DALAM diri Monsinyur dan para imam yubilaris ini, kita merasakan tangan kasih Allah dan cara Allah untuk memanggil dan mengutus para imam pilihan-Nya.
Di sinilah kita bermenung pertama-tama tentang cara Allah memilih seseorang menjadi imam-Nya, tentang cara Roh Kudus bekerja.
Ada orang yang menempuh cara berliku panjang, ada yang lebih mulus.
Ada yang mau menghindar tetapi tetapi dikejar-Nya; ada yang mau, tetapi Dia katakan “no”.
Ada yang mau jadi imam, tapi orang tua bilang, “Adoh kasian, cuma ngana tu anak laki-laki…”, dll.
Tuhan yang memilih
Kita ingat kata-kata Yesus: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16).
Memang, imamat adalah suatu anugerah dan misteri; hanya Tuhanlah yang tahu tentang siapa orang-orang yang dipilih dan diutus-Nya menjadi imam dan tentang rencana-Nya untuk masing-masing.
Maka, pantaslah kita merayakan kebaikan dan kemurahan hati Allah yang begitu luar biasa, yang memanggil dan mengutus para pilihan-Nya ini untuk mengambil bagian dalam imamat Kristus, sang Imam Agung “yang telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri” (Ibrani 9:12).
Demikian, imamat pelayanan dari para imam pertama-tama menunjuk pada darah pengorbanan Kristus yang dihadirkan dalam Ekaristi.
Dalam Ekaristi itu Gereja mengenangkan, menghadirkan dan merayakan tindakan Yesus, yang pada perjamuan malam terakhir “Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Demikian juga dibuat-Nya dengan piala sesudah makan; Ia berkata: ‘Piala ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu’.” (Lukas 22:19-20).
Tugas pokok imam
Inilah yang menjadi tugas pokok para imam yakni masuk di tempat yang kudus untuk mempersembahkan korban darah Kristus. Dan setiap kali seorang imam mempersembahkan Perayaan Ekaristi ia menemukan jati diri imamatnya.
Selain itu, imamat pelayanan ini adalah anugerah sekaligus suatu misi-tugas perutusan bagi Gereja dan seluruh masyarakat.
Seorang imam diurapi untuk umat, bukan untuk dirinya sendiri serta kepentingan-kepentingannya sendiri.
Ia tidak memilih rencana-rencana-Nya sendiri, tetapi perlu terus-menerus membuat discernment untuk mencari kehendak dan rencana Tuhan bersama dengan umat yang dipercayakan kepadanya.
Ia dipanggil untuk menjadi gembala yang berbau domba dan pelayan umat yang rendah hati dan penuh pengabdian.
Rasul Petrus mengingatkan tentang tugas para gembala:
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1 Petrus 5:2-3).
Kebijaksaan para imam
Saudara-saudari, hari ulang tahun imamat ini selain berupa ucapan syukur dan perayaan, juga mengandung harapan ke depan.
Harapan kita berupa doa agar para gembala/imam tetap setia mengangkat piala keselamatan bagi umat dan terus menerus menyerukan nama Tuhan.
Kita berharap agar para gembala kita ini terus menerus memberi diri untuk melayani Tuhan dan umat yang dipercayakan kepada mereka dan seluruh masyarakat.
Kita mohon agar para imam diberi hal-hal berikut ini:
- Kebijaksanaan untuk menimbang perkara-perkara Tuhan;
- Kerendahan hati agar selalu mengandalkan Tuhan.
- Semangat pelayanan yang terus berkobar,
- Sukacita dan kegembiraan sebagai imam. Kita satukan doa-doa kita agar para imam “menjadi gembala-gembala sesuai hati Tuhan” (Yer 3:15). Amin. (Selesai)
Lotta, Pineleng, 8 Januari 2019
J. Mangkey MSC
50 Th Imamat Mgr. Jos Suwatan MSC: Anak Lelaki Tunggal Jadi Imam (3)