Ribuan orang tumpah ruah di bawah tenda yang terbentang memenuhi halaman tengah SMAK Giovanni di Jalan Ahmad Yani No.48, Kupang, Nusa Tenggara Timur Sabtu (8/9).
Mereka adalah para alumni dari angkat pertama 1965 sampai angkatan terakhir 2011. Semua membaur menjadi satu untuk merayakan pesta emas 50 tahun lembaga pendidikan tersebut dalam sebuah misa konselebran yang dipimpin Romo Hironimus Pakaenoni, Pr.
Semua alumnus mencari angkatannya masing-masing di bawah tenda itu sambil bersyukur dalam doa dan bernostalgia dalam kenangan mengingat masa-masa indah mereka sewaktu masih di bangku sekolah.
Sebagian imam konselebran dalam misa syukur peringatan pesta emas tersebut adalah alumnus SMAK Giovanni Kupang, seperti Romo Leo Mali, Romo Agustinus Pareira, Romo Beatus Ninu dan beberapa imam lainnya.
Dari kalangan awam, tampak Tata Manungga (mantan Konsulat RI di Darwin, Australia Utara), Abraham Paul Liyanto (Anggota DPD-RI dan juga Ketua Kadin NTT), Fransiskus Salem (Sekda NTT), Ignatius Nasu Conterius (Mantan Kepala Biro Kepegawaian Setda NTT dan Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTT).
Sejak didirikan pada 8 September 1962 oleh Pater Adrianus Conterius, SVD, lembaga pendidikan tersebut telah menelurkan sekitar 8.800 alumni yang sebagian besarnya adalah pemangku kepentingan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur serta beberapa kota lainnya di Indonesia, termasuk di sejumlah negara ASEAN, Eropa dan Amerika Serikat.
“Hampir sebagian besar pejabat pemerintah di NTT adalah alumni SMAK Giovanni Kupang, dan sebagian lagi menyebar dan berkarya di berbagai kota di Indonesia, termasuk di sejumlah negara ASEAN, Eropa dan Amerika Serikat,” kata Ketua Ikatan Alumni SMAK Giovanni Kupang periode 2007-2012, Drs Ignatius Nasu Conterius.
Menurut Kepala SMAK Giovanni Kupang Romo Stefanus Mau, Pr, misionaris SVD (Serikar Sabda Allah) di bawah pimpinan Pater Adrianus Conterius SVD membangun lembaga pendidikan tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Pulau Timor.
Pada tahun 1960-an, kualitas SDM orang Timor dinilai masih sangat rendah dan terkebelakang sehingga dipandang penting untuk membangun sebuah sekolah Katolik di daratan Pulau Timor bagian barat NTT untuk membebaskan orang Timor dari lembah kebodohan dan keterbelakangan. bersambung