TANGGAL penting itu adalah 5 Februari 1870. Dan 155 tahun kemudian, tepatnya hari Rabu tanggal 5 Februari 2025 kemarin, Kongregasi Suster-suster St. Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani -biasa disebut OSF Semarang- resmi merayakan peringatan 155 tahun keberadaan Kongregasi OSF Semarang dan sejarah karya para suster ini.
Sejarah panjang karya dan keberadaan Kongregasi OSF Semarang di Indonesia itu ditandai dengan kedatangan 11 orang Suster OSF Misionaris ke Indonesia dari Negeri Belanda. Mereka pergi meninggalkan tanahairnya menuju Tanah Misi Hindia-Belanda (Indonesia) dengan menumpang Kapal Yakoba Cornelia.
Hari Rabu, 5 Februari 2025 kemarin, para ZSuster St. Fransiskus Dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani (OSF Semarang) secara sederhana dan bersama merayakan 155 tahun kedatangan para suster misionaris generasi awal ke Indonesia.
Perayaan kenangan akan awal sejarah keberadaan Kongregasi Suster OSF di Indonesia ini dilakukan dengan gelaran perayaan ekaristi syukur. Dipimpin oleh Romo Rafael Mathando Hinganaday SJ di Kapel Biara Induk Gedangan Semarang; diikuti para suster dari Komunitas Gedangan, Provinsialat, Komunitas Poncol, BSB, RS Elisabeth, Banyumanik, Bangkong, Bawen, Bener, Ambarawa, dan Yogyakarta.
Ikut hadir mengikuti perayaan ekaristi ini adalah para mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPKAT) St. Fransiskus Semarang, para karyawan Biara St. Yusuf OSF Gedangan.
Perayaan syukur kemarin digelar didasarkan pada ungkapan syukur atas karya besar Allah melalui Muder Aloysia, Pemimpin Umum Kongregasi Negeri Belanda saat itu, yang berani ambil keputusan bersedia mengutus 11 susternya ke Indonesia untuk mewartakan kasih dan mewartakan Injil.
Karya Suster OSF Semarang
Karya awal para suster misionaris generasi awal itu pertama-tama terjadi melalui pelayanan anak-anak Panti Asuhan Gedangan.Setelah berjalan sekian puluh tahun lamanya, maka sekarang ini karya Kongregasi OSF Semarang sudah sangat lberkembang. Mulai dari karya pendidikan formal sekolahan, layanan kesehatan, sosial, dan pastoral.
Hingga saat ini, Kongreasi Suster-suster OSF Semarang memiliki karya pelayanan: 75 unit pendidikan, 5 rumah sakit, 10 klinik, 6 unit sosial, 5 rumah retret, dan 9 asrama.
Mengenang 11 suster misionaris
Perayaan 155 tahun kehadiran 11 suster misionaris ke Indonesia bagi para Suster OSF dikenang dengan merefleksikan semangat misi awal mereka tiba sebagai misionaris di Indonesia. Yakni, iman kokoh kuat, semangat sukacita, perjuangan, ketabahan, cinta kasih, kesabaran, mau melayani tanpa batas, dan kegigihan mewartakan Injil.
Hal ini ditampakkan dalam perayaan ekaristi dengan carai “menghadirkan” para suster yunior OSF yang mengenakan habed khas zaman dulu sebaimana lazimnya biasa dipakai para suster misionaris.
Pada perayaan ekaristi ini digelar sembari mengenang kembali perjalanan 11 Suster OSF misionaris generasi awal. Mereka berangkat dari Pelabuhan Rotterdam Belanda menuju Batavia (Jakarta) tanggal 4 September 1869. Perjalanan di Tanah Jawa kemudian dilanjutkan menuju Pelabuhan Semarang dan akhirnya sampai di Panti Asuhan Gedangan tanggal 5 Februari 1870.
Kesebelas suster misionaris yang namanya diterakan dalam prasasti yang disimpan di museum OSF Semarang adalah:
- Sr. Alphonsa Houben OSF sebagai pemimpin misi.
- Sr. Marina Deideren OSF.
- Sr. Lucie Porten OSF.
- Sr. Plecheima Scholten OSF.
- Sr. Odilia Ten Pol OSF
- Sr. Aurelia van de Pas OSF.
- Sr. Yosepha Wisink OSF.
- Sr. Antonine Reuner OSF.
- Sr. Suzana Broam OSF
- Sr. Nicoline Yacobe OSF.
- Sr. Cunigonde Iding OSF.
Menjalani pengutusan dengan sukacita
Romo Rafael Mathando Hinganaday SJ dalam homilinya mengungkapkan mewartakan Injil seperti yang dijalani 11 suster OSF misionaris adalah kegiatan mewartakan dengan suka cita. Pengutusan karya para Suster OSF dalam situasi apa pun, kapan pun, siapa pun dan di mana pun dalam konteks sekarang ini harus tetap dijalani.
“Seperti Paulus yang menjalani pewartaan dengan suka cita dan tidak mengharapkan upah. Paulus mewartakan Injil tanpa upah. Justru upahnya adalah bahwa ia boleh mewartakan Injil,” ungkap Romo Hinganaday SJ.
Memegang teguh bahwa pengutusan Kristus itu member sukacita, kendatipun tidak mudah, maka tidak perlu takut menjalani tugas seperti para misionaris.
Dalam tugas pengutusan seperti itu pasti ada rasa takut, cemas. Kadang juga tidak tahu harus bagaimana dengan situasi baru. Namun dengan tetap berpegang teguh pada Tuhan yang memberi kekuatan dan keberanian melangkah, tugas pengutusan akan bisa dijalani.
“Merefleksikan misionaris yang datang dengan naik kapal selama berbulan-bulan, terkena angin dan hempasan ombak, namun akhirnya dapat sampai ke tujuan. Hal itu bisa terjadi dan akhirnya kesampian, karena di sana ada kekuatan Tuhan. Yakni, kobaran iman kepercayaan pada penyelenggaraan Tuhan. Kalau dalam bahasa para Suster OSF, maka istilah bakunya berbunyi: Deus Providebit. Tuhanlah yang akhirnya menyelenggarakan dan mencukupi segala sesuatunya,” kata Romo Rafael Mathando Hinganaday SJ.
Setelah perayaan ekaristi, acara berikutnya adalah ramah tamah dan bersantap makan bersama secara sederhana.