SINODE diambil dari sebuah kata dari bahasa Yunani yang terdiri dari suku kata Syn: Bersama, (H) Odos: Jalan, yang diartikan menjadi “Jalan Bersama”.
Dalam konteks kehidupan menggereja, Sinode Keuskupan Bogor berarti Sidang atau Pertemuan antara Uskup Diosesan Bogor, para imam, rohaniwan-rohaniwati beserta umat awam, dalam rangka merayakan, merefleksikan perjalanan bersama hidup berimannya dan bersyukur atas karya – karya agung Allah.
Di samping itu, Sinode juga bertujuan untuk menemukan problem–problem reksa pastoral kemudian menemukan solusi–solusi mengekspresikan imannya akan Allah. Perayaan perjumpaan tersebut diwujudkan dalam pertemuan–pertemuan sejak di tingkat paroki, dekanat hingga pertemuan puncak tingkat Keuskupan.
Refleksi perjalanan pastoral
Sinode 2019 ini juga merupakan refleksi lima tahun perjalanan gembala Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai Uskup Keuskupan Bogor. Ini adalah Sinode ke-2 setelah yang pertama diadakan pada tahun 2002.
Sinode lalu telah menghasilkan visi dan misi Keuskupan Bogor. Sinode ke-1 lalu ditindaklanjuti dengan acara Temu Pastoral pada tahun 2007 yang kemudian dari dua pertemuan tersebut menghasilkan dokumen hasil penyelenggaraan Sinode ke-1 tahun 2002 lalu dan Temu Pastoral 2007 sebagai roadmap: Prioritas Kebijakan Pastoral Keuskupan Bogor 2016-2020.
Tema Sinode 2
Sinode ke-2 tahun 2019 ini mengambil tema “Sukacita sebagai Communio yang Injili, Peduli, Cinta Alam dan Misioner”.
Landasan biblis dari bacaan yang sangat inspiratif diambil dari Lukas 24:13–35, “Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus”.
Dalam bacaan tersebut, Tuhan Yesus menjadi teman seperjalanan dua orang murid-Nya yang memutuskan pulang ke Emaus, karena kekecewaannya oleh kematian Tuhan Yesus di kayu salib.
Yesus yang mereka harapkan sebagai pemimpin politis untuk keluar dari masalah penjajahan Kekaisaran Romawi ternyata malah mati di kayu salib. Dalam situasi galau dan seolah kehilangan iman, mereka memutuskan pulang ke Emaus.
Di sini Tuhan Yesus menjadi “teman seperjalanan” mereka untuk kembali menemukan iman dan kemudian berani mewartakan Kebangkitan-Nya kepada para murid di Yerusalem.
Tema tersebut dipadukan dengan semangat Sinode yang injili (In Verbo Tuo), sukacita dan sederhana demi keutuhan (Omnes in Unitatem). Dimaknai sebagai perjumpaan–perjumpaan yang berlandaskan sikap sikap injili yang selaras dengan kehendak Tuhan.
Mengalami perjumpaan bersama seluruh umat di Keuskupan Bogor dalam suasana penuh sukacita dan diselenggarakan dalam semangat sederhana (diselenggarakan seekonomis mungkin) namun mampu menciptakan persaudaraan serta kerendahan hati yang tinggi.
Tiga tahap
Pertemuan Sinode dibagi dalam tiga tahap:
- Sinode Paroki (ada 25 pertemuan Sinode Paroki baik untuk umat umum dan OMK).
- Sinode Dekanat (ada 4 pertemuan tingkat Dekanat yaitu Dekenat Utara, Selatan, Barat dan Timur).
- Sinode Puncak tingkat Keuskupan sebagai penutupnya.
Pertemuan Sinode masih ditambah dengan, satu sinode tarekat di Sukabumi, satu sinode para imam (Dekanat Tengah), dua sinode Komisi Pendidikan, satu sinode mahasiswa total ada 55 pertemuan.
Secara keseluruhan membutuhkan 37 hari pertemuan dalam lima bulan atau rata–rata 8 hari pertemuan setiap bulannya.
Sinode diikuti 5,980 umat + 2,493 OMK total 8,473 orang (10,016 orang plus panitia, di luar sinode imam dan tarekat).
