Radikalisme dan Semangat Moderasi Beragama
Kenyataan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan keanekaragaman, seperti suku, budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama merupakan anugerah yang patut disyukuri. Juga harus dipelihara dengan baik serta menjadi sebuah kebanggaan bagi setiap warganya.
Sayangnya, kehidupan bersama di tengah keanekaragaman itu akhir-akhir ini sering diwarnai dengan isu-isu hangat tentang radikalisme yang mengoyak kedamaian dan persaudaraan dalam kehidupan bersama sebagai warga bangsa.
Di tengah situasi meningkatnya radikalisme itu ,semangat untuk mengembangkan gerakan moderasi beragama muncul sebagai salah satu upaya yang nyata untuk menjaga keutuhan bangsa.
75 tahun Seminari Menengah St. Paulus Palembang
Mengingat bahwa mengembangkan semangat moderasi beragama menjadi sebuah gerakan bersama yang sedang digelakkan oleh pemerintah, maka ini pun menjadi salah satu alasan sehingga tema ini mendapat perhatian khusus dalam rangkaian agenda perayaan Yubileum 75 tahun Seminari Menengah St. Paulus Palembang.
Seminari ini adalah lembaga pendidikan bagi para calon imam di wilayah Sumatera Bagian Selatan, meliputi Jambi, Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan.
Ada sejumlah kegiatan yang dikakukan untuk mendalami tema moderasi beragama. Mengawali pembukaan Tahun Akademi 2022-2023, pada 9 Juli 2022 yang lalu, para seminaris diajak untuk mendalami materi tentang “Membangun Dialog Beragama di Era Media Sosial dan Belajar mengenal Islam”.
Bersama Romo Stephanus Sigit Pranoto SCJ yang saat ini sedang menjalani program Doktoral di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Selanjutnya, pada 28 Agustus 2022, masih dalam rangkaian kegiatan yubileum, seminari juga mengadakan seminar yang dihadiri oleh ratusan peserta lintas agama dengan tema “Moderasi Beragama: Upaya Bersama Mempersatukan Bangsa untuk Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu adalah Mgr. Yohanes Harun Yuwono (Uskup Keuskupan Agung Palembang), Drs. H. Mal An Abdullah (Ketua FKUB Provinsi Sumatera Selatan) dan Romo Stephanus Sigit Pranoto SCJ.
Kunjungan persaudaraan ke Ponpes Ar Rahman Palembang
Pada Sabtu (15/10) lalu dan sebagai tindak-lanjut untuk membangun persaudaraan lintas iman dalam semangat moderasi beragama, sejumlah seminaris mengadakan kegiatan kunjungan persaudaraan ke Pondok Pesantren Ar Rahman Tegal Binangun Palembang.
Dalam kesempatan kunjungan ini para seminaris didampingi oleh empat orang pembina, yaitu Fr. Suko SCJ, Fr. Basilius, Sr. M. Vinsentia FSGM dan Romo Titus Jatra Kelana Pr.
Harapannya adalah demikian.
Yakni, agar melalui kegiatan ini seminaris sebagai calon-calon imam, pemimpin dan gembala umat masa depan juga memiliki kepekaan dan kesadaran. Tentang pentingnya membuka diri, membangun dialog, hidup berdampingan dalam semangat toleransi, meretas sekat-sekat perbedaan dan membangun persaudaraan dalam keberagaman tanpa kehilangan identitasnya.
Suasana akrab, bahagia dan penuh rasa persaudaraan begitu terasa.
Kompleks Ponpes Ar Rahman yang sejuk dan rindang dengan tanaman-tanaman besar menambah indah suasana pada perjumpaan itu.
Didampingi oleh sejumlah pimpinan Yayasan dan Pondok Pesantren Ar Rahman, Ustaz Syahrizal mewakili pimpinan dan warga ponpes mengungkapkan apresiasinya atas kunjungan para siswa seminari ke pondok pesantren ini.
