Minggu, 16 Oktober 2016
HARI libur kedua ini, teman-teman kursus merencanakan ingin berkunjung ke Pertapaan Trappistin (OCSO) di Gedono, Salatiga. Saya tidak berangkat bersama teman-teman kursus, karena mantan murid saya menjemput saya. Ia datang bersama suami dan putrinya yang kedua. Kami berempat mengikuti misa di Gedono. Karena itu hari Minggu kedua, sangat banyak tamu yang datang untuk menghadiri misa di biara ini, sehingga penuh sesak.
Kami berempat tidak mendapat tempat duduk di kapel, tetapi di samping kiri kapel. Saya sempat berjumpa dengan beberapa teman kursus. Mereka hanya berkunjung, jadi tidak mengikuti misa, karena mereka masih akan menikmati keindahan kolam renang di Kopeng. Cukup lama mereka di sini.
Setelah usai misa, kami sempat mampir ke toko dan membeli beberapa kue. Oleh mantan murid, saya diajak makan Ronde Jago yang cukup terkenal di Salatiga. Letaknya di dalam pasar. Ketika kami sampai di tempat ini, ternyata masih belum buka. Kalau hari Minggu, warung ini baru buka pkl. 13.00. waktu kami datang sudah ada beberapa pembeli yang juga menunggu bukanya Warung Ronde Jago ini.
Kami datang masih terlalu ‘pagi’ baru pkl. 12.45. Jadi menunggu 15 menit, yang bagi saya lumayan lama juga, belum lagi udara begitu panasnya. Jujur saja waktu itu saya ya merasa heran, koq siang-siang maah mengajak makan ronde. Padahal ronde itu paling enak dan nikmat dimakan kalau udara dingin. Ternyata memang enak Ronde Jago ini, pantas saja yang membeli sampai antri tempat duduk.
Senin, 17 Oktober 2016
Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, saya bangun pkl. 04.00, lalu mandi. Setelah itu saya mendoakan Ibadat Bacaan dilanjutkan dengan dua bacaan. Pkl. 05.30 doa Ibadat Pagi bersama komunitas kecil saya di ruang samadi. Yang hadir hanya empat teman, sedangkan tiga teman lain tidak hadir, meskipun demikian kami tetap doa bersama.
Materi hari ini masih melanjutkan tentang Keluarga Asal dan Inner Child. Hari ini secara khusus bicara tentang Inner Child.
Baca juga: 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Pribadi Dipengaruhi Latar Belakang Keluarga (10)
Seorang psikiater Swiss, Carl Gustav Jung, yang mengembangkan psikologi individual, mengatakan, bahwa di dalam diri kita ada ‘anak kecil’, bagian dari diri kita yang tidak pernah menjadi besar. Kita perlu memerhatikan ‘Si Kecil’ ini, karena keberadaan ‘Si Kecil’ dapat memengaruhi relasi-relasi dan kematangan mental atau kepribadian kita.
‘Si Kecil’ adalah bagian dalam diri kita yang belum berkembang menjadi dewasa, kehadirannya terasa bila kita mengalami perasaan-perasaan tertentu. Kehadiran ‘Si Kecil’ di dalam diri kita kadang-kadang tampak dalam: salah ucap atau lupa; lewat perilaku yang menolak merefleksikan diri; keinginan untuk mempunyai bayi lewat kelahiran atau adopsi; beberapa orang suka memelihara binatang peliharaan sebagai ungkapan’ Si Kecilnya’. Binatang peliharaan itu menjadi pengganti ‘Si Kecil’ di dalam diri orang itu; muncul dalam mimpi.
Jung mengatakan ‘Si Kecil’ perlu dilahirkan dalam masa kanak-kanak baru. Orang dewasa sering membungkan suara anak kecil; perasaan tidak boleh diungkapkan.
