70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Tetap Sehat dan Berteriak Kencang sebagai Katarsis (13)

0
696 views
Ilustrasi (Courtesy of Gorski)

Jumat, 21 Oktober 2016

Sebenarnya hari ini, saya ingin membolos  olah raga, karena tangan kanan saya terasa sakit sekali sebagai dampak  bermain bulutangkis hari Rabunya. Namun, saya juga ragu-ragu membolos, karena nantinya pastilah teman-teman akan bertanya:mengapa saya tidak hadir?

Akhirnya, saya kembali mengikuti olah raga yoga, dan untuk selanjutnya saya tidak beralih ke olah raga lain sampai hari terakhir.

Hari ini, kami mendapat materi tentang Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan oleh Tim dari RS Elisabeth Semarang. Pertemuan pertama diberikan oleh dr. Inge. Ia membawakan materinya dengan kocak dan lucu, sehingga kami semua bersemangat mengikutinya. Banyak pertanyaan yang kami lontarkan kepada dr. Inge. Dibahas tentang kesehatan tengah umur di batas mana kami semua memang ada di kurun usia medior  saat ini.

Pertemuan kedua dilanjutkan oleh Pak Titus, spesialis gizi.

Berbeda sekali cara penyampaiannya dengan dr. Inge. Orangnya terlalu kalem dan tenang. Itu terjadi usai  santap siang dan masih dilanjutkan lagi sampai pkl. 15.00. Sebagian besar peserta kursus terdorong oleh ‘kebutuhan alam’ jadi mengantuk, termasuk saya, sehingga tak dapat lagi mengikuti materi yang diberikan oleh Pak Titus.

Dalam evaluasi, saya mengatakan tidak tepat memberikan materi pada waktu setelah makan siang karena kami sudah sejak pagi duduk di kelas. Dan itu tentu sangat melelahkan, sehingga terasa sia-sia saja, karena kami tak mampu lagi mengikuti materi ini dengan baik karena sulit untuk konsentrasi.

Malam hari setelah mengerjakan Buku Harian, dilanjutkan dengan adorasi dengan Pentakhtaan Sakramen Mahakudus. Seperti biasa sesudah makan malam kami mendapat lembaran Hari Tenang dan Evaluasi I Perjalanan Kursus Medior Gelombang 2016.

Baca juga:

Sabtu, 22 Oktober 2016: Nonton wayang wahyu

Kembali saya masuk dalam keheningan setengah hari. Selain itu juga mengerjakan evaluasi I. Hasil evaluasi ini harus kami kumpulkan kembali nanti malam sesudah makan. Memang ada beberapa usulan dari teman-teman tentang beberapa hal.

Hasil evaluasi ini dibahas bersama dan diberi tanggapan langsung oleh Br. Anton Karyadi, FIC selaku pimpinan di Rumah Khalwat Roncalli.

Dalam rangka Hari Ulang Tahun Paroki “Paulus Miki” yang kesekian kalinya,  paroki di Salatiga ini menggelar pementasan wayang wahyu semalam suntuk dengan dalang  seorang pastor MSF.   Kami yang berminat, boleh datang menonton  pergelaran wayang wahyu ini.

Berhubung sebelumnya terjadi turun hujan deras, tidak banyak yang berminat. Itu pun karena sebagian besar peserta kursus berasal dari luar Jawa, sehingga mereka tidak mengerti Bahasa Jawa. Namun bersama dengan keempat teman, saya ikut nonton wayang ini.

Kami berangkat pkl 21.00  dengan berjalan kaki, karena tempatnya tidak begitu jauh, meskipun juga tidak terlalu dekat. Kami hanya menikmatinya satu jam, setelah itu kami kembali ke Roncalli diantar dengan mobil oleh seorang Bapak yang memang menyediakan diri untuk mengantar suster-suster lain yang ikut hadir. Lumayan banyak biarawati lain yang menikmati pergelaran wayang wahyu ini.

Minggu, 23 Oktober 2016: Berteriak kencang sebagai katarsis

Hari ini, Br. Redemptus FIC mengajak para peserta kursus yang berminat untuk pergi mengunjungi hutan karet untuk kartasis. Kami berangkat sekitar pkl. 05.00. masing-masing peserta disarankan untuk membawa tongkat dari ranting-ranting pohon yang sudah tersedia, karena jalan menuju ke hutan karet menanjak. Selain itu, tongkat  juga  berguna membantuk  berjalan menuju ke tempat yang lebih tinggi. Kami yang sudah berumur medior ini tentu sangat terbantu bila membawa tongkat.

