SEPANJANG tahun 2019 telah terjadi serentetan peristiwa penting bagi Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Bunda Suci Allah (SFIC) Provinsi Indonesia.
Kongregasi yang juga masuk dalam keluarga besar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi ini mengukir dua peristiwa yang patut disyukuri.
Bertepatan dengan Hari Raya kelahiran St. Yohanes Pembabtis dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik, Kongregasi yang lahir di Veghel, Negeri Belanda pada tanggal 24 Juni 1844 di seluruh dunia tahun ini merayakan genap 175 tahun kehadirannya melalui berbagai karya dalam Gereja Katolik.
“Pada hari ini, 24 Juni 2019 Kongregasi SFIC di seluruh dunia merayakan 175 tahun berdirinya Kongregasi SFIC,” ungkap Suster Provinsial SFIC Indonesia Sr. Irene dalam sambutannya.
Sr. Irene mengatakan, perayaan syukur 175 tahun kehadiran SFIC ini diatur oleh masing-masing negara di mana Kongregasi SFIC berada. Seperti halnya di Indonesia perayaan syukur ini akan diselenggarakan pada 12 Oktober 2019 mendatang.
Suster Provinsial SFIC Provinsi Indonesia ini juga memaparkan secara singkat tentang ornamen-aksesoris yang terpajang di sekitar altar seperti 7 bendera negara di mana SFIC berada: Belanda, Indonesia, Filipina, Kenya di Afrika, Thailand, Jepang, dan Kanada.
Juga 10 lilin dengan sepuluh warna yang merupakan rangkuman dari semangat Ibu Pendiri SFIC, Suster Teresia van Miert.
“Semoga semangat karya yang terumus dalam sebuah motto yang berbunyi “Demi Cinta Allah” membuka mata para suster SFIC generasi penerus untuk selalu melakukan pertobatan terus-menerus tanpa henti, senantiasa mendalami Injil sesuai cara St. Fransiskus Assisi menghayati Injil dan menurut teladan para suster pendahulu,” demikian harapan Suster Provinsial.
Harapan Keuskupan
Ucapan selamat atas perayaan syukur 175 tahun SFIC juga disampaikan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.
Uskup mengatakan bahwa sejak kehadiran Kongregasi SFIC di KAP dari awal hingga sekarang ini sungguh merupakan berkat. Melalui karya pelayanan kasih, Kongregasi SFIC terus-menerus menyatukan diri dengan keuskupan “keluarga intinya” untuk bersama-sama mewujudkan visi-misi keuskupan hingga berkembang dengan baik sampai saat ini.
“Baru-baru ini Keuskupan meminta kesediaan para suster SFIC untuk menangani beberapa karya pendidikan maupun pembinaan milik keuskupan seperti sekolah dan asrama putri Nyarumkop dan menjadi staf di Seminari Menengah Nyarumkop,” ungkap Monsinyur.
Hidup membiara 70, 60, 40 dan 25 tahun
Peristiwa bersejarah yang kedua adalah, Kongregasi SFIC juga menyelenggarakan perayaan syukur hidup membiara bagi 10 suster SFIC Provinsi Indonesia yaitu:
- 70 tahun: Sr. Edmunda Tandinaria SFIC.
- 60 tahun: Sr. Imelda Satinah SFIC,
- 40 tahun: Sr. Susana Kristina SFIC, Sr. Lusi Sou SFIC.
- 25 tahun: Sr. Vincentia Susi SFIC, Sr. Yosepha Eang SFIC, Sr. Agusta Heni SFIC, Sr. Benedikta Donata SFIC, Sr. Andrea Goreta SFIC, Sr. Bernadetta Eniwati SFIC.
Perayaan syukur yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus ini berlangsung khimadt dan meriah pada Senin, 24 Juni 2019 pukul 17.00 WIB di Kapel Susteran St. Antonius Pontianak.
Hadir di altar, Vikjen KAP Pastor William Chang OFMCap dan Minister Provinsial Kapusin Pontianak Pastor Herman Mayong OFMCap beserta 11 imam lainnya.
Uskup Metropolit KAP yang akrab disapa Mgr. Agus ini dalam homilinya menyampaikan bahwa peristiwa seperti ini patut menjadi refleksi bagi seluruh umat, bukan semata ditujukan kepada kaum religius yang memilih hidup selibat.
“Setialah akan panggilan hidup yang telah kita pilih. Hal ini tidaklah mudah diwujudkan apalagi setia di era modern seperti saat ini baik itu untuk hidup selibat sebagai imam, bruder dan suster maupun bagi bapak-ibu yang hidup berkeluarga,” ungkapnya.
Uskup mengajak seluruh umat untuk memaknai dan memelihara kesetian dalam keteladanan hidup yang baik. Meskipun hidup di zaman modern namun keteladanan, semangat pengabdian dan pelayanan, hendaknya janganlah luntur oleh gaya hidup apa pun khususnya gaya hidup sekuler.
“Keteladanan hidup sangatlah penting. Kata-kata indah, kata-kata manis tidak bermakna apa pun jika keteladanan hidup tidak saling bersinergi,” ungkapnya.
Kesan bahagia juga terungkap dari perwakilan pestawati, Sr. Andrea Goreta SFIC.
Suster yang sedang bertugas di Rantepao, Sulawesi Selatan Keuskupan Agung Makasar ini mengatakan bahwa perjalanan panjang melakoni hidup membiara hingga boleh mencapai usia 25 tahun bukanlah berkat kekuatan dirinya semata, namun berkat kebaikan Tuhan yang di dalam kerapuhan manusiawi, kegalauan, pergulatan dan godaan Tuhan hadir menguatkan dengan berkat ilahiNya.
“Perjalanan panggilan suci ini kami tempuh dengan aneka suka dan duka; kecemasan, ketakutan, pergulatan, namun juga kebagian dalam kasih persaudaraan. Semuanya ini mendidik kami untuk terus belajar untuk mengikuti Dia yang memanggil kami,” ungkapnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan santap malam bersama di refter susteran SFIC Komunitas St. Antonius Pontianak dan seraya dilantunkan tembang-tembang hiburan dan tarian dari para suster.
Tak ketinggalan, Bapak Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus yang memang suka bernyanyi memberikan suara emasnya pada malam penuh kegembiraan tersebut.