DI tengah merebaknya pandemi Covid-19 yang menerpa seluruh dunia, Uskup Palangka Raya, Mgr. AM. Sutrisnaatmaka MSF merayakan ulang tahun ke-67 pada Senin, 18 Mei 2020.
Ia lahir di Pandes, Wedi, Klaten, Jawa Tengah, 18 Mei 1953 silam.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun kali ini dirayakan secara sederhana, tanpa melibatkan banyak orang.
“Tidak ada perayaan khusus. Kalau mau, acaranya bisa dilaksanakan bersama-sama, tetapi secara virtual melalui aplikasi gadget dari rumah masing-masing,” candanya.
Kesederhanaan dalam perayaan ini tidak hanya menjadi ungkapan bela rasa dan empati atas situasi dunia sekarang ini, tetapi juga mengungkapkan perjalanan hidup bapa Uskup sendiri.
Menghargai setiap pribadi
Dalam kesehariannya, alumnus Seminari Mertoyudan Magelang, Jawa Tengah, ini tampil apa adanya. Tenang, ramah, cerdas, kebapakan dan humoris adalah sederet kesan yang terpancar dari pribadinya.
Suasana pada saat makan bersama, misalnya, selalu diwarnai dengan canda tawa dan humor-humor segar yang keluar darinya.
“Selalu saja ada ide dari Monsingnyur untuk menghangatkan suasana dan menghadirkan tawa. Orang-orang yang baru pertama kali makan di sini, pasti akan tersenyum ketika Bapak Uskup sudah bicara,” kata Romo Thomas Ehe Tukan Pr, Vikaris Judisial Keuskupan Palangka Raya.
Terhadap para karyawan Staf Keuskupan, ia memberi perhatian kepada mereka dan berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.
“Bapak Uskup adalah pribadi yang hangat, menghargai setiap pribadi dan punya perhatian pada kami. Setiap hari ia menyapa dan menanyakan kabar para karyawan. Beliau juga secara rutin mengadakan pertemuan atau tatap muka dengan para karyawan,” kata Aveline Widyarini, Sekretaris Komisi, Delpen dan MPK Keuskupan Palangka Raya.
Mantan Dosen Fakultas Teologi Wedhabakti (FTW) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini mempunyai cara unik untuk menegur atau mengingatkan seseorang. Selain melalui humor atau lelucon untuk mengajak orang untuk berpikir dan berkreasi, beliau juga memberi deskripsi atau narasi yang jelas dan runut sehingga mudah dipahami orang.
“Bapak Uskup kalau menegur itu sangat halus. Ia sepertinya tidak ingin membuat orang tersinggung. Tetapi di sisi lain, beliau harus mengingatkan atau menegur. Kata-katanya halus yang membuat orang merenung dan memperbaiki diri. Demikian juga, kalau menjelaskan sesuatu, sangat terperinci dan sistematis,” ujar Hestiana Hastuti, staf Sekretariat Keuskupan.
Waktu Tuhan
Bagi bapak Uskup, hidup ini adalah anugerah terindah dari Tuhan dan waktu Tuhan pasti yang terbaik. “Tahun ini, lagu Waktu Tuhan menjadi soundtrack perayaan ulang tahun,” komennya ketika Para Suster BSMC menyanyikan lagu ini di refter sebagai hadiah ulang tahun.
Banyak pengalaman suka duka mewarnai perjalanan hidupnya. Warna syukur sungguh mendominasi hidupnya. Berkali-kali ia mengisahkan peristiwa operasi bypass jantung untuk menekankan betapa Tuhan sungguh amat baik dan senantiasa menyertainya sepanjang waktu.
“Saya yakin bahwa kasih karunia Allah yang dilimpahkannya kepada saya dan juga karena doa-doa yang disampaikan oleh banyak orang yang mencintai saya,” tegasnya.
Selamat Ulang Tahun Bapk Uskup. Ad multos annos.