KEHIDUPAN di tanah Kalimantan mengajarkan mereka sebuah pelajaran mendalam tentang kerendahan hati. Di tengah rimbunnya hutan dan derasnya sungai-sungai besar, mereka belajar menanggalkan keegoisan dan melayani dengan hati yang tulus; mengikuti jejak Kristus yang memikul salibNya tanpa keluhan.
Setiap hari mereka menghadapi tantangan yang tak terhitung jumlahnya. Antara lain berupa jarak lokasi yang jauh, ragam budaya yang berbeda, bahasa yang asing, dan kekurangan sarana. Namun, tidak ada satu pun yang mampu mematahkan semangat mereka. Mereka percaya bahwa di dalam setiap penderitaan, terdapat kasih yang lebih besar yang menanti untuk ditemukan.
Seiring berjalannya waktu, benih yang ditanam oleh para misionaris di tanah Indonesia mulai tumbuh subur. Kongregasi berkembang. Bukan hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam semangat. Banyak panggilan baru bermunculan. Anak-anak Indonesia yang dulu hanya melihat para suster sebagai sosok yang asing, kini merasakan panggilan ilahi untuk bergabung dan menjadi bagian dari Kongregasi ini. Perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan mulai menuai buahnya.
Para misionaris yang datang dari jauh Belgia, Italia, Brasil, dan Spanyol setelah bertahun-tahun melayani dengan sepenuh hati, satu per satu kembali ke tanahair mereka. Namun, warisan cinta dan pengurbanan yang mereka tinggalkan tetap abadi.
Bukan angka, tapi sejarah kasih
Kini, benih yang mereka tabur telah mekar berseri. 50 tahun kehadiran Suster-suster Pasionis (CP) di bumi pertiwi Indonesia, kini kehadiran para CP ini sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dari Kalimantan hingga Jawa dan Flores.
50 tahun bukan hanya angka, tetapi sejuta Kasih yang menyentuh jiwa. Kami hadir sebagai pelayan kasih di tengah-tengah umat yang membutuhkan.
Jumlah 176 orang profesi kekal, 26 profesi sementara
Pada tanggal 31 Desember 2023, Provinsi Santo Yosef – Indonesia mencatat 176 suster berkaul kekal dan 26 suster berkaul sementara. Tak hanya melayani di Indonesia, para suster Pasionis juga diutus menjadi misionaris di empat negara lain: Italia, Kanada, Australia, dan Brasil. Mereka membawa misi sama: cinta dan pengurbanan yang tak pernah mengenal batas.
Dengan jumlah komunitas yang kini mencapai 26. Lokasinya tersebar di 10 keuskupan di Indonesia: Keuskupan Agung Pontianak, Sanggau, Sintang, hingga Keuskupan Agung Jakarta, Bogor, Malang, Surabaya, Ruteng, Ende, dan Labuan Bajo.
Di setiap tempat, Suster Pasionis menjadi saksi hidup bagi kasih Kristus yang tak terbatas, membawa pesan bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan jalan menuju cinta yang lebih dalam.
Seperti yang ditunjukkan oleh Sang Juru Selamat di kayu salib, di mana cinta-Nya bagi dunia dinyatakan dengan pengorbanan tertinggi. Juga Bunda Maria yang Berdukacita, namun tetap setia di bawah kaki salib. Ia menjadi teladan tentang kekuatan dan keteguhan hati.
Di tengah tantangan zaman modern, Suster Pasionis terus mengingatkan dunia akan kebenaran yang sederhana namun mendalam: bahwa cinta sejati seringkali ditemukan di dalam penderitaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Pemazmur, “Berbahagialah orang yang kekuatannya di dalam Engkau, yang hatinya tertuju pada jalan-jalan-Mu. Apabila mereka melalui lembah kekelaman, Ia menjadikannya sumber air, bahkan hujan pertama menyelubungi lembah itu dengan berkat.” (Mzm. 84:6-7).
Semoga para anggota tetap setia dalam panggilan, terus berjalan dalam cahaya kasih Tuhan, dan menjadi sumber berkat bagi dunia yang haus akan cinta dan harapan.
Pantang menyerah, meski banyak tantangan
50 tahun telah berlalu, sejak para misionaris pertama kali menjejakkan kaki di tanah Indonesia. Perjalanan mereka dimulai dengan keraguan, ketakutan, dan tantangan yang tak terhitung jumlahnya.
Dari hutan lebat Kalimantan hingga perbukitan di Jawa dan Flores, mereka menghadapi segala bentuk kesulitan perbedaan budaya, kendala bahasa, dan akses yang sulit ke daerah-daerah terpencil. Namun, seperti Kristus yang memikul salib-Nya tanpa keluhan, mereka terus maju, tidak pernah menyerah pada rintangan.
Dalam setiap perjalanan, Tuhan hadir di setiap langkah; mengubah lembah-lembah kekelaman menjadi sumber berkat. Ketika tampaknya jalan di depan terlalu berat untuk dilalui, Tuhan membuka jalan yang penuh dengan rahmat.
Setiap tantangan yang dihadapi menjadi kesempatan untuk semakin mendekat kepada Sang Juru Selamat, dan setiap penderitaan yang ditanggung menjadi cermin dari sengsara Kristus yang mereka jadikan pusat dari panggilan kita.
Membangun jiwa
Di tengah segala kesulitan, Suster Pasionis tidak hanya membangun gedung dan institusi, tetapi mereka juga membangun hati; membentuk jiwa-jiwa yang siap melayani; mencintai, dan membawa harapan bagi dunia.
Mendirikan asrama, sekolah, dan pelayanan pastoral yang membawa cahaya bagi mereka yang hidup di tengah kegelapan. Anak-anak yatim, remaja, perempuan tersingkir, dan mereka yang terlantar menemukan kasih dan perhatian.
Suster Pasionis hadir sebagai wujud nyata cinta Kristus Tersalib.
Pesan Suster Pasionis tetap jelas dan terukir dalam setiap hati yang tersentuh oleh kasih: “Semoga Sengsara Yesus Kristus selalu tertera dalam hati kita.”
Sebuah doa yang terus berkumandang di antara gemerisik daun, gemuruh air sungai, dan dalam setiap tarikan nafas doa yang tak terhenti. (Berlanjut)
Baca juga: 50 Tahun Suster Pasionis di Indonesia: Tumbuh Benih Panggilan Kalangan Pribumi Indonesia (3)