INI benar-benar langkah super berani. Untuk tidak mau mengatakannya sebagai “terobosan baru” yang nekad. Tapi ya memang begitulah yang terjadi.
Ini sudah lama direncanakan. Malah sejak setahun lalu. Tepatnya September 2021. Ketika negeri ini masih “terombang-ambing” gawat oleh pandemi coronavirus.
Pendidikan semangat anti korupsi
Itulah waktu, ketika Sr. Rosali OSF selaku Provinsial Kongregasi Suster Santo Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani –selanjutnya disebut OSF Semarang- sudah punya gagasan cemerlang.
Yakni, ingin “mendidik” para gadis remaja calon suster OSF Semarang untuk sejak usia “dini” mereka sudah memiliki semangat kepemimpinan berintegritas.
Dalam bahasa populer masa kini, model kepemimpinan berintegritas itu artinya sama dengan semangat anti korupsi.
Antara “ya” dan “tidak”
Tentu saja di masa pandemi Covid-19, gagasan akan menggelar sebuah lokakarya selama dua hari untuk program kepemimpinan berintegritas itu menjadi sulit dilaksanakan.
Apalagi, bulan-bulan sepanjang tahun 2021-2022 itu, gelombang Covid-19 varian Delta yang “ganas” telah menyerbu semua kawasan permukiman padat di Jawa.
Jateng -dan khususnya Kudus dan Yogyakarta- bahkan sampai berjuang “habis-habisan” agar badai varian Delta jangan sampai makan korban lebih banyak lagi.
Karena itu, gagasan untuk menyelenggarakan program kepemimpinan berintegritas bagi para suster muda OSF Semarang yang sudah digagas sejak medio tahun 2021 menjadi sedikit “berantakan”.
Antara “ya” dan “tidak”. Karena semua tergantung situasi dan kondisi.
Untunglah, mulai tanggal 19 Mei 2022, Presiden Joko Widodo merilis pengumuman penting: publik boleh “lepas masker” di luaran. Tetapi tetap harus “waspada” dengan setia mengikuti protokol kesehatan yang perlu.
Tak ayal, ini langsung “memancing” antusiasme masyarakat untuk melakukan perjalanan.
Kondisi macam inilah yang akhirnya membuat Sr. Rosali OSF sampai “berani” memutuskan: program pendidikan kepemimpinan berintegritas dan pembinaan semangat anti korupsi harus tetap bisa digelar.
Yayasan Bhumiksara
Untuk keperluan formatio bagi para calon suster OSF Semarang ini, Sr. Rosali OSF lalu mengundang Yayasan Bhumiksara.
Inilah lembaga non profit berkedudukan di Kampus Unika Atma Jaya Jakarta.
Lembaga ini didirikan antara lain oleh Romo Kuylaars “Kadarman” SJ, Mgr. FX Hadisumarta O.Carm, Frans Seda, Prof. Anton Moeliono, dan PS Swantoro dari Harian Kompas – semuanya sudah meninggal dunia.
Lima tenaga sukarela
Merespon keinginan pimpinan OSF Semarang, Yayasan Bhumiksara langsung bergerak cepat. Menentukan tenaga sukarelawan mana saja yang “siap sedia” mengampu program kepemimpinan berintegritas untuk 27 suster muda OSF ini.
Akhirnya didapatlah lima tenaga sukarelawan yang siap mengampu empat modul pelatihan untuk para suster muda OSF Semarang ini.
Mereka adalah:
- Romo FX Adisusanto SJ – kini Sekretaris Uskup Keuskupan Banjarmasin, Kalsel.
- Prastowo Nugroho – dokter umum alumnus FK UGM, kini ikut membantu pengembangan RS Santo Yusup di Boro, Kulon Progo, DIY.
- Dosorini, psikolog dan pemimpin Pusat Pelayanan Psikologi Natan – lembaga layanan psikologi milik Keuskupan Agung Jakarta.
- Al Nurbandana, trainer yang pernah bekerja lama di Caltex Pacific Indonesia di Rumbai, Riau.
- Royani Ping – dosen Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Bhumiksara.
Akhirnya, “Hari H” nya pun tiba.
Empat tenaga sukarelawan melaju ke Semarang dari Jakarta. Sedangkan, Romo Adisusanto SJ terbang ke Ibukota Provinsi Jateng dari Banjarmasin di Kalsel – tempatnya kini bertugas di Keuskupan Banjarmasin. (Berlanjut)