UNIKA Atma Jaya yang merayakan Lustrum XII alias ulang tahun ke-60 bertepatan pada Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2020, mensyukurinya dengan misa di Kapel Albertus Magnus, Kampus Semanggi. Misa konselebrasi yang disiarkan secara live streaming tersebut dipimpin oleh Romo Albertus Yogo Prasetianto, Romo Hardijantan Dermawan, dan Romo Daniel Makbalin.
Homili disampaikan oleh Romo Kampus Atma Jaya yaitu Romo Albertus Yogo Prasetianto yang akrab dipanggil sebagai Romo Yogo.
Mengawali kotbahnya, Romo Yogo menyinggung mengenai isu new normal yang tengah marak dibicarakan sekarang ini. Hal ini terkait dengan kalender liturgis perayaan ini berada dekat dengan berakhirnya masa Paskah yang ditutup dengan Pentakosta. Dari masa Paskah, sekarang Gereja beralih ke masa biasa.
Selanjutnya Romo Yogo memaparkan relevansinya dengan bacaan dalam misa tersebut.
Misi Gereja Perdana: terbuka untuk yang terpinggirkan
Hal pertama yang dijelaskan oleh Romo muda yang murah senyum ini adalah mengingatkan tentang pesan Paus Fransiskus dalam Perayaan Pentekosta. Paus mengatakan bahwa Pentekosta sebagai momen yang tepat untuk merenungkan misi sejati Gereja.
Semangat Gereja Perdana adalah Gereja yang mau terbuka untuk mereka yang terpinggirkan. Maka pada masa pandemi ini, Paus mengajak kita fokus pada orang di pinggiran, paling miskin, terlupakan, dan terkena parah dampak pandemi ini.
Romo Yogo juga menyebutkan bahwa saat ini menjadi kesempatan bagi Gereja untuk kembali merefleksikan kaitan antara iman dan ilmu pengetahuan. Ilmu memberikan kontribusi untuk mengatasi pandemi ini. Iman dan ilmu pengetahuan bisa saling mendukung untuk kebaikan umat manusia.
“Dalam segala keterbatasan akibat covid, kita diajak untuk kreatif di bidang pastoral,” kata Romo Yogo yang mengapresiasi munculnya banyak pelayanan baru memanfaatkan teknologi internet dan bagaimana Gereja berusaha menyesuaikan kehidupan liturgi di masa sekarang ini.
Hidup di dunia, persiapan hidup mendatang
Romo Yogo mengingatkan kembali keyakinan iman kristiani akan kebangkitan dan kehidupan kekal.
“Kalau kita mengimani ada hidup setelah kematian, maka tentunya kita perlu berpikir bagaimana seharusnya kita hidup karena hidup di dunia ini adalah persiapan untuk hidup yang akan datang,” tegas Romo Yogo.
Seperti tertera dalam logo Atma Jaya, ada burung merpati simbol Roh Kudus. Maka kepada insan Atma Jaya, Romo Yogo berpesan untuk mengambil semangat Pentakosta. Maka Roh Kudus perlu juga menjadi landasan kekuatan dalam pelayanan pendidikan dan kesehatan Atma Jaya.
Refleksi karya
Setelah perayaan misa syukur tersebut, ada acara refleksi karya khusus bagi para pimpinan Atma Jaya yang dipimpin oleh Romo Petrus Sunu Hardiyanto SJ.
Romo Yogo membocorkan inti perenungan yang akan dilakukan dalam refleksi karya tersebut.
Refleksi tersebut akan menggali penggalaman peserta selama berkarya di Atma Jaya. Berangkat dari rasa syukur yang timbul maka akan menghasilkan kerendahan hati. Bersyukur dan kerendahan hati akan menghasilkan kemurahan hati. Bersyukur dan kemurahan hati akan menghasilkan keterbukaan.
Romo Yogo mengutip sabda Rasul Paulus ‘Mari kita mengobarkan karunia Allah yang ada pada kita. Allah memberi kita Roh yang bukan roh ketakutan tetapi Roh yang memberikan kasih dan kekuatan’ sebagai penutup homilinya.
Untuk Tuhan dan Tanahair
Di penghujung misa syukur, Ketua Yayasan Atma Jaya, Wiwiek D. Santoso menyampaikan sambutannya.
Pesan yang diangkat oleh ibu yang dikenal luas sebagai eksekutif sukses jalan tol Astra ini adalah internalisasi nilai-nilai Atma Jaya dalam hidup setiap insan Atma Jaya.
“Hendaknya kita menjadi insan pembelajar yang menghidupi nilai inti kristiani, unggul, profesional, dan peduli. Pribadi yang mampu bertransformasi, berguna bagi komunitas dan Bangsa Indonesia,” ujar Wiwiek Santoso yang juga berkiprah di berbagai lembaga sosial termasuk di Yayasan Bhumiksara.
Wiwiek Santoso juga mengajak warga Atma Jaya untuk tetap optimis, mampu mempertebal harapan seraya terus berkontribusi, menunjukkan kepedulian kepada lingkungan sekitar dan negara. Seperti semboyan mulia Atma Jaya: Untuk Tuhan dan Tanah Air.