50 Tahun Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” Batu: Sambutan Uskup Keuskupan Malang (1)

0
1,127 views
Para suster rubiah karmel di halaman samping biara saat foto ini diambil di bulan November 2016. (Mathias Hariyadi)

Pengantar Redaksi

PADA tanggal 29 April 2012 lalu, Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” di Batu, Jatim, merayakan Pesta 50 Tahun keberadaannya. Pada kesempatan tahun itu pula, terbitlah buku kenangan bertitel  Bersembunyi bersama Tuhan: Kehadiran 50 tahun Biara Rubiah Karmel “Flos  Carmeli” Batu berkarya di Indonesia.

Buku setebal  253 halalamn ini  disiapkan dengan jerih payah oleh tim penyusun. Mereka ini adalah  para suster rubiah karmel yakni Sr. M. Elisabeth Widhi Habsari O.Carm, Sr. M. Immaculata Buettner O.Carm, Sr. M. Christina Sri Widayati O.Carm,  Sr. Maria Murti Susanti O.Carm, Sr. M.Laura Inacentia Soelistiowati O.Carm, dan Sr. M. Angelina Wiwik Andriani, O.Carm.

Untuk melawan lupa serta mengingat sejarah, maka nukilan buku tersebut akan kami sajikan secara serial agar kepada pembaca tersedia naskah orisinil tentang sejarah keberadaan Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” yang sudah eksis di Kabupaten Batu, Jawa Timur, sejak tahun 1962.

Berikut ini kami paparkan teks sesuai naskah aslinya di buku Bersembunyi bersama Kristus: Kehadiran 50 tahun Biara Rubiah Karmel “Flos  Carmeli” Batu berkarya di Indonesia disertai editing sederhana demi penyelarasan bahasa dan memudahkan orang membacanya.

—————————–

Keuskupan Malang

Jl. Guntur 2, Malang 65112, Indonesia

 

50 tahun Karmelites di Keuskupan Malang

Bagaikan Bunga yang Semerbak Mewangi di Keuskupan Malang

PARA Suster Karmelites yang terkasih, saya ucapkan terima kasih dan  syukur kepada  Allah yang telah menyertai kehadiran Suster di Keuskupan Malang selama 50 tahun. Terima kasih yang saya sampaikan ini  bukan sekedar saya pribadi sebagai Uskup Keuskupan Malang, melainkan saya mewakili  segenap  umat  Keuskupan Malang yang merasakan kehadiran para Suster dan kehangatan doa yang Suster persembahkan untuk umat pada umumnya. Hal ini perlu saya sampaikan karena memang banyak umat yang merasakan kehadiran Tuhan melalui doa dan sapaan para Suster dalam suasana keheningan.

Mensyukuri 50 tahun kehadiran Biara “Flos Carmeli” dan para Suster Karmelites, saya yakin bukan sekedar kebanggaan para Suster Karmelites dan Ordo Karmel, namun saya pribadi dan Keuskupan Malang juga bangga.

Bangga karena Keuskupan Malang dalam perjalanan pastoralnya didampingi oleh komunitas pendoa yang kiranya sangat membantu dalam menjalankan perutusan pastoralnya. Kekuatan doa kiranya sangat dibutuhkan dalam kegiatan pastoral. Lengkaplah kalau Keuskupan kita juga dihiasi dan disuburkan dengan kehadiran Biara Kontemplatif. Untuk itu saya sampaikan terima kasih.

Almarhum Mgr. Herman Joseph Pandoyoputro O.Carm (1939-2016), Uskup Keuskupan Malang 1989-2016. (Ist)

Hal yang kedua, rasa bangga ini juga saya rasakan bahwa kehadiran Biara Kontemplatif mampu untuk memberikan kekuatan dan kesaksian, bahwa karya pastoral dan kehadiran Gereja bukan semata-mata mengedepankan hal-hal yang jasmani, melainkan juga memberikan keseimbangan dengan yang rohani. Para Suster Karmelites bisa menjadi referensi, betapa kekuatan pastoral kita bukan kehebatan manusianya, melainkan juga keberanian mendengarkan kehendak Allah.

Kebanggaaan yang lain, pasti doa-doa Suster menyertai karya pastoral Keuskupan Malang, sehingga kami di lapangan merasa mantap dan gembira karena tahu ada Saudari-saudari kami dalam keheningan senantiasa berkanjang dalam doa untuk karya dan pelayanan kami.

Para Suster yang terkasih, tentu masih banyak hal yang dapat saya katakan tentang peran dan kehadiran Biara “Flos Carmeli” di Keuskupan Malang. Namun yang pasti, saya pribadi beruntung bahwa Keuskupan Malang memiliki biara-biara Kontemplatif, salah satunya adalah Karmelites ini.

Kebanggaan yang boleh saya rasakan, juga menyimpan begitu banyak harapan atas kehadiran Biara “Flos Carmeli” untuk selanjutnya di Keuskupan Malang ini. Harapan yang pasti, tidak lain adalah sungguh, doa dan silih para Suster dalam keheningan dan kebersamaan dengan Allah sangat kami perlukan. Terlebih dalam perjalanan Gereja Keuskupan Malang selanjutnya.

