‘Persaudaraan’ ini Kongregasi Bruder-bruder Kristiani Santa Maria Perawan Tersuci dan Bunda Allah yang Dikandung Tanpa Noda Asal; di bawah perlindungan Santo Fransiskus Assisi.

Pemberian nama kongregasi yang didirikan tahun 1851 dan diresmikan tanggal 25 September 1854 dengan menetapkan Anggaran Dasar dan Konstitusi adalah pernyataan tentang dogma Paus Pius IX tentang Maria Yang dikandung Tanpa Noda Asal.

Jumlah biara dan karya makin berkembang. Fokus pada pendidikan: sekolah dan asrama. Jumlah bruder juga makin banyak. Komunitas-komunitas baru didirikan untuk menunjang kelancaran sekolah-sekolah baru. Dari TK, sekolah rendah, sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah menengah atas.

Mgr. van Huydonk di Museum MTB. (Mathias Hariyadi)

Pada tahun 1950-an, Kongregasi Bruder MTB menjadi Kongregasi Pendidikan. Selain karena Sekolah Pendidikan Guru yang didirikan semakin banyak, juga karena banyak alumni sekolah itu yang menjadi bruder MTB. Rumah biara menyebar di wilayah-wilayah Breda, Bergen op Zoom dan Amsterdam dan kota-kota penting lainnya.

Ada waktu masa jaya. Ada waktu juga masa sulit. Hal demikian dialami pula oleh Kongregasi Bruder MTB. Jumlah bruder semakin berkurang. Sebagai konsekuensinya, jumlah karya pun juga harus dikurangi karena terbatasnya tenaga.

Bruder MTB di Indonesia

Di Indonesia, Kongregasi Bruder MTB berkarya di Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sintang, Keuskupan Sanggau dan Keuskupan Agung Merauke.

  • Mereka ada tersebar di Kota Pati, Yogyakarta, Pontianak, Singkawang, Kualadua, Sekadau, Putussibau, dan Merauke.
  • Menangani 18 sekolah dari TK sampai dengan SMA.
  • Juga masih tetap mengelola delapan asrama; baik putera maupun puteri. Di Pontianak ada tiga asrama: satu unit asrama mahasiswa, dan dua unit asrama khusus untuk mereka yang berasal dari daerah dan bersekolah di SMA St. Paulus Pontianak.

Dalam pengelolaan karya, Kongregasi Bruder MTB bekerjasama dengan berbagai tarekat. Khusus untuk asrama puteri ditangani oleh para suster PRR. Para suster dari berbagai tarekat seperti SFIC, SMFA, CP dan SdC menjadi pengajar atau Kepala Sekolah.

Lima Bruder MTB perintis misi di Singkawang, Kalbar – Dok Museum Misi MTB (Ping)

Para bruder MTB dari Belanda yang sudah lama tinggal di Indonesia (waktu itu disebut Hindia-Belanda) memandang bahwa karya misi sebagai puncak karya. Karya misi menjadi populer tahun 1920 an.

Tahun 1919 keluar Ensiklik Maximus Illud dari Paus Benediktus XV. Menjelaskan bahwa karya misi bukan hanya kristenisasi, melainkan membangun kesejahteraan jemaat setempat. Maka suatu pos misi hendaknya terdiri dari gereja dan pastoran dan ada juga sekolah dan sarana kesehatan berupa klinik pengobatan. Sejak saat itu, para bruder dan suster memiliki peran yang berarti dalam karya misi.

Semangat untuk mencerdaskan kehidupan dan memperhatikan mereka yang miskin dan tersingkir itulah yang mendorong  para misionaris pertama Bruder MTB datang ke Hindia-Belanda. Semangat itu pulalah yang diperjuangkan oleh para bruder MTB hingga saat ini. Menjadi saudara bagi semua ciptaan: manusia dan alam lingkungan.

Ilustrasi: Lima bruder misionaris MTB perintis karya misi di Indonesia dan itu dimulai di Singkawang. (Dok MTB)

Komunitas di Singkawang

Misionaris pertama Bruder MTB datang ke Indonesia -terutama ke Singkawang, Kalimantan Barat- terjadi atas undangan Mgr. Pacificus Bosch OFMCap – Vikaris Apostolik Pontianak. Diminta datang ke Singkawang karena pada waktu itu ada kebutuhan mendesak untuk menjadi pengajar di sekolah–sekolah wilayah Vikariat Apostolik Borneo Belanda yang berbasis di Pontianak.