Membentak membunuh sel otak anak
Akibatnya sifat-sifat Si Kecil yang hidup itu, yakni sifat ingin tahu, spontanitas, kemampuan merasa, semuanya disembunyikan. Dalam proses mendidik anak, orangtua sering membuat anak menjadi seperti dirinya, sebagai orangtua. Sifat Si Kecil yang indah dan bagus dirusakkan. Si Kecil merasa tidak aman, maka ia bersembunyi di bawah. Menekan apa yang diinginkan dan dirasakan.
Perkembangan anak dihentikan bila perasaannya ditekan, terutama perasaan kemarahan dan sakit hati. Maka ia menjadi besar dengan seorang anak kecil di dalamnya yang merasa marah dan sakit hati.sikap Si Kecil di dalamnya itu memengaruhi seluruh sikapnya. Si Kecil terus-menerus berusaha mendapat perhatian kita, tetapi banyak di antara kita lupa bagaimana mendengarkannya.
Bila kita tidak memerhatikan perasaan-perasaan kita, itu berarti kita tidak mendengarkan anak kecil yang ada dalam diri kita. Bila anak kecil dalam diri kita tidak dapat keluar, kita kehilangan spontanitas dan semangat hidup. Akibatnya, kita menjadi lesu atau mengidap suatu penyakit. Bila Si Kecil tersembunyi, kita juga memisahkan diri dari orang lain karena orang lain tidak pernah melihat perasaan kita yang sebenarnya atau keinginan kita yang sesungguhnya.
Biarkan ‘Si Kecil” mengungkapkan dirinya
Supaya kita dapat menjadi manusia utuh. Si Kecil perlu dipeluk dan dibiarkan mengungkapkan diri. Biasanya orang yang diperlakukan kejam di masa kecilnya, cenderung memerlakukan orang lain dengan kejam pula.
Pola ini terulang. Kebanyakan sikap semacam itu berakar dari masa kecil, tetapi dapat juga sikap-sikap kurang baik merupakan salah didik. Bila seseorang dimanjakan waktu kecil, ia cenderung merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain. Ia merasa berhak untuk diperlakukan secara istimewa oleh semua orang dan menuntut itu. Mereka tidak pernah merasa salah, tidak bertanggung jawab dan selalu memersalahkan orang lain.
Sering Si Kecil berteriak minta tolong lewat penyakit. Pada saat itu Si Kecil paling membutuhkan cinta kasih dan belas kasih. Pada saat-saat kita menderita penyakit kronis atau merasa tidak puas, saat-saat itulah Si Kecil memerlukan pertolongan.
Tanda-tanda lain ialah: kecemasan, ketakutan yang berlebihan, suka marah-marah, kritis, cenderung kecelakaan, merasa bosan berkepanjangan atau depresi. Semua ini tanda-tanda bahwa Si Kecil dilukai.
Untuk mendekati Si Kecil, kita perlu memerhatikan beberapa hal:
- Membangun kepercayaan
Dunia orang dewasa tidak aman bagi Si Kecil, karena orang dewasa dapat kejam atau bersikap acuh terhadap anak kecil. Bila di masa lampau kita bersikap tidak baik terhadap Si Kecil dalam diri kita, mungkin Si Kecil tidak mau langsung percaya pada niat baik kita. Mungkin ia pada permulaan tidak mau dipeluk atau didekati. Mungkin juga ia menunjukkan sikap ragu-ragu dan takut. Bila demikian, kita harus sabar membangun kepercayaan dalam dirinya.
- Menunjukkan sikap hormat, menerima, terbuka, dan cinta kasih
Bila kita menunjukkan sikap-sikap tersebut, maka ini akan memupuk rasa kepercayaannya. Yang kita jumpai itu anak. Jadi biarkan dia merasa dan bicara seperti anak. Biarkan dia menulis dan menggambar seperti anak. Kalau Si Kecil tidak merasa aman, ia akan masuk kembali dan bersembunyi.