Saya merasakan, bahwa tantangan zaman untuk kehadiran Gereja sungguh membutuhkan sikap- sikap tertentu, khususnya bagi para Imam dan religiusnya. Tren yang berkembang dengan majunya teknologi, keterbukaan informasi, dan komunikasi, tiada batas-batas atau keterbukaan yang begitu longgar, saya rasakan juga sangat memengaruhi hidup para imam dan religius kita. Kegamangan untuk menyikap globalisasi dalam bidang teknologi dan kemajuan zaman bisa menjadikan kita semua dijajah oleh teknologi dan zaman.

Inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama, bahwa teknologi dan tren zaman telah merasuk ke dalam kehidupan Imam, sehingga pelayanan kerap kali terkalahkan dan hidup kesaksian Imam dan religius menjadi lemah, karena yang dikedepankan bukan semangat pelayanan, melainkan hebatnya teknologi dan kepemilikan produk yang menjadi kebanggaannya.

Para Suster yang terkasih, izinkan saya mensyukuri kehadiran Biara “Flos Carmeli” di Keuskupan Malang ini. Mohon doa dan silih para Suster agar kita semua, khususnya para imam, biarawan, dan biarawati di Keuskupan Malang ini masih sanggup untuk menjalankan hidup dalam penghayatan akan nasihat Injil. Saya senang bahwa banyak religius yang cerdas dan pandai, namun kerap kali disayangkan, bahwa mereka hanya sampai pada pengertian akan hidup rohani, dan bukan pengalaman hidup rohani.

Saya percaya dengan doa para Suster, pasti kami yang ada dalam pelayanan di dunia nyata ini mampu untuk memberikan ketaatan kepada kehendak Allah, bukan kepada kehendak masing-masing.  Memberikan  ketaatan  kepada  kehendak Allah,  tidak  lain adalah seluruh pengabdian dan pelayanan, tenaga dan pikiran, serta apa yang ada kita gunakan untuk membawa umat kepada perjumpaan dengan Allah sendiri. Menghayati ketaatan kepada kehendak Allah juga menuntut dari kita masing-masing untuk berani menghayati kemurnian diri dan hati, sungguh hidupku kupersembahkan hanya kepada Allah.

Mempersembahkan diri dalam kemurnian diri dan hati untuk zaman ini diperlukan semangat ugahari dan kemartiran rohani. Artinya, bahwa kita lebih suka memilih apa maunya Allah dan meninggalkan kemapanan atau kenyamanan diri, meski kita merasa sakit, tidak enak, rugi, dan menderita.

Kemurnian mempersembahkan diri kepada Allah  sungguh  menuntut  kita  masing-masing  melulu  hidup  untuk Allah: mempersembahkan hidup yang terbaik bagi kemuliaan-Nya. Keberanian mempersembahkan diri kepada kehendak Allah dan hanya melulu untuk Dia, bukan hal yang mudah.

Pengertian soal ini gampang dipahami, tetapi penghayatan dalam hal ini sangatlah sulit. Untuk mencapainya dibutuhkan semangat lepas bebas. Kemiskinan dalam arti menggantungkan hidup pada kehendak-Nya dan membudayakan budaya “cukup” dan tidak serakah, serta tidak “pepinginan”,  saya kira  menjadi  prasyarat   untuk   mampu mempersembakan diri yang terbaik bagi Allah.

Kondisi di mana kita bangga dengan teknologi yang kita miliki, bangga dengan apa yang melekat dalam diri kita, dan terbawa dalam budaya “mapan” , serta  tidak  mau  repot  serta  tidak  berani  berlelah  melayani Allah adalah tantangan dalam penghayatan keutamaan Injili. Pengalaman ini juga menjadi bagian dalam perjalanan kehadiran Gereja di Keuskupan Malang.

Nah, untuk itulah doa dan silih para Suster sungguh kami harapkan. Saya percaya doa dan silih  yang  para  Suster  lakukan  dalam  keheningan  bersama Allah  adalah kekuatan yang luar biasa untuk menolong Gereja, agar tidak dijajah oleh globalisasi teknologi dan perkembangan zaman. Memang tidak bisa memungkiri, bahwa Gereja ada di dunia. Namun tugas kita bukan hanyut bersama dunia, melainkan ada dalam dunia untuk menguduskan dunia.

Doa dan silih Suster pasti akan menggerakkan jiwa para imam, biarawan, dan biarawati serta umat Keuskupan Malang untuk hadir menguduskan dunia, bukan dijajah oleh dunia atau diperbudak oleh dunia.

Para Suster, sekali lagi saya haturkan terima kasih. Kado terindah yang boleh saya hadiahkan kepada Suster tidak lain adalah doa dan berkat saya.

Semoga 50 tahun Biara “Flos Carmeli” tetap semerbak mewangi bagaikan bunga yang indah di taman yang disebut Keuskupan Malang ini.

Terima kasih dan Berkah Dalem

April 2012

Mgr. HJ Pandoyoputro O.Carm

Uskup Keuskupan Malang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here