25 Tahun Imamat Tiga Pastor Keuskupan Agung Samarinda di Hulu Sungai Mahakam

0
990 views
Bapak Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF dan ketiga imam yubilaris menerima prosesi penyambutan adat Dayak Bahau di Hulu Sungai Mahakam, Kaltim. (Romo Tarsy Amat MSF Kalimantan)

DENGAN menyusuri Sungai Mahakam dan harus juga sukses melewati riam-riam, Bapak Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF bersama para imam Keuskupan dan umat tiba di Paroki St. Yosef, Long Pahangai di Hulu Sungai Mahakam.

Mereka disambut secara adat Dayak Bahau oleh umat Paroki Long Pahangai.

Mgr. Yustinus MSF dan para imam di Keuskupan Agung Samarinda mengadakan retret dan syukur atas rahmat 25 tahun imamat Romo  Ignatius Ding Jhenau Pr, Romo Thadeus Sam Anyeq Pr, dan Romo Aloysius Baha SVD, pada Kamis, 3 Oktober 2019.

Ketiga pastor itu berkarya di wilayah gerejani Keuskupan Agung Samarinda, Kaltim.

Jalan panggilan

Selama 25 tahun, ketiga pastor ini mengabdi Keuskupan Agung Samarinda.

Romo Ignatius Ding Pr berasal dari Paroki St Yosef, Long Pahangai. Dalam testimoni panggilannya, ia menceritakan dulu ia tidak mau jadi pastor.

“Ketika melamar ke Keuskupan Agung Samarinda, saya berharap agar Bapak Uskup menolak lamaran saya. Tetapi ternyata lamaran saya diterima,” demikian ia berkisah.

Putra Dayak Bahau ini pun melanjutkan pendidikan imamatnya di STFK Ledalero, Flores ,NTT, bersama kedua rekannya.

“Setelah jadi imam pun perasaan ragu itu terus menyelimutiku, karena merasa tidak memiliki kecakapan yang luar biasa menjadi imam, juga tidak pandai berbicara di depan umum,” paparnya lagi.

“Meskipun demikian saya tetap setia dan melaksanakan tugas imamat dengan baik sampai saat ini, meskipun aral rintangan banyak menantangnya,” tuturnya.

Pastor ketiga dari Paroki

“Pastor Ding menjadi pastor ketiga dari Paroki Long Pahangai. Itu berarti selama 35 tahun belum ada calon dari Paroki ini,” ungkap Romo Trisno Yuwono Pr, Pastor Kepala Paroki Long Pahangai.

“Mengapa  acara syukuran ini diadakan di paroki kita? Ini supaya bisa menggugah anak-anak muda termotivasi mau menjadi imam, bruder dan suster. Lagi pula mayoritas penduduk di Hulu Mahakam ini juga Katolik,” tuturnya lagi.

Rumus “Lima B”

Kini giliran Romo RD Alo SVD berkisah tentang panggilan hidupnya menjadi imam.

Ia  mengungkapkan pengalaman imamatnya selama 25 tahun dalam lima pilar hidupnya yaitu “Lima B”: yakni Bertobat, Bodoh, Bertahan, Berkat, dan Berbagi.

Bertobat merupakan tahap awal dalam panggilanku menjadi imam dan pertobatan juga memang merupakan warta utama injil Yesus kepada dunia. Maka dalam hidup menjadi imam, kadang tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu perlu bertobat terlebih dahulu,” demikian ungkap Pastor kelahiran Flores.

Ia juga menghayati semangat “kebodohan” dalam pastoralnya.

Semangat kebodohan itu dikutip dari perikop Kitab Suci yang berbunyi demikian: “Apa yang terlihat bodoh di mata manusia, tetapi dipakai Tuhan untuk mempermalukan yang cerdik pandai.”

Semangat kebodohan membuat pastor yang memiliki motto tahbisan “Kenangkan aku”, bisa berelasi dengan lapisan masyarakat dan menempatkan diri sebagai gembala yang selalu belajar.

“Kesetiaan sampai 25 tahun menjadi imam juga karena saya selalu mempertahankan panggilan imamat, meskipun jatuh bangun. Saya bahagia menjadi imam,” katanya.

Demikian juga selama menjadi imam ia mendapatkan banyak berkat sekaligus membagi berkat bagi sesama. “Dengan membagi berkat bagi sesama,  kita pun memperoleh berkat,” ungkapnya lagi.

Tiga model

Tidak berbeda dengan kedua rekannya, Romo Sam Anyeq Pr, mensharingkan pengalamannya.

“Selama menjadi seorang imam, saya mengidentikan diri saya dalam tiga model pengalaman yaitu, imam kultus, imam eksekutif, dan imam eksistensialis.”

Pertama, imam kultus yaitu imam yang giat melayani sakramen di stasi-stasi dan mengunjungi umat. Itu dilakukannya pada masa awal imamat, sebagai pastor muda.

Setelah itu, ia menjadi imam eksekutif yaitu menjadi bagian dari Kuria Keuskupan Agung Samarinda dan itu cukup lama sebagai Ekonom Keuskupan.

Kemudian imam eksistensialis yaitu imam yang merakyat di tengah umat.

“Mungkin saya pastor yang pernah memenjarakan umat sendiri. Waktu itu, saya tak tega melihat seorang bapak tega bertindak kekerasan kepada anaknya. Karena itu, ia lalu melaporkan kasus itu ke polisi. Bapak anak itu ditangkap dan kemudian dipenjarakan,” tandasnya mengenang peristiwa tersebut.

“Akhirnya semua pengalaman tersebut membuat kami bersyukur karena rencana Tuhan yang berkarya atas diri kami untuk mewartakan sukacita injil di tengah umat,” kata Romo Sam menutup sharingnya.

Mari bersyukur

Mgr Yustinus Harjosusanto MSF yang memimpin misa syukur perak imamat ketiga yubilaris ini mengajak semua umat untuk bersyukur.

“Gereja tanpa imam, tidak lengkap. Kehadiran imam menunjukan kehadiran Gereja di tengah dunia,” ajak Bapak Uskup dalam homilinya.

Karena itu, Mgr Yustinus mengajak umat untuk bersyukur atas kesetiaan ketiga imamnya ini.

Uskup Keuskupan Agung Samarinda Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF bersama ketiga imam yubilaris dan Ketua UNIO Keuskupan Agung Samarinda Romo Wilibrodus (kanan) — Romo Tarsy Amat MSF Kalimantan.

Mgr Yustinus juga mengajak umat Katolik di Kabupaten Mahulu, secara khusus umat Paroki St. Yosef Long Pahangai, agar mendorong anak-anak muda menjadi imam, bruder dan suster.

“Menjadi imam memang dipanggil untuk membagi berkat, tetapi mereka juga mendapat berkat,” katanya lagi.

Harapan pemerintah

Bupati Mahulu Bapak Bonifasius Juan urut hadir dalam perayaan ini. Beliau berharap agar Pemerintah dan Gereja selalu bersinergi membangun masyarakat Kabupaten Mahulu.

“Peran para pastor sangat sentral. Pastor tidak hanya melayani Umat Katolik tetapi juga masyarakat yang lain melalui upaya menjaga toleransi dan kehidupan bermasyarakat yang tenteram di Mahakam Hulu.

Pembangunan masyarakat harus berfondasi pada spiritualitas yang baik.

“Tugas pemerintah membangun infrastruktur, tetapi tugas para pastor yang menanamkan spiritualitas Kristiani kepada masyarakat,” kata Pak Bupati Bonifasius.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here