KALAU Paus Fransiskus mengajak kita merenungkan “Jalan Bersama”, maka Perawan Maria berjalan ke rumah saudarinya, karena di usia tua diberi peluang untuk “mengandung dan menerima seorang anak”.
Lk 1:39 dst menceriterakannya: Bagaimana Maria menaruh perhatian kepada saudarinya: suatu kebiasaan kekeluargaan yang menggembirakan.
Dalam suasana “hidup mandiri” di masa sekarang, masihkah kita menaruh perhatian pada karunia Tuhan kepada bagian dari keluarga besar, yang sedang menyambut anak-Nya dengan sukacita?
Marilah kita saling memberi perhatian, kepada bentuk-bentuk kasih sayang kekeluargaan, sebagai wujud iman kita kepada Allah, yang sering menganugerahkan keturunan, sesuai dengan Kehendak-Nya.
“Syukur kepada-Mu, Tuhan”.