DALAM Alkitab tidak ada bacaan tentang awal hidup Maria, tentang saat ia dikandung ibunya. Maka liturgi Hari Raya ini memilih bacaan lain namun tentang peristiwa yang berkaitan, yakni kabar malaikat tentang Yesus yang dikandung Maria dari Roh Kudus. Dalam kisah ini tampak dengan indah bagaimana rahmat sejak Maria dikandung akhirnya berbuah penuh dalam Maria yang rela mengandung Putra Allah.
Maria dua kali disalami oleh Malaikat. Ucapan salam pertama berbunyi, “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria disebut “yang dikaruniai” (kekharitõmenè, perfek) yang meliputi seluruh keberadaan dan hidup Maria yang dikaruniai “dari ujung ke ujung”, dari awal sampai akhir, dan bukan hanya di saat karunia kabar gembira ini.
Karunia kabar gembira itu baru disebutkan dalam sapaan malaikat yang kedua, ketika Maria dikatakan “beroleh karunia di hadapan Tuhan.”
“Beroleh karunia” (sesaat) menunjuk kepada karunia momen itu, karunia bahwa boleh mengandung seorang anak laki-laki yang harus diberi nama Yesus, dan yang juga akan disebut kudus, Anak Allah, karena dikandung dari Roh Kudus. Anugerah ini adalah momen yang paling istimewa dalam anugerah Allah yang meliputi seluruh hidup Maria. Dia ”yang telah dikaruniai”, “yang penuh rahmat”, “gratia plena”, memperoleh rahmat teristimewa, boleh mengandung dan melahirkan Yesus Kristus, Anak Allah.
Hari Raya Bunda Maria Terkandung tanpa Dosa ini mengundang kita untuk menyadari luasnya tindakan dan anugerah Allah juga dalam hidup kita sendiri. Panggilan hidup yang pernah dan sampai hari ini kita tanggapi, telah dipersiapkan Allah bagi diri kita jauh lebih lama.
Bahkan, kata Paulus: “Allah telah memilih kita sebelum menciptakan jagat raya.” Pentinglah kita menyadari dan selalu mengingat luasnya karya rahmat Allah dan akar terdalam panggilan kita. Itu akan meneguhkan kita untuk menjalankan perutusan kita dengan setia di tengah tantangan apa pun.