50 Tahun Konsili Vatikan II (12 Oktober 1962-2012): Gerakan Ekumenisme Mulai dari Bawah (5b)

0
2,521 views
Ilustrasi.

EKUMENISME adalah bagian dari program Konsili Vatikan II yang muncul kemudian.

Tanggal 25 Januari 1959 pada akhir pekan doa untuk kesatuan umat kristiani, Paus Yohanes XXIII mengundang umat beriman dari Gereja-gereja Kristen untuk bersatu dengan Paus memohon kesatuan dan rahmat, yang sangat dirindukan oleh begitu banyak jiwa di dunia ini.

Dengan mengesahkan Dekrit tentang Ekumene di bulan November 1964, para bapa konsili secara resmi telah menobatkan Gereja Katolik dari pihak outsider yang skeptis terhadap gerakan ekumenisme, kini menjadi penjuang terdepan dari gerakan ekumene.

Gerakan ekumenisme moderm sudah mulai abad ke-19. Orang Protestan menyebarkan gerakan itu untuk menggalang persatuan bagi jemaat-jemaat kristen. Pertemuan ekumene internasional yang besar dimulai dengan Konverensi Misioner di Edinburgh tahun 1910. Delegasi dari Konverensi itu mendukung didirikannya WCC (World Council of Churches) tahun 1937 yang kemudian terbentuk pada tahun 1948.

Tahta Suci pada mulanya melihat dengan penuh curiga gerakan ekumenis itu. Paus Pius XI dalam ensikliknya Mortalium Animos (1928) melarang umat katolik untuk ambil bagian dalam gerakan ekumenis, yang dianggap oleh Paus sebagai hasil kesesatan serius (the product of a most serious error).

Namun sebuah instruksi dari Tahta Suci tahun 1948 memperlunak larangan keras itu dengan mengizinkan umat katolik ambil bagian dalam gerakan ekumenis dengan minta izin dahulu kepada Hirarki Gereja yang berwenang.

Kardinal Désiré-Joseph Mercier dari Belgia tahun 1921 memulai suatu diskusi informal antara para teolog Anglikan dan Katolik di Mechelen untuk mencari jalan-jalan bagi kesatuan. Diskusi itu berlangsung sampai tahun 1927.

Dua tahun kemudian tokoh ekumenis Jerman, seorang imam Jesuit, Max Pribilla, menerbitkan bukunya tentang Kesatuan Gereja.  Yves Congar, seorang ekumenis sejati, menggariskan prinsip-prinsi ekumenisme katolik dalam bukunya Chrétiens désunis (1937). Setahun setelah buku Congar terbit, seorang imam katolik Jerman, Max Josef Metzger mendirikan Una Sancta, persahabatan ekumenis dalam studi dan doa. Persaudaraan itu memberikan semangat solidaritas kepada banyak umat kristiani Jerman untuk melawan kediktatoran Nazi Hitler, yang membunuh Metzger tahun 1944.

Segera setelah Perang Dunia berakhir, sebagai gerakan ekumene akar-rumput  Una Sancta menyebar di Jerman dan mendapatkan simpati serta dukungan dari Uskup Agung Lorenz Jaeger dari Paderborn, yang mendirikan suatu institut (lembaga) studi ekumenis tahun 1957 dan masih ada sampai sekarang. Ia berkontribusi bagi pendirian Sekretariat Vatikan untuk Kesatuan Kristen tahun 1960, yang menjadi pendukung utama memproposikan ekume dalam Konsili Vatikan II.

Bila mencermati sambutan Paus Paulus VI dalam suatu perayaan ekumenis di mana ia menyapa dengan afeksi dan hangat para pengamat non-Katolik selama Konsili  Vatikan II, pada 4 Desember 1965, sebelum penutupan Konsili, Yves Congar bertanya: “Siapa yang lima tahun lalu berani menyangka bahwa hal ini akan terjadi sekarang?”

Walaupun mengejutkan dan mengagetkan bagaimana pun Konsili Vatikan II pada 50 tahun lalu itu, namun hal itu tidak bisa dianggap sebagai “kebetulan” atau secara spontan terjadi dalam sejarah. Ada faktor-faktor yang memang mengarah pada diadakannya Konsili itu. Dan lebih banyak lagi bisa dikatakan dan harus dikatakan tentang perkembangan-perkembangan lain yang membuat Konsili Vatikan II itu dimungkinkan terjadi.

Misalnya, Keinginan Roma untuk kembali kepada ortodoksi (kembali kepada ajaran yang benar dari Kitab Suci, Para Rasul dan para bapa Gereja), gerakan pembaruan liturgi dan keterlibatan kaum awam dalam hidup menggereja.

Bila kita mengenali lebih baik latar belakang terjadinya Konsili Vatikan II, maka kita akan lebih bisa mengapresiasi makna Vatikan II itu dalam sejarah dan kehidupan Gereja Katolik.

Keterangan: Hilmar M. Pabel is professor of history at Simon Fraser University, Burnaby, British Columbia, and co-editor with Kathleen Comerford of Early Modern Catholicism: Essays in honour of John W. O’Malley (University of Toronto Press).

Artikel terkait: 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here