Jika dihitung dari jumlah peserta dan kemudian diasumsikan ke dalam pemakaian air mineral kemasa, maka pertemuan Sinode ini mampu menghemat kurang lebih 758 dus gelas air minum dalam kemasan.
Ini sebagai tindakan nyata untuk kampanye lingkungan hidup dari Keuskupan Bogor dalam rangka ikut menekan sampah plastik.
Cakupan wilayah pastoral
Perlu diketahui bahwa Keuskupan Bogor merupakan Keuskupan yang cakupan wilayah pastoralnya cukup luas.
- Kawasan Selatan mencapai daerah Pelabuhan Ratu;
- Kawasan Timur hingga daerah Cianjur.
- Utara hingga Cinere.
- Barat hingga Serang dan Cilegon.
- Secara keseluruhan terdapat 23 Paroki, 1 kuasi, 1 stasi dan 1 Gereja Mahasiswa.
Dari pertemuan–pertemuan Sinode di tingkat paroki ini kemudian ditindaklanjuti dengan proses merumuskan usulan kebijakan secara “apa adanya” dari seluruh pendapat umat yang bisa dijaring menjadi usulan rumusan kebijakan pastoral.
Tim perumus dan steering committee tidak “mengoreksi” pendapat dan atau “menghakimi pendapat” yang ada. Semua pendapat dianggap sama-sama penting, terdapat 335 rumusan pendapat dari seluruh dekanat yang dihasilkan dari proses ini.
Puncak dari pertemuan SINODE adalah Pertemuan Terakhir yang diselenggarakan pada tanggal 5–7 Desember di Kinasih Resort, Jalan Raya Sukabumi yang lalu.
Diikuti oleh perwakilan dari seluruh Paroki di Keuskupan Bogor; termasuk para rohaniwan dan rohaniwati serta OMK.
Semangat dari puncak acara pertemuan Sinode ini secara biblis diilhami dari bacaan Kisah Para Rasul 15:2–29 yaitu peristiwa Sidang atau Konferensi Yerusalem.
Dalam Sidang Yerusalem pesertanya adalah merupakan perwakilan jemaat atau Gereja Awal, baik yang dari Antiokhia Syria maupun jemaat Yerusalem sendiri. Jadi tidak seluruh umat ikut dalam pertemuan puncak Sinode, masing–masing paroki diwakili sekitar 15 orang.
Dalam acara puncak diadakan beberapa sesi “Feeding Workshop” yang berfungsi untuk memberi bekal bagi seluruh peserta Sinode Puncak sebelum memasuki acara puncak “workshop” Rumusan Kebijakan Pastoral.
Ada tujuh sesi “feeding workshop” dan satu sesi “workshop” rumusan:
- Judul “Kajian Teologis Tema Sinode; Injili, Peduli, Cinta Alam dan Misioner”. Materi ini dibawakan oleh para nara sumber Romo Yohanes Driyanto Pr, Romo Habel Jadera Pr, Sr. Christina FMM, dan Sr. Marietta SFS dengan dimoderatori oleh Romo Dion Manopo Pr.
- Judul “Gereja Membaca Tanda–tanda Zaman” dibawakan oleh nara sumber Romo Franz Magnis-Suseno SJ dengan moderator Romo Jeremias Uskono Pr. Romo Magnis berbicara tentang bagaimana Gereja Katolik harus mengambil sikap terhadap tantanga –tantangan ke depan, baik secara internal Gereja Katolik maupun masalah eksternal secara global.
- Judul “Gereja dan Dinamika/ Sosial Politik Nasional” kembali dibawakan oleh nara sumber Romo Franz Magnis-Suseno SJ dengan moderator Bapak Y. Ari Nurcahyo. Berbeda dengan materi sebelum yang berbicara tantangan tantangan secara global, maka dalam materi ini Romo Magnis berbicara tantangan secara domestik atau nasional.