Ustaz Syahrizal yang sejak awal juga ikut serta merintis hadirnya Ponpes Ar Rahman ini menyampaikan sebagai berikut.
“Pada hari ini merupakan suatu kebanggaan kami, bahwa saudara kami bisa bersilaturahmi dan melihat langsung bagaimana Pondok Pesantren Ar Rahman ini, kegiatannya, programnya. Mudah-mudahan ini membuat hal-hal yang bagus”, ungkapnya.
Ustaz yang ikut aktif dalam tim Pusat Rehabilitasi Narkoba Ar Rahman ini menyampaikan pesan berikutnya.
“Kami membuka ruang, terutama saat ini moderasi beragama memang sangat penting untuk menjaga keseimbangan, menjaga stabilisasi keberagaman bangsa dan negara kita. Pondok Pesantren Ar Rahman sangat menyambut sekali kunjungan seperti ini.
Mudah-mudahan kalau mungkin dapat ijin, kami pun nanti kalau boleh bisa berkunjung melihat sistem pesantrennya Seminari Menegah Santo Paulus”.
Hal senada juga disampaikan oleh Fahmi dalam sambutannya mewakili para santri.
“Kami senang atas pengalaman kebersamaan hari ini. Menurut saya pribadi, ini merupakan pengalaman pertama saya selama belajar di tempat ini dan mendapat kunjungan dari teman-teman siswa Seminari Menengah Santo Paulus Palembang.
Semoga ke depan dalam banyak kesempatan kita bisa saling bekerja sama,” ungkapnya.
Kesan para seminaris
Para seminaris duduk bersama puluhan santri Ponpes Ar Rahman menikmati aneka persembahan seni, di antaranya adalah puisi dan seni musik Hadrah yang khas dengan tabuhan bernuansa Islami.
Persembahan seni yang ditampilkan oleh para seminaris dan para santri seluruhnya mengangkat tema tentang pentingnya membangun persaudaraan dalam semangat persatuan, saling menghargai, saling menghormati dan menjunjung tinggi keberagaman kendati dalam perbedaan.
Selanjutnya, setelah pentas seni, didampingi oleh para pembina ponpes para seminaris pun mendapat kesempatan untuk berkeliling melihat kompleks Ponpes Ar Rahman. Di antaranya adalah mengunjungi Pusat Rehabilitasi Narkoba Ar Rahman – salah satu bagian karya ponpes.
Pusat Rehabilitasi Narkoba ini adalah salah satu pusat rujukan nasional bagi rehabilitasi para pecandu narkoba.
Selain di Ponpes Ar Rahman, rehabilitasi pecandu narkoba di Sumatera Selatan juga dilaksanakan di Lembaga Rehabilitas Narkoba Griya Anak Sayang (GAS) Nazareth Sukomoro yang dikelola oleh Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo, Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Palembang.
Kedua tempat rehabilitasi ini bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Selatan. Usai berkeliling, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan olahraga bersama.
Mario Fransyoh Negi Djapa mewakili seminaris mengungkapkan pengalamannya menjadi peserta kunjungan ini.
“Bersyukur saya diikutsertakan dalam kunjungan ke Pondok Pesantren Ar Rahman ini. Merupakan pengalaman berharga bagi saya, karena bisa merasakan toleransi dan persaudaraan yang sangat indah.
Sungguh semuanya di luar ekspektasi yang ada di benak saya. Kedatangan kami disambut dengan senyuman hangat dan kami diterima dengan baik”.
Lebih lanjut siswa kelas Poecis ini mengatakan sebagai berikut.
“Dengan adanya kegiatan ini kami dapat saling mengenal cara hidup masing-masing, dapat saling berbagi dan belajar satu sama lain, dan saling menghargai perbedaan di antara kami. Kami berjabatan tangan sebagai saudara, ada seulas senyum persaudaraan dan persaudaraan itu indah”.