Jumat, 25 November 2016
MATERI hari ini tentang Kepemimpinan Komunitas Hidup Bakti yang diberikan oleh Br. Anton Karyadi FIC. Kepemimpinan dalam arti yang paling mendasar adalah masalah dan tugas setiap orang. Setiap orang suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar harus menjalankan suatu kepemimpinan. Paling tidak, kepemimpinan atas diri sendiri.
Setiap saat setiap orang harus menentukan suatu pilihan. Seseorang hanya dapat memimpin orang lain dengan baik, bilamana sudah dapat memimpin dirinya sendiri. Kepemimpinan, pertama-tama berkaitan dengan masalah mengarahkan, membuat pilihan, dan mengambil keputusan.
Baca juga: 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Melihat Sejarah Kepedihan Hidup bersama Tuhan (19)
Untuk menjadi pemimpin komunitas hidup bakti yang baik menurut Br. Bernardus Hoecken, orang perlu memiliki keutamaan-keutamaan berikut:
- Rendah hati: Sederhana dan menganggap ndoro pelayan dari semua. Biarlah yang terbesar di antara kamu menjadi pelayan dari semuanya. St. Vincentius a Paulo mengatakan, “Seorang pemimpin harus tidak menunjukkan dia sebagai Pemimpin. Adalah salah mengatakan itu supaya dapat memerintah dengan baik dan memertahankan kekuasaannya. Orang harus membiarkan diri dikenal bahwa dia adalah pemimpin. Yesus, dengan kata-kata-Nya dan contoh-contoh-Ny telah mengajar kita.”
- Teladan baik: Pemimpin harus memandang dirinya sendiri sebagai lampu yang tidak diletakkan di bawah gantang, untuk dilihat semua orang. Maka seorang pemimpin: hendaknya berkelakuan baik; tidak dijiwai semangat duniawi dan penuh egoisme; dijiwai semangat religius yang benar; dalam segala sesuatu hanya mencari kehormatan Allah dan keselamatan anggotanya.
- Cinta terhadap anggotanya: Tak ada yang lebih perlu untuk memimpin komunitas daripada cinta kasih. Cinta kasih harus menjadi penggerak segala tindakan pemimpin. Cinta kasih juga terwujud dalam mendengarkan penuh perhatian, menghargai setiap orang, tidak membeda-bedakan orang, memerhatikan mereka yang lemah.
- Saleh dan suci: Seorang pemimpin harus merupakan api yang menerangi dan memanaskan. Harus memersatukan para anggota dengan Tuhan. Maka kata-katanya, karyanya, dan segala tingkah lakunya harus bersifat Ilahi. Maka seorang pemimpin harus rajin berdoa, renungan, meditasi, pemeriksaan batin, dan kunjungan kepada Sakramen mahakudus, atau berdoa rosario. Maka Allah yang Mahabaik akan memberkati segala usahanya.
- Sikap hati-hati: Salah satu sifat yang paling cocok dan yang paling perlu bagi seorang pemimpin, yakni sikap hati-hati atau penuh pertimbangan. Pemimpin selalu berjalan di jalan yang benar dengan memegang konstitusi. Dalam berkata, bersikap, bertindak pemimpin harus berdasarkan pertimbangan hati yang bijaksana. Tidak menyalahgunakan kepercayaan dari anggota.
- Kelembutan hati: Pemimpin harus memiliki hati yang tenang, sabar, tenteram agar segala tingkah lakunya diwarnai dengan kelembutan hati. Jika memerintah, baiklah dengan kata permohonan. Pemimpin yang lembut hati akan menguatkan bagi anggota yang sedang kacau. Lembut dalam kata, sikap, dan perbuatan. St. Yohana Fransiska pernah menulis, “Cara yang terbaik untuk memimpin dengan hasil yang baik ialah dengan lembut, rendah hati, dan kesabaran.”
- Keteguhan: St. Vincentius à Paulo mengatakan, “Tak ada yang lebih merugikan suatu komunitas, daripada seorang pemimpin yang terlalu lemah, yang suka menyenangkan orang lain dan mencari-cari cinta para anggota komunitas itu. ”Seorang pemimpin sebagai wakil Yesus Kristus, harus dijiwai kebaikan dan keteguhan hati.
- Kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan: Para pemimpin telah diangkat Allah untukk mengajar, membimbing, memeringatkan, dan menegur para anggota untuk menjadi orang yang hidup menurut keinginan hati Yesus Yang Mahakudus. Mereka harus mempunyai kepintaran, kebijaksanaan, dan pengetahuan, pengalaman, berwawasan luas, dapat mengikuti perkembangan zaman.
- Giat dan tabah: Pemimpin tidak pernah takut akan kesukaran, pekerjaan berat, atau pengurbanan. Seorang pemimpin harus giat, bersemangat dalam bekerja dan memelihata Konstitusi serta segala aturan yang sudah disepakati bersama, baik dalam hidupnya sendiri maupun dalam hidup para anggota. Pedomannya ialah Kehendak Allah yang suci dan keselamatan jiwa-jiwa. Demi keselamatan mereka itulah, ia rela menderita dan sabar. Pemimpin tidak boleh gelisah, risai, tak percaya diri dalam menghadapi masalah.
- Kepercayaan: Seorang pemimpin harus menaruh kepercayaan yang mantap kepada Tuhan, betapa pun sulitnya perkara-perkara yang harus dihadapinya. Jika ia melakukan apa yang dianggapnya terbaik bagi kehormatan dan kemuliaan Allah, hendaklah ia menaruh seluruh kepercayaan kepada Tuhan. Percaya kepada kedewasaan anggotanya. Ia berani memberikankepercayaan, yaitu ruang gerak dan kebebasan anggota, sehingga dapat berkembang menurut citra Allah. Ia memungkinkan setiap orang dapat berkembang sesuai dengan dirinya, panggilan, dan perutusannya. Buah dari kepemimpinan ini adalah komunitas yang indah dan damai.