- Judul “Menghidupkan Roh yang Menyegarkan” dibawakan oleh Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dengan moderator Romo Habel Jadera Pr. Dalam materi ini Monsinyur menekankan bahwa spiritualitas kristiani: semangat hidup, roh yang menggerakkan, menghidupkan gerak pastoral serta gerak kehidupan umat: pribadi, keluarga-keluarga, OMK dan anak-anak. Gereja kita adalah suatu organisma yang dihidupkan oleh daya roh ilahi. Perjumpaan umat di tingkat Keuskupan Bogor (Sinode Puncak) diharapkan oleh Bapa Uskup mampu menggali sumber-sumber kesegaran baru dalam Roh, menguatkan “communio” (persekutuan), menguatkan komitmen pada kelestarian lingkungan, menguatkan komitmen gereja untuk hadir pada masyarakat dan kecintaan pada budaya bangsa serta memfinalisasi kebijakan pastoral.
- Judul “Gereja Hadir Bagi yang Terpinggirkan” dengan nara sumber Romo Yohanes Driyanto Pr dan moderator oleh Romo R. Untung Hatmoko Pr. Dari judulnya jelas bahwa romo membahas bagaimana Gereja Katolik hadir bagi mereka yang lemah, sakit, cacat, miskin, kecil dan terpinggirkan sebagai sebuah prioritas pastoralnya.
- Judul “Keuskupan Bogor Dalam Angka (MSI)” yang dibawakan oleh nara sumber Bapak Melling Situmorang, Bapak FX Bayu Raharjo, Romo Yustinus Monang Pr, Romo Paulus Haruno pR (Vikjen Keuskupan Bogor) dengan moderator bapak Adolf Parhusif. Dalam materi ini dibahas tentang data data statisik umat dan paroki paroki di Keuskupan Bogor.
- Judul “Program Pastoral Keuskupan Bogor: Sebuah Analisa” dibawakan oleh bapak Antonius Sulistyo dan Romo Paulus Haruno (Vikjen Keuskupan Bogor) dan moderator Bapak FX Rickoloes. Dalam sesi ini materi yang dibahas adalah merupakan suatu hasil evaluasi monitoring tata kelola reksa pastoral 2014–2018 Keuskupan Bogor. Dari hasil kajian dan evaluasi monitoring selama empat tahun karya pastoral Keuskupan, ternyata banyak dijumpai temuan–temuan ketidakselarasan kebijakan tata kelola reksa pastoral paroki yang tidak sejalan dengan kebijakan pastoral keuskupan sehingga hal ini akan menjadi strategi perbaikan untuk periode pastoral selanjutnya.
- Sesi 8 merupakan sebuah sesi “workshop” Rumusan Kebijakan Pastoral, membahas berbagai hasil rumusan tentang Kebijakan Pastoral bidang keluarga, pendidikan, lingkungan hidup, OMK, dan sosial masyarakat, yang merupakan hasil dari pertemuan Sinode Paroki dan Sinode Dekenat. Hasil rumusan ini akan diajukan sebagai usulan rumusan Kebijakan Pastoral Keuskupan Bogor yang nantinya akan diputuskan oleh Uskup Bogor.
Dalam Sinode Puncak ini juga diselenggarakan “Side Event” yang menampilkan seminar–seminar serta “stand booth” yang menitikberatkan pada hal–hal bertemakan tentang lingkungan hidup, hasil pertanian, atau budi daya serta seni budaya lokal sebagai selingan acara di sela–sela waktu rehat.
Ada bebarapa sten dari berbagai komunitas yang menampilkan produk–produk daur ulang. Di setiap acara harian maka dibuka dan ditutup dengan ibadat.
- Hari pertama dibuka dengan Misa Pembukaan Sinode Puncak kemudian ditutup dengan Doa malam Taize.
- Hari kedua dibuka dengan Misa Jumat Pertama kemudian ditutup dengan ibadat Adorasi.
Dalam Sinode Puncak Keuskupan Bogor ini terjadi proses ringkasan dari usulan rumusan kebijakan menjadi kurang lebih 120 kebijakan pastoral dari sebelumnya 335.
Kemudian usulan rumusan kebijakan tersebut akan ditinjau dan diputuskan oleh Uskup Bogor menjadi Kebijakan Reksa Pastoral Keuskupan Bogor.
Seluruh rangkaian acara Puncak Sinode Keuskupan Bogor ditutup dengan Misa Sinode dengan tema “Diutus Untuk Menggembalakan” yang dipimpin oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM bersama para imam konselebran.