- Menghormati Si Kecil berarti membiarkan dia seadanya
Kalau ia mengatakan bahwa ia tidak bernama, terimalah dia. Mungkin namanya berubah-ubah, mungkin kali ini ia datang sebagai yang berumur 3 tahun, lain kali berumur 10 tahun. Terimalah dia seadanya.
Di dalam diri kita ada juga ‘Orangtua’
Orangtua dalam diri kita ini belajar dari orangtua kita sendiri. Bila orangtua kita baik, maka orangtua dalam diri kita itu juga baik. Tetapi apabila orangtua kita kurang memadai waktu kita kecil, maka kita sulit mengerti apa itu hubungan sehat antara orangtua dan anak. Sebab itu orang yang dibesarkan dalam keluarga yang berfungsi kurang baik, sulit menanggapi kebutuhan Si Kecil. Maka Si Kecil dari orang dewasa seperti itu, sering marah atau sedih.
Tiga macam ‘Orangtua’
- Orangtua yang suka memelihara. Orangtua ini menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada Si Kecil.
- Orangtua yang melindungi. Orangtua ini muncul bila kita harus menghadapi dunia luar untuk memenuhi kebutuhan Si Kecil. Ia suka menentukan batas-batas, menuntut hak Si Kecil.
- Orangtua yang suka menegur atau memersalahkan. Ia merupakan bagian diri kita yang mau sempurna, bagaikan seorang majikan yang dengan kejam menuntut supaya kita ini sempurna. Ia suka membuat kita malu, mengecilkan kita dan menghilangkan kepercayaan diri kita.
Dalam diri kita ada juga Si Kecil yang suka bermain. Ia memiliki kemampuan untuk bergembira, sennang hidup. Ia menyukai hal-hal yang sederhana, seperti berlari-larian, main di pantai. Si Kecil yang kreatif ini menolong kita menjadi orang dewasa yang berhasil dalam usaha. Memang, kita perlu bekerja keras dan tekun.
Dalam diri kita tinggal Si Kecil yang rohani. Bayi kudus, bayi tercinta, bayi yang tak bersalah dan hidup dalam cinta kasih. Ia menolong kita menyerah kepada Allah yang hidup dalam diri kita karena ia melihat dengan hatinya. Si Kecil yang rohani itu bicara dalam keheningan batin kita. Ia bicara dengan kata-kata yang sederhana, dengan jelas dan kebijaksanaan tanpa batas.
Bila kita menyembuhkan Si Kecil, kita menemukan Si Kecil yang rohani ini menunggu dalam hati kita. Si Kecil yang rohani mengetahui kebenaran, bahwa ia ada karena sumber cinta Ilahi yang tidak terbatas. Si Kecil yang rohani ini muncul dalam macam-macam cara. Ia ditemukan dlam renungan, dalam doa, dalam kontemplasi. Kita merasa kehadirannya bila kita sedang menikmati malam yang berbintang, atau pemandangan yang indah dari puncak gunung. Si Kecil yang rohani ini membuat kita kagum akan keagungan langit dan kedalaman samudra.
Melihat ke belakang
Kami disuruh menggambar anak kecil dalam diri kami dengan tangan kiri, lalu melakukan dialog dengan Si Kecil dalam diri kami. Saya dewasa menulis dengan tangan kanan, sedangkan Si Kecil menulis dengan tangan kiri. Selain itu kami juga disuruh mengungkapkan hal yang menyedihkan atau luka batin yang dialami waktu kecil. Setelah itu menulis surat kepada Si Kecil.
Ada beberapa teman yang mensharingkan masa kecilnya, yang cukup menyedihkan juga. Kami merasa terharu mendengarkan sharing pengalaman mereka. Ada beberapa yang masih berjuang untuk mengatasi luka batin/pengalaman pahit di masa kecilnya. Kami menjadi semakin terbuka satu dengan yang lain, sehingga kami semakin merasa dapat mengenali teman-teman yang lain.
thanks for info