2.05.2020 Sabtu (P) Ikut Dia atau Meninggalkan Dia

0
237 views
Berjalan by Onewalk.com
  • Kis. 9:31-42;
  • Mzm. 116:12-13,14-15,16-17;
  • Yoh. 6:60-69

Lectio

      60  Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” 61  Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

      62  Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 63  Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 64  Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

      65  Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” 66  Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. 67  Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

      68  Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 69  dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”  

Meditatio-Exegese

      Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?  

Mendengar percakapan Yesus dengan pemimpin agama Yahudi, para murid saling beradu gagasan. Mereka seperti mengikuti alur pikir para pemimpin agama Yahudi. Mereka kesulitan memahami, mencerna dan merima makna sabda-Nya, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan”  (Yoh. 6:52).

Karena kecewa, gagal paham, dan menganggap Ia sudah makin gila, mereka meninggalkan Yesus. Sementara itu perayaan Paskah sudah semakin dekat. Orang harus memilih mengikuti Paskah lama atau Paskah Baru. Ternyata mereka lebih memilih yang terdahulu.

Yesus menanggapi keputusan mereka meninggalkanNya (Yoh 6:61), “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?”, Hoc vos scandalizat? Ia mengingatkan akan kisah nenek moyang mereka yang menggerutu di Masa dan Meriba, ketika mereka mencobai Allah, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel 17:3). Belum lama mereka menyaksikan karya Agung Allah membebaskan mereka dari tangan Mesir dengan menyeberangi Laut Teberau (Kel 14: 15-30).

Lalu Ia bersabda, “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” (Yoh. 6:63). Mereka lupa akan nubuat Nabi Daniel tentang Anak Manusia. Dialah Anak Manusia yang menghadap Allah dan diberi kekuasaan dan kemuliaan sebagai Raja segala raja; dan Kerajaan-Nya tidak akan lenyap (bdk. Dan. 7:13-14). Yang paling berat diterima akal mereka adalah sabda-Nya, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6: 63).

Bila sabda-Nya dipahami huruf demi huruf, jemaat yang dibina Santo Yohanes sama seperti mereka yang meninggalkan Yesus. Masing-masing jemaat membutuhkan terang Roh Kudus agar mampu memahami, mencerna dan mengimani sabda-Nya (Yoh. 14:25-26; 16: 12-13). Santo Paulus menulis kepada jemaat Korintus, “Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2Kor. 3: 6).

Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya

Pada Exodus, Keluaran pertama, bangsa Israel bersungut-sungut dan mencobai Allah. Sebelum mereka diberi makan manna, mereka meragukan kehadiran Allah di tengah mereka, “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” (Kel. 17:7); dan mereka menentang Musa (bdk. Kel. 17:2-3; 16:7-8).

Para murid bisa jatuh dalam pencobaan ini, seperti para leluhur bangsa Israel. Mereka akan menggerutu seperti orang yang gagal paham dan mencela Yesus (Yoh. 6:60); lalu mengambil keputusan untuk meninggalkan jemaat dan diri-Nya. Mereka “mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia” (Yoh. 6: 66).

Apakah kamu tidak mau pergi juga? 

Yesus tidak mencari pengikut. Ia menyingkapkan kehendak Bapa yang berbelas kasih dan penuh kerahiman. Dialah Wajah Allah yang berbelas kasih, Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus (Paus Fransiskus, MV, nomor 1).

Yesus tidak berkehendak menyenangkan seorang pun. Ia lebih memilih sendirian dari pada dikerubuti orang banyak yang hatinya tidak mau berpaut pada Allah dan kehendak-Nya. Ia menantang Petrus untuk mengambil sikap tegas : menerima atau menolak-Nya.

Petrus memutuskan untuk memilih-Nya dan menyatakan kesediaan untuk berpaut padaNya (Yoh 6: 68-69), “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”, Domine, ad quem ibimus? Verba vitae aeternae habes; et nos credidimus et cognovimus quia tu es Sanctus Dei.  

Pesan Santo Yohanes Paulus II: “Carilah Yesus; dengan berusaha keras untuk memperdalam pengalaman iman pribadimu, kamu akan ditunjukkan dan dituntun pada kepenuhan hidupmu. Tetapi, lebih dari semua itu, bukalah dirimu untuk menambatkan hatimu dan melakukan seluruh usaha untuk mengasihi Yesus.

 Kasihilah Dia dengan kasih yang lembut, benar dan meluap dari hatimu.   Ia pasti menjadi sahabatmu dan penopangmu sepanjang perjalanan hidup. PadaNyalah Sabda hidup abadi (“Sambutan pada pelajar di Guadalajara”, 30 Januari 1979).

Katekese

Makanlah Hidup, Minumlah Hidup. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :

 “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal,” sabda Tuhan. Makan hidup, minum hidup. Kalian memiliki, dan hidup dalam kepenuhannya. Lalu, Tubuh dan Darah Kristus akan menjadi hidup bagi masing-masing orang dengan syarat: sebenarnya, apa yang dimakan secara kasat mata dalam bentuk Sakramen secara rohani dimakan dan secara rohani pula diminum” (dikutip dari Sermon 102,2)

Oratio-Missio

      a.   Tuhan, bantulah aku untuk mengusir keraguan dan ketakuan dari dalam hatiku, agar aku dengan bebas selalu memeluk sabdaMu dan percaya penuh padaMu. Jadilah Tuhan atas hidupku dan Penguasa hatiku. Singkirkanlah penghalang yang yang merintangi kedekatanku padaMu. Amin.

      b.  Apa yang perlu kulakukan untuk selalu setia padaNya?

Respondit ei Simon Petrus, “Domine, ad quem ibimus? Verba vitae aeternae habes”  – Ioannem 6: 68

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here