31 Calon Imam Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Jalankan TOP

1
2,524 views
Foto Frater Tingkat IV saat masih tingkat II

SEMINARI Tinggi St. Petrus Ritapiret mengutus tiga puluh satu fraternya untuk menjalankan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di lima Keuskupan tempat mereka berasal, yakni Keuskupan Ruteng (15 frater), Keuskupan Agung Ende (6 frater), Keuskupan Maumere (2 frater), Keuskupan Larantuka (6 frater), dan Keuskupan Denpasar (2 frater).

Dalam misa perutusan di Kapela Agung Seminari Tinggi St.Petrus Ritapiret, Selasa pagi, (13/06/2017), Praeses Ritapiret, RD. Philipus Ola Daen, menyampaikan pesan agar para frater TOP selalu mengedepankan perbuatan baik tanpa menuntut imbalan.

“Sebuah kecenderungan dalam diri manusia yang sulit dibendung adalah melakukan hal baik dengan menuntut sebuah imbalan. Mereka bekerja keras untuk memberikan terbaik kepada sesama dalam hidup dengan intensi mendapatkan pujian dan penghargaan yang tinggi dari orang. Namun sebagai pengikut Kristus dan calon imam yang baik, sikap yang demikian mesti dihindari. Sebab, yang mesti dikedepankan dalam hidup sebagai seorang calon imam adalah melakukan kebaikan kepada sesama tanpa harus menuntut imbalan.”

Frater TOP, lanjut RD Philipus mesti menjadi hamba yang menjalankan hal baik untuk tuannya. Ia tidak menuntut imbalan dari setiap tindakannya. Sebab ia menyadari dirinya sebagai hamba tidak berguna yang hanya menjalankan tugas kebaikan dari tuannya.

“Jika Anda menuntut imbalan dan penghargaan atas tindakan yang Anda buat di tempat TOP, maka Anda akan menjadi pribadi yang gagal dan stres. Sebab di tengah umat, tindakan baik yang dilakukan oleh seorang pastor atau calon imam hanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Umat hanya memberi kritikan pedas dan hinaan pada calon imam atau imam saat melakukan satu kesalahan.”

Sebab itu, kata Philip, para frater mesti selalu sadar akan posisinya sebagai hamba yang tidak menuntut apa-apa dalam hidup. Ia hanya tekun menjalankan hal-hal baik dalam hidup bersama di tengah masyarakat. “Anda tidak diutus untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan menumpuk kehormatan. Kami hanya mengutus Anda untuk menjadi hamba dan menantikan kedatangan Anda di seminari tetap sebagai hamba yang selalu siap untuk melakukan hal baik dalam hidup bersama,” ungkap RD. Philip Ola Daen.

Senada dengan Philip Ola Daen, RD Ansel Liwu dalam khotbahnya meminta frater untuk bisa menjadi terang dan garam dunia.”Sebagaimana terang bercahaya dalam kegelapan, maka demikian pun Anda mesti bisa menjadi terang dalam dunia yang penuh dengan kegelapan. Dengannya, kasih Allah memancar dalam dunia,” ungkap RD Ansel Liwu.

Panggilan sebagai sebuah Misteri

Panggilan itu memang bagai sebuah misteri yang sulit ditebak dalam hidup. Demikian perwakilan frater tingkat IV Fr. Lolik Apung menyampaikan hal ini dalam sambutannya. Ia melihat panggilan itu sulit dipahami dalam akal, sebab selalu menimbulkan ruang untuk bertanya. Hal ini ia hubungkan dengan panggilan yang mereka sedang jalani. Ia menemukan bahwa panggilan itu sebagai sebuah misteri yang sulit dipahami.

Saat menginjak kaki di Tahun Orientasi Rohani (TOR ) pada tahun 2012, kata Lolik, para frater tingkat IV berjumlah 65 orang. Dalam waktu yang terus berubah, jumlah angkatan ini pun ikut berubah. Para Frater mulai memisahkan diri dari jalan panggilan Tuhan. Tak kalah juga, ada banyak frater yang mesti diberhentikan. Di saat memasuki tingkat IV jumlah menyusut hingga 35 orang. Beruntung, ada dua frater yang bergabung dengan angkatan ini sehingga menambah jumlah mereka.

Dalam kesibukan persiapan menuju tempat TOP dan bayangan akan kegiatan di tempat TOP, lima frater kembali dipanggil oleh pembina kelas dan harus dikeluarkan dari panggilan suci ini. Sementara satu frater memilih untuk berhenti. Sehingga dengan demikian, jumlah yang pergi TOP pun hanya 31 orang. Demikian Frater Lolik mengulas sejarah panggilan mereka selama lima tahun di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret.

“Dalam waktu yang terus berlalu, kami merasa panggilan ini sebagai sebuah misteri yang sulit dipahami. Sebab dalam waktu yang sama kami pun terus berubah dan menemukan diri. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersama kami dalam ziarah panggilan ini. Sehingga dengan itu, kami bisa menyelesaikan tahapan penting dalam formasi pendidikan calon imam ini dan mohon maaf atas segala kesalahan yang terjadi selama ini,” ungkap Fr. Lolik Apung.

 

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here