INI pas berbarengan dengan Hari Raya kelahiran St. Yohanes Pembabtis dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik. Tarekat religius Suster Sorroum Fransiscalium ab Immaculata Conceptione a Matre Dei (SFIC) –istilah bahasa Indonesia resminya adalah Konggregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan tak Bernoda Bunda Suci Allah—pada hari itu di seluruh dunia merayakan 174 tahun kehadirannya dalam Gereja Katolik.
Perayaan HUT ke-174 berdirinya Kongregasi SFIC ini dirayakan dengan meriah oleh para suster SFIC di Provinsi Indonesia. Itu terjadi dalam misa syukur di Kapel Susteran SFIC St. Antonius tanggal 24 Juni 2108. Perayaan Ekaristi pada Minggu sore kemarin pukul 17.30 WIB ini dipersembahkan oleh Sekretaris Keuskupan Agung Pontianak Pastor Pius Barces CP.
Dalam homilinya, Pastor Barces mengatakan bahwa, kelahiran sebuah tarekat pada umumnya berawal dari keterpesonaan akan Yesus. “Ada gerakan roh dari dalam yang mendorong para pendiri tarekat untuk mewujudkan keterpesonaannya melalui karya partisipasi dalam Gereja,” ungkapnya.
Namun, “Sebagai generasi penerus warisan pendiri zaman modern ini, tidak cukup hanya terpesona saja; tetapi bagaimana agar karya dalam tarekat yang sudah berdiri kokoh ini menjadi berkembang dan membawa banyak orang kepada keselamatan,” ungkap pastor dosen STT Pastor Bonus ini menyampaikan ajakannya kepada para suster yang hadir.
Kelahiran tarekat religius ordo ketiga regular yang mengambil spritualitas St. Fransiskus Assisi ini bermula dari kedatangan tiga orang suster pertama dari Veghel, Belanda yang inovatif pada 24 Juni 1844.
Mereka adalah Sr. Teresia van Miert, Sr. Bernardina van Hoof, dan Sr. Fransisca de Roij.
Saat itu, ketiga suster muda itu baru saja menyelesaikan masa pembinaan sebagai novis di Roosendaal dengan didampingi oleh Mère Marie Joseph yang waktu itu menjadi pemimpin Komunitas Biara Rosendaal. Mereka dibina dengan semangat Fransiskan penitenten recollectinen.
Pada tanggal 19 September 1844, ketiga suster pertama itu lalu mengikrarkan kaul kekalnya. Uskup Keuskupan Den Bosch di Negeri Belanda yakni Mgr. Zwijsen berkenan mensahkan proses pemilihan dan kemudian mengukuhkannya secara gerejawi serta mengangkat Sr. Teresia van Miert menjadi pemimpin umum untuk masa enam tahun bagi komunitas religius yang baru berdiri.
Kini SFIC telah menginjak usia174 tahun. Semangat karya yang terumus dalam sebuah motto yang berbunyi “Dengan demi Cinta Allah” sebagaimana telah dirumuskan oleh Ibu Pendiri Kongregasi SFIC yakni Sr. Teresia van Miert.
Semangat itu ditancapkan abadi di dada setiap suster SFIC sebagai jawaban atas panggilan Tuhan untuk melakoni hidup bhakti di dalam Gereja. Caranya, dengan mengabdikan diri bagi kebutuhan zamann melalui berbagai karya yang sejak dulu dikerjakan oleh para suster SFIC. Itu antara lain karya pendidikan, katekese, perawatan orang sakit dan jompo, karya sosial, dan karya misi.
Hal ini hendaknya membuka mata para suster SFIC generasi penerus untuk selalu melakukan pertobatan terus-menerus tanpa henti, senantiasa mendalami Injil sesuai cara St. Fransiskus Assisi menghayati Injil dan menurut teladan para suster pendahulu. Semoga para suster SFIC di masa sekarang dan yang akan datang senantiasa dimampukan untuk terus menjadi pewaris semangat Ibu Pendiri Kongregasi dan para suster misionaris SFIC generasi awal.
Semoga refleksi dari para suster pendahulu itu mampu menghasilkan buah berlimpah di dalam realitas hidup sehari-hari. Yakni, keinginan bersama untuk senantiasa ingin meretas kembali semangat awal persaudaraan para Suster Fransiskan Veghel dalam spiritualitas kesederhanaan, kepatuhan, cintakasih, dan matiraga.
Proficiat HUT 174 tahun SFIC.