TAHUN ini, Hari Air Dunia di Indonesia mengusung tema Water and Food Security: Collaborative Actions for Sustainable Water Management in Indonesia. Sebuah perayaan berikut seminar terbuka diselenggarakan oleh Indonesia Global Compact Network (IGCN) bekerjasama dengan United Nations in Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Tak kurang ada sedikitnya 85 tokoh nasional datang pada perhelatan di Jakarta Pusat yang dihadiri oleh para wakil dari beberapa perusahaan terkemuka, LSM, PU, media. Mantan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah LH Erna Witoelar, Prof Dr. Nila Juwita Anfasa Moeloek, dan Dr. Arief Rahman juga terlihat hadir pada acara yang digelar di PPM, Menteng, Jakarta Pusat.
“Setiap mengonsumsi makanan, manusia perlu ingat bahwa makanan tersebut selalu memerlukan air dalam proses produksinya,” kata Ketua PPM Andi Ilham Said dalam sambutannya. Menurut dia, PPM juga ingin berkomitmen terlibat dalam segala upaya program konservasi air di masa-masa mendatang.
Pentingnya gerakan massal konservasi air
Presiden IGCN YM Junardy mengajak peran perusahaan-perusahaan swasta untuk terlibat aktif dalam upaya konservasi air. Menurut Junardy, pihaknya juga aktif menggandeng peran beberapa universitas untuk menyukseskan program penting ini.
Tahun lalu misalnya, kata Junardy, peringatan Hari Air Dunia terjadi di lingkungan kampus Universitas Binus. “Tahun itu pula ada lima perusahaan swasta menandatangani komitmen untuk melestarikan sumber air bersih di Indonesia,” kata Junardy.
Kelima perusahaan swasta itu adalah PT Asia Pulp and Paper, PT Rajawali Plantation, PT Martina Berto Tbk, Persh. Armada Taksi Express Group, dan PT Supra Boga Lestari (Ranch Market). “Merupakan komitmen IGCN untuk terus mencoba mempromosikan pentingnya konservasi air ke dunia usaha. Ini berkaitan dengan tugas IGCN dalam masalah air yakni (1) Perlunya meningkatkan awareness akan masalah air; (2) perlunya kerjasama semua pihak karena masalah air adalah masalah strategis; (3) perlunya mencari dan menerapkan teknologi konservasi air tepat guna,” tandas Junardy.
Sementara, Director and Representative UNESCO Prof. Hubert Gijzen mengisahkan Sejarah Rio+20 (Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan) yang merupakan kelanjutan dari KTT Bumi di Rio pada tahun 1992 dimana berbagai negara telah mengadopsi Agenda 21. Itu tak lain merupakan satu cetak biru untuk memikirkan kembali pertumbuhan ekonomi, memajukan
kesetaraan sosial dan menjamin terlindungnya lingkungan. “Setelah 20 tahun, rupanya masalah air tidak membaik malah sebaliknya. Masalah climate change 90% berkaitan dengan sumber daya air,” kata Prof. Gijzen sembari membacakan pesan Sekjen PBB pada peringatan Hari Air Dunia yang jatuh pada hari Kamis, tanggal 22 Maret ini.
Mewakili Menteri PU Joko Kirmanto yang berhalangan hadir, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PU Mochammad Amron mengungkapkan kegembiraannya karena direktorat SDA PU mendapat mitra penting dalam upaya menjaga konservasi air.