Komunitas Singkawang dimulai pada tanggal 10 Maret 1921, saat lima bruder pertama dari Belanda tiba di kota Singkawang. Mereka adalah Br. Canisius van de Ven MTB, Br. Seraphinus van Tilborg MTB, Br. Maternus Brouwers MTB, Br. Longinus van Spreeuwel MTB dan Br. Leo Geers MTB.

Para bruder pertama ini mengelola, asrama untuk anak-anak terlantar korban perang. Selain itu, para bruder awal ini menangani sekolah SD (HCS) dengan mayoritas murid-murid Tionghoa.

Demikian pula karya-karya serupa lalu dikembangkan di Pontianak, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Blitar di Jawa Tengah. Tahun 1940, MTB mulai berkarya di Kudus, Jawa Tengah. Tahun 1948 membantu persekolahan di Nyarumkop, Kalimantan Barat, Kemudian merambah ke Pati, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Sejak tahun 1980-an, MTB mulai mengembangkan karya di Putussibau, Keuskupan Sintang; kemudian di Keuskupan Sanggau seperti Jemongko Paroki Kuala Dua dan Sekadau. Mulai tahun 1990-an, MTB merintis karya baru di Merauke, Papua Selatan.

Komunitas Jemongko di Kuala Dua

Secara singkat akan dipaparkan komunitas di Jemongko dan Sekadau – keduanya masuk wilayah pastoral Keuskupan Sanggau. Komunitas-komunitas lain termuat dalam tulisan yang berbeda.

Tujuan utama membuka komunitas di Jemongko adalah usaha menjangkau kaum muda yang berasal dari pedalaman Kalimantan Barat. Kebutuhan akan pendidikan dan pembinaan kaum muda di pedalaman dirasa sebagai hal yang mendesak dilakukan. Dimulailah karya di Jemongko, Paroki Kuala Dua, Keuskupan Sanggau.

Setelah melalui tahun orientasi dan mempersiapkan tenaga bruder, Dewan Regio mengutus Br. Amideus Somah MTB, Br. Yohanes Anes MTB, Br. Rufinus Leo MTB dan Br. Frans Wakidi MTB berkarya di Kuala Dua.

Mulai tanggal 11 Mei 1982, mereka berempat mulai mentetap di Pastoran Jemongko. Komunitas diresmikan 31 Juli 1983 oleh Br. Karel dan Br. Michael – Pembesar Umum yang pada saat itu berkunjung ke Indonesia. Br. Yohanes Anes MTB ditunjuk sebagai Pemimpin Komunitas. Selain sebagai piko, Br. Yohanes juga menjadi Kepala SMP Kuala Dua.

Ilustrasi: Lilin Paskah menyala di Kapel Stati Jemongko, Paroki Kuala Dua, Keuskupan Sanggau. (Br. Sera OFMCap)
Penulis ikut berpartisipasi dalam Misa Vigili Paskah di Stasi Jemongko, Ilustrasi: Paroki Kuala Dua, Sanggau, Kalbar. (Br. Sera OFM)

Karena berbagai alasan, pusat paroki kemudian dipindahkan dari Jemongko ke Kuala Dua. Br. Alexandro mempersiapkan perpindahan ini dengan membangun komunitas: asrama siswa dan gedung sekolah SMP. Bulan Mei 1986, semua fasilitas dan bangunan di Kuala Dua telah siap difungsikan. Para bruder kemudian menetap di Kuala Dua.

Tahun 1995, beberapa bruder mendapat tugas mengajar di SMA PGRI Kembayan, SMAN dan SMPN di Kembayan, SMPN Kelompu SMPN di Beduai dan SMPK di Kuala Dua. Selain bekerja di sekola, para bruder juga mengembangkan proyek pertanian di komplek bruderan. Membina kelompok-kelompok tani di wilayah itu. Ada delapan kelompok tani dengan jumlah 84 orang. Br. Rufinus Leo dan Br. Maseo bersama dua sukarelawan dari Belanda -Jan dan Marieke- membina kelompok tani tersebut.

Saat ini para bruder di Kuala Dua, selain menjadi tenaga pengajar di SMPK Kuala Dua, juga masih tetap menangani asrama putra. Asrama itu tetap diperuntukkan bagi siswa pedalaman yang bersekolah di SMPK Kuala Dua, serta mendampingi siswa mengolah kebun dan berternak babi.

