DI ujung akhir misa, maka tampillah Pieneke Mariana Sutandi untuk berkisah dan bersaksi. Menurut pengakuannya di jaringan komunikasi internal PUKAT KAJ, tidak ada skenario terjadwal di run-down acara bahwa dia harus tampil maju di atas mimbar dan bicara.
Karena ‘diperintah’ oleh Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, maka ia pun segera bangkit berdiri memberi semacam pidato kesaksian iman. “Karena waktunya sangat terbatas dan juga harus seizin panitia, maka sebenarnya acara testimonial ini tidak ada,” tulis Pieneke di jaringan komunikasi internal pengurus inti PUKAT KAJ dengan nada bercanda.
Sejatinya, ketika kisah testimonial itu ditampilkan dengan berpidato langsung di depan altar Gereja Katedral Jakarta, Pieneke sungguh jauh dari suasana hati ‘tegar’. Dengan mata berkaca-kaca penuh syukur, ia bersaksi bahwa usia perkawinannya dengan Paul selama 50 tahun terakhir ini juga tidak pernah sepi dari ‘gelombang kehidupan’.
Baca juga:
- 50 Tahun Perkawinan Emas Paul & Pieneke Mariana Sutandi: Bersyukur untuk Bersaksi (1)
- 50 Tahun Perkawinan Emas Paul & Pieneke Mariana Sutandi: Agape dan Philia (2)
- 50 Tahun Perkawinan Emas Paul & Pieneke Mariana Sutandi: Pasutri sebagai Orang Kudus (3)
Berbeda untuk saling mengisi
“Kami berdua ini sungguh berbeda satu sama lain. Namun perbedaan itu sungguh indah, ketika masing-masing pasangan bisa saling mengisi satu sama lain,” kata Pieneke mengawali pidato testimonialnya.
Ada riak gelombang dahsyat menimpa pasangan suami-istri ini. Yaitu, ketika mereka harus menerima kenyataan bahwa putera kandungnya Johanes Irwan Sutandi meninggal dunia kira-kira 1,5 tahun lalu. “Kami sedih sekali kehilangan putera kami,” ujar Pieneke dengan nada suara basah, seakan tenggorokannya tersekat oleh rasa sendu mengingat pengalaman beratnya sebagai seorang ibu yang harus kehilangan anaknya dipanggil Tuhan.
Namun sejenak kemudian, Pieneke mampu menguasai diri. Ia menegaskan, dirinya mencoba tabah bertahan dalam iman meyakini bahwa memang sudah saatnya Johanes Irwan Sutandi harus datang menghadap Tuhan lebih cepat dibanding kedua orangtuanya sendiri.
Pieneke tidak banyak bicara dalam kesempatan ini. Ia mengatakan, berkat rahmat Tuhan dan sikap selalu bersyukur dalam menyikapi perjalanan hidup itu menjadi nilai berharga dalam hidup rumah tangganya bersama Paul Sutandi, ketiga keluarga anaknya: (Alm.Yohanes Irwan Sutandi +) Krisanti Sutandi, pasangan Sanny dan Yvonne Limbunan, pasangan Erry dan Meity Sutandi, bersama enam cucu mereka.
Tak lupa pula, Pieneke juga menyapa beberapa kelompok komunitas dimana selama ini dia berkiprah: PUKAT KAJ, Perdhuki, Sentra Bina Guru, kelompok pembaharuan karismatik katolik pusat dan KAJ, dan masih banyak lainnya. Ia juga menghaturkan banyak terima kasih kepada teman-teman sejawat di berbagai komunitas ini, karena peran mereka juga sangat berarti dalam hidup pribadi dan keluarga Pieneke.
Kepada beberapa kelompok dari komunitas agama berbeda, Pieneke juga menyampaikan apresiasinya telah berkenan datang menghadiri perayaan syukur di Gereja Katedral Jakarta.
Paul Sutandi yang genap berusia 80 tahun juga didaulat memberikan kesaksiannya. Tidak banyak yang dia katakan, selain ucapan syukur dan berterima kasih kepada para audiens undangan yang ikut menyemarakkan pesta HUT ke-50 perkawinan sucinya dengan Pieneke.