Kamis, 3 Ferbuari 2022
- 1 Raj 2:1-4.10-12
- 1 Taw 29:10.11ab.11h-12a.12bcd.
- Mrk 6:7-13
BISNIS itu seakan menempatkan orang lain untuk mengikuti kemauan pelaku bisnis itu.
Orang yang tidak banyak pengalaman dan yang belum banyak tahu akan merasa dipaksa untuk ikut kebijakan pihak penyelenggara bisnis.
Untuk orang yang berpengalaman lebih punya kebebasan menentukan apa yang dia mau, sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
Beberapa waktu lalu saya naik pesawat dari Labuan Bajo ke Denpasar.
Di tempat check in, ada sedikit permasalah hingga proses chek in terhambat, karena ada pasangan suami isteri yang terpaksa mengeluarkan banyak bawaan dari koper.
“Ini pengalaman pertama saya menggunakan maskapi ini,” kata bapak itu.
“Saya menerima tiket yang dipesan anakku dan kurang mengamati bahwa maskaapi ini tidak menyediakan fasilitas free bagasi hanya free cabin 7 kg,” lanjutnya.
“Saya merasa nyesel dan bodoh karena membawa banyak barang,” ujarnya.
“Hingga biaya untuk membayar bagasi lebih mahal daripada biaya tiket,” katanya menggerutu.
“Saya hanya ingin membawakan makanan kesukaan anak saya yang sedang sakit di Bali, maka banyak hal yang saya bawa,” ujarnya lagi.
“Rasanya nyesal sekali mengapa saya harus membawa barang-barang ini,” lanjutnya.
“Seandainya anak saya tidak sakit dan tidak minta sesuatu yang dia sukai sejak kecil, saya pasti tidak akan membawa barang-barang seberat ini,” katanya.
“Saya merasa direpotkan dengan banyaknya barang, bahkan harus membayar mahal lagi,” katanya lagi.
“Namun demi anak, semua kesulitan dan kerepotan ini tidak menjadi masalah yang berarti bagiku,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian,
“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat.
dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan,
boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.”
Terlalu berat bawaan dan tidak bisa memilih mana yang sungguh diperlukan akan merepotkan diri sendiri.
Kita bisa hanya disibukkan dengan mengurusi barang bawaan hingga tujuan berpergian bisa terhambat.
Mestinya kita tahu mana yang penting dan mendukung tugas pelayanan kita dan mana yang tidak.
Tuhan mengingatkan kita jangan terlalu sibuk dengan barang-barang yang tidak sungguh kita perlukan dalam hidup ini.
Apalagi jika menjalankan pengutusan, hendaknya kita bisa percaya bahwa Tuhan adalah penyelenggara hidup ini dan pemilik karya.
Tuhan akan menjamin dan mencukupi apa yang kita perlukan. Jangan takut.
Bagaimana dengan diriku?