Sukacita para Bruder MTB dalam pesta perayaan 170 tahun keberadaan Kongregasi. (Br. Dinus Kasta MTB)

Komunitas Sekadau

Tahun 1992 dimulai persiapan komunitas di Sekadau.

Sekadau merupakan prioritas dari sekian permintaan kerjasama keuskupan dengan bruder MTB. Misalnya permintaan dari Keuskupan Banjarmasin serta beberapa paroki dan yayasan-yayasan lain. Para bruder MTB diharapkan dapat membantu pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) yang dahulu di sebut Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), yang ada di Sekadau.

Siswa–siswi di SPP/SPMA sebagian besar berasal dari daerah pedalaman seperti Balai Sebut, Jangkang, kampung-kampung di wilayah Sanggau, Kuala Dua, Entikong, Sekadau, Sintang, dan Putussibau. Dengan membantu pendidikan di SPP/SPMA, Dewan Pimpinan Bruder MTB  memandang bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat pedalaman dapat dikembangkan.

Pada tanggal 14 Juni 1993, Dewan Pimpinan mengutus Br. Bernardinus Sukasta MTB dan Br. Nikolaus MTB memulai komunitas di Sekadau. Mereka menjadi pengajar dan tenaga administrasi di SPP.

Pada awal kedatangannya, mereka menempati perumahan karyawan bengkel milik Kongregasi Pasionis (CP). Komunitas Sekadau diresmikan tanggal 25 September 1994 oleh Br. Eduard Quint MTB – Pemimpin Umum Bruder MTB.

Siswa-siswi SPP/SPMA makin meningkat. Tapi mengalami banyak kendala. Yakni, gedung tidak memadai untuk pendidikan pertanian, karena gedungnya terlalu kecil. Juga lingkungan praktik pertanian kejauhan. Dan apalagi sebenarnya gedung yang ditempati SPP/SPMA sedianya memang hanya disediakan untuk SMA Karya Sekadau.

Salah sartu penampakan rumah biara MTB di Kalbar. (Br. Dinus Kasta MTB)

Untuk mengantisipasi hal tersebut, terutama agar fasilitas layanan pendidikan di Sekadau dapat dijangkau masyarakat luas, baik yang berminat masuk SMA atau SPP/SPMA dapat terlayani, maka pada tahun 1997 dimulai pembangunan gedung baru di Jl. Rawak Sekadau. Di komplek yang luas ini dibangun gedung SPP/SPMA, asrama untuk siswa putera SPP/SPMA, dan biara MTB. Kongregasi Suster CP menyediakan tempat untuk siswa puteri.

Keuskupan Sanggau menyediakan lahan pertanian untuk praktik siswa-siswi di lingkungan yang sama. Tahun 1999, semua fasilitas sudah dapat dimanfaatkan. Pada tahun itu siswa/siswi menempati gedung sekolah yang baru, asrama putera dan lahan praktik. Biara bruder MTB, asrama dan sekolah diberkati tanggal 22 Oktober 1999.

Bekerjasama dengan Keuskupan Sanggau, Kongregasi suster–suster CP,  pastor Paroki Sekadau -Pastor Enzo Marini CP- sekolah ini makin berkembang. Peralatan pertanian, seperti traktor dan lainnya diusahakan oleh pastor paroki.

Tahun 2007, para bruder tidak ada yang bekerja di SPP/SPMA lagi, tetapi tetap menyediakan asrama bagi siswa yang akan bersekolah di SPP/SPMA. Asrama memfasilitasi siswa yang akan mengadakan praktik pertanian atau penelitian di lingkungan kebun Bruder MTB.

Saat ini, baik asrama putera dan kebun milik Bruder MTB- masih melayani para siswa yang membutuhkan. Khusus  asrama, selain menampung siswa SPP/SPMA, juga diperuntukkan juga bagi siswa yang sekolah di SMA Karya Sekadau.

Selain itu, para bruder,menyediakan lahan pertanian, pembudidayaan ikan air tawar seperti  lele, gurami, nila dan lainnya.

Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sekadau, lahan pertanian dan kolam disediakan untuk sarana edukasi bagi siswa dan masyarakat sekitar,

Br. B. Sukasta MTB

Rabu, 1 Januari 2025.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here