Rabu, 12 Oktober 2016
PARA peserta olah raga yoga pagi ini lumayan banyak; ada sekitar 18 peserta, suster semua. Senang juga kalau kami melakukan dengan banyak teman, menambah semangat. Komentar Sr. Yovani, biasanya di awal-awal banyak yang ikut, tetapi makin lama makin berkurang. Semoga saya dapat tetap bertekun sampai hari terakhir dan memang saya tetap rajin mengikuti olah raga yoga ini sampai selesai kursus.
Baca juga: 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Kadang, Berdoa itu Sulit tapi Tetap Perlu (7)
Kontemplasi-aksi
Materi hari ini tentang kontemplasi–aksi.
Pada masa sekarang kaum religius semakin disadarkan akan kesulitan menghayati hidup bakti. Kontemplasi-aksi menjadi tantangan. Entah dalam doa, entah dalam karya, tindakan, aku menghayati kesatuan dengan Allah.
Kontemplasi-aksi bukan dua hal yang bertentangan. Itulah Reliogius-Rasul: menemukan Tuhan dalam segala dan segala dalam Tuhan. Melihat realitas hidup dengan mata Tuhan. Menjadi instrumen-Nya, intim, Dia hidup dalam hidupku.
Kita perlu ingat kembali akan identitas kita sebagai religius. Seorang religius harus mengikatkan diri kepada Allah berulang-ulang. Tujuannya supaya akrab, intim bersatu dengan Allah. Penghayatan kontemplasi aksi membuat kita terus bersatu dengan Allah. Doa yang benar menggerakkan ke aksi yang benar. Aksiku yang benar menggerakkan aku untuk berjumpa lagi dengan Tuhan secara personal, bahkan memperdalam hidup doaku.
Aksiku itu adalah perwujudan, buah relasiku dengan Tuhan. Doa/perjumpaan dengan Tuhan menghasilkan buah/aksi.
Baca juga: 14 Tahun di Biara Rubiah Flos Carmeli: Tuhan tidak Bersembunyi di Meja Cuci
Menemukan Tuhan dalam segala hal
Doa adalah perjumpaan kasih dengan Tuhan. Tidak harus selalu formal, tidak terikat selalu pada tempat dan waktu tertentu, tidak terpisah dari kegiatan rasuli. Kita dapat berjumpa dengan Tuhan bersamaan dengan terlibat dalam tindakan kasih.
Hidup doa (kontemplasi) sebenarnya tidak terpisah dari aktivitas (aksi) kita. Allah dapat ditemukan dalam segala. Allah “tinggal dalam ciptaan-Nya”. Karena Allah tinggal dalam seluruh ciptaan-Nya, maka Dia dapat dicari di sana.
Menemukan Tuhan dalam segala mengandaikan: dapat berjumpa Tuhan secara amat pribadi. Tuhan kita bukan Tuhan yang jauh, tetapi Tuhan yang sangat dekat dan membuka diri-Nya kepada kita. Ia ada, bekerja dalam segala.
Dia adalah Allah yang peduli. Dia adalah Allah yang terlibat secara mendalam, tidaka hanya dalam seluruh peristiwa di dunia, tetapi juga dalam seluruh hidup pribadi kita. Diperlukan kepekaan hati, sikap syukur, dan terima kasih terhadap anugerah yang kita terima setiap hari, dengan menyadari bahwa Allah senantiasa hadir di balik setiap anugerah. Dia adalah Allah yang selalu memberi, mengomunikasikan diri dan menarik kita kepada-Nya, secara proaktif dan sadar menemukan-Nya dalam relasi antarmanusia, terutama dalam mereka yang menderita.
Baca juga: Tuhan Hadir di Rangkaian Bunga Biara Flos Carmeli Batu
Belajar dari Yesus
Yesus selalu berkeliling menyusuri Galilea. Ia menyembuhkan orang sakit. Ia dikerumuni pengemis. Ia sering lelah karena didesak-desak orang banyak. Ia juga berdoa dalam keramaian. Sehati seperasaan dengan Bapa, “Yang melihat Aku, melihat Bapa”.
Yesus meski pribadi yang aktif-kontemplatif, tetap rendah hati, melatih diri, pergi ke tempat sunyi untuk berdoa saja dengan Bapa-Nya, memersatukan diri dengan Bapa. Yesus sungguh-sungguh kontemplatif, bersatu erat dengan Bapa, melihat Allah dalam segala-galanya, melihat dunia dengan mata Allah. Buahnya: Ia menerima, mengampuni, membela mereka yang menderita, yang mengkhianatinya.
