Di Bawah Gerimis Tiada Henti
Di hari minggu 18 Januari, udara terasa dingin. Mendung menyelimuti metro Manila. Sabtu malam telah diumumkan bahwa kemungkinan besar hari Minggu akan turun hujan. Semua umat yang akan menghadiri misa penutupan dengan bapa Paus Fransiskus di Quirino Grandstand diharapkan membawa mantol hujan.
Disambut gerimis
Sebenarnya sejak semalam umat sudah banyak yang tinggal di sekitar Rizal Park. Mereka berebutan tempat di taman untuk memejamkan mata. “Hai tempat ini sudah jadi milik kami,” kata seorang ibu dengan galak kepada rombongan orang muda yang hendak memakai bagian taman itu. Ribuan orang bermalam di sana agar pagi harinya pada pukul 06.00 pagi bisa langsung memperoleh tempat terdekat dengan panggung altar.
Benar sekali, pukul 09.00 gerimis mulai turun. Dingin, gerimis dan gelap bukan musuh bagi orang Filipina yang biasa berhadapan dengan badai topan. Jalanan menuju Rizal Park telah dipadati para pejalan kaki. Hari Minggu ini menjadi hari gerimis.
Mendekati Quirino Grandstand, ribuan orang telah memadati tepian jalan yang akan dilewati Paus. Mereka duduk berserakan di atas alas. Ada sebagian berdiri memegangi terpal ala kadarnya untuk melindungi keluarga mereka dari gerimis sementara sanak familinya duduk berteduh di bawahnya.
Lain-lainnya duduk berjajar di trotoar menanti waktunya Paus melintas dengan bersiap-siap mengangkat patung Santo Nino. Hari Minggu ini adalah perayaan pesta santo Nino, pelindung Filipina. Mereka akan mengangkat tinggi-tinggi patung Yesus Kecil itu sambil diayun-ayunkan menari.
Massal membludak
Sebenarnya pukul 10.00 bagian lapangan Quirino yang luas telah dipadati oleh umat. Padahal misa baru akan dimulai pukul 15.30. akibatnya orang-orang yang baru berdatangan pun tidak ada akses masuk lagi.
Umat mengular, bergerak mengikuti arus. Ketika mentok, jalan diblok, maka mereka berbalik arah sambil berjejal-jejalan. Lautan manusia tersebut tidak terkoordinir lagi. Banyak dari antara mereka akhirnya memilih duduk diam depan layar lebar karena sadar tidak bisa mendekati panggung. Sampai pukul 13.00 siang pun gelombang umat yang datang justru semakin banyak. Maka tidak mengherankan kalau sebagian umat hanya mengikuti misa dari jarak yang cukup jauh. Berdiri dijalan raya, dibawah jalur rel LRT sambil menonton layar besar di sana.
Mantol hujan orang Filipina
Cukup mengagumkan memang iman umat di Filipina. Pesona Paus Fransiskus yang sederhana, dekat dengan orang kecil dan berbelas kasih ini telah membuat orang Filipina terkena serangan demam paus.
Perayaan Ekaristi selama 90 menit tersebut berlangsung dengan khitmat. Saat misa berlangsung, umat hanyut dalam aroma spiritual yang dibawa oleh Paus yang terkenal dengan seruannya kepada Gereja Katolik untuk mengimani Allah yang penuh belas kasih dan Maharahim.
Mgr. Socrates Villages, ketua Konferensi para uskup Filipina menjuluki Paus sebagai Mantol hujan orang Filipina. Kendati sampai misa selesai hujan masih turun dan cuaca gelap menyelimuti kawasan Metro Manila, namun terbukti, kekuatan iman umat lebih hebat dari sekedar cuaca. Banyak pula yang tidak mengenakan mantol dan bertahan hingga akhir. Paus lah si mantol yang diberikan oleh Allah kepada mereka sehingga mereka tetap berdiri sampai Paus meninggalkan lapangan.
Selamat kembali ke Vatikan bapa Paus yang kami cintai.