0
166 views
Ilustrasi: Prosesi Tri Harta Iman Gereja Katolik oleh ribuan umat katolik se Paroki Katedral Atambua, 10 Oktober 2016. (Ist)

Kamis, 7 April 2022

  • Kej. 17:3-9.
  • Mzm.105:4-5.6-7.8-9.
  • Yoh. 8:51-59

SETIAP orang punya sejarah hidup hasil dari rangkaian peristiwa suka dan duka, tawa dan kesedihan dalam peziarahan hidup kita.

Aneka kisah dalam hidup kita itulah yang membentuk iman di dalam diri kita.

Maka kehidupan iman kita tidak pernah terpisah dari tradisi dan sejarah.

Kita sampai pada saat ini dan dalam keadaan yang baik, karena keterkaitan dengan orang-orang di masa lalu, yang telah terbukti setia kepada Allah.

“Saya tidak mungkin meninggalkan Gereja apa pun yang terjadi,” kata seorang ibu.

“Meski kini saya harus hidup sendiri dengan anak, tanpa suami,” katanya.

“Saya dulu tidak memaksa suamiku menjadi Katolik, apalagi hanya untuk menikah denganku,” ujarnya.

“Ia sendiri yang mau dan bahkan ikut katekumen, hingga menerima pembaptisan dan kemudian kami menikah secara Katolik,” ujarnya lagi.

“Awalnya keluarga besarnya menolak, tetapi kemudian mereka pun setuju, dan kami hidup tenang,” katanya.

“Namun setelah anak kedua lahir, suamiku mulai berubah bahkan tidak mau ke gereja lagi, malah mulai mengajak kami untuk kembali ke agamanya,” sambungnya.

“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya melatar belakangi niatnya itu, namun saya dengan anak-anak menolak keras, dan apa pun yang terjadi kami tidak akan meninggalkan gereja,” lanjutnya.

“Sejak kecil saya dididik dan didoakan orangtuaku secara katolik, dan saya pun berdoa secara Katolik sejak kecil, dan anak-anakku juga hidup dalam situasi ke-Katolik-an, maka tidak mungkin kami meninggalkan gereja dan ikut petualangan rohani suamiku,” katanya.

“Aku bahagia sebagai orang Katolik dan aku tidak ingin meninggalkan Gereja Katolik apa pun itu alasannya,” katanya lagi.

“Orangtuaku, kakek dan nenekku telah mengajariku mencintai Tuhan Yesus, mereka pernah bercerita padaku bahwa di tengah zaman sulit negara ini, mereka begitu setia pada Gereja, meski nyawa taruhannya,” sambungnya.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian,

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”

Tuhan Yesus adalah Allah, maka kita dapat menaruh hidup kita dalam tangan-tangan kasih-Nya dengan penuh kepercayaan.

Ia mengasihi kita dengan kasih yang dimulai sebelum penciptaan dan mewujudkan cinta-Nya secara penuh dalam kematian-Nya sebagai kurban tebusan bagi kita masing-masing.

Yesus tidak akan membuang kita yang menaruh kepercayaan kepada-Nya.

Selagi kita menghadapi begitu banyak tantangan dari hari ke hari, iman-kepercayaan kita pada Yesus bisa goyah, namun kita harus yakin bahwa Tuhan selalu bersama kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah warisan rohani orang tua kita yang masih kita hidupi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here