Meskipun Br. Redemtus hampir berusia 77 tahun, tetapi  ia masih mampu berjalan dengan tegap dan cepat. Kami yang jauh lebih muda malah sudah tertinggal lumayan jauh. Setelah sampai di hutan karet, kami disuruh berpencar dan dipersilakan untuk berteriak-teriak sebagai wujud kartasis, terutama bagi mereka yang sedang mempunyai beban atau masalah berat dalam hidupnya. Sebagian besar dari kami berteriak-teriak, namun ada juga yang tidak berteriak, termasuk saya karena memang saya tidak terbiasa berteriak.

Setelah kami berkumpul semua di atas, maka kami diajak menuju ke tanah lapang yang begitu luasnya, sehingga dari ketinggian ini kami dapat melihat  Rawa Pening. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Di sini kami banyak berfoto ria. Sekitar pkl. 07.15 kami sudah tiba kembali di Roncalli. Ada yang langsung sarapan, ada yang mandi dulu karena dalam perjalanan tadi sepatu kami berlumpur. Bagi saya terasa tidak nyaman makan dengan tubuh yang tidak bersih karena berkeringat dan berdebu. Usai mandi, barulah saya menikmati nasi goreng yang sudah dingin. Tinggal beberapa teman yang masih tinggal di ruang makan.

Mengunjungi keluarga suster

Hari ini saya diajak oleh Sr. Susana SPM untuk mengunjungi ayah, ibu, adik perempuan, dan keponakannya yang tinggal di Ungaran. Selain saya yang ikut, ada dua Bruder dan satu Suster lain.

Pukul 09.00 kami berlima dengan angkot menuju ke rumah keluarga Sr. Susana. Kami disambut dengan begitu ramah oleh kedua orangtuanya. Karena hari itu belum terlalu siang, oleh Br. Lukas, OFMCap kami  lalu diajak ke Semarang untuk menghadiri upacara pemakaman ayah angkatnya, yang tentu saja sudah dimulai. Ketika kami berlima sampai ke pemakaman, upacara belum selesai. Kami sempat berdoa dan juga menaburkan bunga. Tidak lama kami di sini, karena saat itu terjadi hujan yang tidak begitu deras. Setelah itu kami kembali ke rumah orangtua Sr. Susana.

Di tengah jalan kami melewati hutan karet, yang membuat kami ingin mengambil gambar di sini. Maka meskipun hujan, kami semua turun sambil membawa payung. Hujan bukan alasan bagi kami untuk memuaskan keinginan berfoto dengan latar belakang hutan karet. Selain itu, ketika kami menjumpai patung gajah yang amat besar dengan pose berdiri, maka kami pun tertarik untuk berfoto di sini.

Kami benar-benar menikmati perjalanan ini dengan hati yang bergembira. Sesampai di rumah, sudah disiapkan santap siang bagi kami. Dengan suasana penuh kekeluargaan kami makan siang bersama dengan mereka sambil dengan ‘gayeng ngobrol ngalor ngidul’. Menjelang sore hari,  kami berpamitan untuk kembali ke Roncalli. Sebelumnya kami foto bersama keluarga ini.

Liburan yang menyenangkan dan penuh keakraban. Kami semua bergembira.

Senin, 24-27 Oktober 2016

Selama empat hari materi yang kami terima, yaitu tentang Transformasi Diri yang diberikan oleh Rm. Martin Mariosa Kleruk MSF. Beliau berasal dari Kupang. Sebelumnya beliau termasuk tim staf di Roncalli. Sekarang bertugas sebagai Magister Novis MSF. Cukup menarik cara Rm. Martin menyampaikannya, sehingga kami pun mendengarkan pengajarannya tanpa merasa lelah. Ada beberapa cerita humor yang diselipkannya, selain juga sharing pengalamannya ketika masih kecil, yang menunjukkan adanya tranformasi diri.

Misalnya dulu ia  tidak pernah berani menyanyi,  karena merasa tidak percaya diri, meskipun suaranya bagus. Melalui latihan lama-lama menjadi berani untuk tampil menyanyi. Banyak bahasa gaul yang digunakannya. Rasanya pas kalau Rm. Martin mendapat tugas mendampingi para novis calon frater MSF.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here