Belajar dari Maria
Gambar indah tentang watak Maria dapat kita lihat dalam pesta nikah di Kana. Mereka yang hadir tak ‘melihat’ kesulitan yang ada. Hanya Maria yang melihat secara keseluruhan, dapat mengerti dalam sekejap mata dan menyadari apa yang sedang terjadi. Inilah semangat kontemplatif Maria, kado pemberiannya sendiri, yakni kemampuan untuk memerhatikan yang detil-detil.
Bagaimana doa kontemplatif dapat dipraktikkan?
Doa itu harus muncul dari lubuk hati keberadaan kita karena kesadaran akan Keilahian terpatri dalam setiap hati manusia. Namun kesadaran ini sering terkubur di balik tembok tebal keterserapan hati pada satu hal dan ketakutan, kesadaran itu ada di sana.
Untuk memertahankan hidupnya kesadaran, memupuk kedekatan dengan Allah diperlukan ketertiban hidup dan waktu. Kita memerlukan waktu juga untuk kedekatan kita dengan Allah: waktu untuk berdiam, waktu untuk mendengarkan, waktu untuk merasakan cinta-Nya, waktu untuk menyadari kuasa cipta dan penyembuhnya.
Disiplin dan komitmen
Kehidupan roh menuntut disiplin dan komitmen. Hidup roh bukanlah suatu hobi, melainkan merupakan pusat keprihatinan hidup kita. Ini harus mendapatkan prioritas dalam hidup berdisiplin. Doa harus senantiasa ditekuni. Bukan hanya doa formal seperti: rosario, novena, ofisi, misa yang sudah bergulir begitu saja. Dunia kita memerlukan orang-orang yang mengenal Allah bukan hanya dari katekismus dan buku pegangan, melainkan yang memiliki relasi pribadi dengan Allah, memiliki kesadaran pribadi, sehingga mampu mengalirkan damai Allah.
Pemeriksaan batin
Ini adalah salah satu cara berdoa yang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang aktif di tengah dunia. Doa seperti ini dapat membantu meningkatkan kesadaran batin kita untuk menangkap kehadiran Allah dalam hiruk-pikuk kesibukan kita. Doa semacam ini juga dapat membuat kita makin peka akan kehadiran dan sentuhan-Nya dan bagaimana kita menanggapi-Nya dari hari ke hari.
Ada aneka cara pemeriksaan batin, antara lain: bersyukur atas segala rahmat/berkat; bercerita kepada Tuhan tentang pengalaman hari ini seperti seorang anak bercerita kepada ayahnya; menggunakan beberapa pertanyaan, seperti hal penting yang kubuat hari ini? Bagaimana aku telah menjadi alat kasih Tuhan kepada sesamaku? Siapa yang menjadi sarana perwujudan kasih Allah bagiku. Bagaimana aku memerlakukan sesamaku: sebagai alat saja atau sebagai seorang pribadi?
Tanda-tanda relasi intim/akrab
Itu antara lain: semacam ada ikatan batin, rindu, empati (tidak mau pisah dengan Dia). Makin mengalami, bahwa baginya Tuhan adalah satu-satunya teladan, pedoman hidup. Dia jalan, kebenaran, dan hidup. Tuhan sebagai’nilai’ tertinggi, mutlak. Buah-buahnya: Doa pribadi menjadi semacam kehausan batin. Semakin menjadi pribadi yang rendah hati, sederhana, berbelas kasih. Mengalami diri sebagai pribadi yang integral, mengalami kekuatan baru untuk kembali mengarungi, menggumuli hidup sehari-hari.
Terlibat dalam keprihatinan yang ada. Ia menjadi inspirasi bagi orang lain, ia mampu menghargai siapa pun. Tidak menjadi pribadi yang kompetitif negatif, provokator, bertopeng, sulit mendengarkan, otoriter. Ia tetap sabar berkanjang meskipun ‘dijauhi/dibenci’, tanpa balik membenci mereka. Ia tahu ke mana harus pergi memberikan hatinya yang luka. Pada pertemuan kedua, ada kesempatan untuk sharing dengan kelompok. Saya mendapat kesempatan untuk bersharing tentang panggilan hidup saya sebagai Suster kontemplatif Karmel.
Hari ini adalah hari Ulang Tahun Ibu Lanny Hariyani yang bekerja di Sekretariat. Saya sempat memberi kartu sederhana atas nama peserta kursus medior.