80 Orang Ikuti Prosesi Pembaharuan Pembaktian Diri Monfortan

0
140 views
Sebanyak 80 orang lebih dari berbagai kota di Indonesia mengikuti selebrasi iman di Kapel Susteran Ursulin di Jl. Juanda, Jakarta Pusat, untuk Prrogram Pembaharuan Pembaktian Diri Monfortan. (Louis Djangoen)

SEBANYAK 80 orang lebih hadir di Kapel Santa Maria jalan Juanda Jakarta hari Sabtu, 26 April 2025. Mereka datang dari wilayah Jabodetabek, Bandung, Pemalang, bahkan Labuan Bajo untuk melakukan janji pembaktian diri kepada Allah; dengan perantaraan Bunda Maria.

Janji dilakukan di depan altar di hadapan Romo Antonius Tensi SMM, Provinsial Serikat Maria Montfortan (SMM) didampingi Romo Lukas Dirman SMM. Pengucapan janji bakti ini dilaksanakan sebelum pesta peringatan Santo Louis-Marie Grignon de Montfort setiap 28 April.

Puncak penghayatan

Pembaktian Diri adalah sebuah puncak penghayatan oleh mereka yang tergabung dalam Perserikatan Maria Ratu Segala Hati (PMRSH). Mereka mengalami proses spiritual selama setahun melalui pembelajaran antara lain tentang spiritualitas Louis Marie de Montfort, Mariologi, relasi Bunda Maria dengan Yesus, rekoleksi hingga retret.

Santo Louis-Marie Grignon de Monfort. (Ist)

Tumbuh berkembang

PMRSH tumbuh subur dalam 7 tahun terakhir terutama di Flores, Jawa Barat, Jabodetabek, Kalimantan Barat. “tiap tahun ada sekitar 200-300 orang yang membaktikan diri di beberapa keuskupan”, ujar Romo Lukas SMM, koordinator PMRSH Bandung dan Jabodetabek.

PMRSH didirikan tanggal 25 Maret 1899 oleh Mgr. Thomas Duhamel, Uskup Agung Ottawa-Kanada, sebagai wadah penguatan hidup kristiani para awam, religius dan imam. Dalam wadah ini setiap anggota ikut mengambil bagian dalam jalan rohani yang diwariskan Santo Louis-Marie Grignon de Montfort (1673-1716), Orang Kudus dari Perancis.

Santo Montfort dikenal sebagai seorang misionaris yang dalam Roh Kudus berkobar-kobar mencari dan melayani Yesus, Sang Kebijaksanaan yang hidup dalam Maria.

“Pembaktian Diri ini lebih dari sekedar devosi Maria biasa yang dikenal umat di banyak tempat. Kekhususan Pembaktian Diri adalah penyerahan dan persembahan diri secara total akan kasih Yesus kepada kita melalui keteladanan dan pelayanan Bunda-Nya: Maria.

Bakti sejati setiap anggota harus ditampakkan dalam keseharian hidupnya: melayani, jujur, mengamalkan cinta sesama. Maka setiap anggota PMRSH akan menjadikan hidup dan ajaran Santo Montfort dan penghayatan iman Bunda Maria  sebagai inspirasi dan bagian utuh hidup kristiani mereka melalui Terang Roh Kudus Allah,” demikian pesan Romo Anton Tensi SMM.

Ia juga menegaskan bahwa organisasi PMRSH resmi di bawah koordinasi SMM dunia dan Provinsialat SMM Indonesia.  

Penulis bersama Provinsial Serikat Maria Monfortan Romo Anton Tensi SMM. (Ist)

Ngobrol bareng Montfortan

Sebelumnya, sejak pagi hari peserta yang antara lain mewakili komunitas PMRSH, Kelompok Belajar Santo Montfort dan Legio Mariae itu mendapatkan pembekalan dari Romo Provinsial SMM dan ngobrol bareng kedua pastor yang datang dari komunitas Seminari Tinggi SMM Malang dan Bandung.

Kelompok Belajar (KeJar) adalah sebuah gerakan umat dari berbagai tempat yang belajar tentang spiritualitas Santo Louis de Montfort melalui zoom dalam bimbingan para imam SMM.

Sebuah lukisan memperlihatkan betapa Paus Johannes Paulus II punya jiwa dan semoangat devosional besar kepada Bunda Maria. (Ist)

Legio Mariae

Sedangkan Legio Mariae yang sudah mengakar dan tersebar dalam banyak presidium di berbagai Paroki dan Keuskupan adalah juga komunitas dunia yang tumbuh dari semangat mencintai Bunda Maria secara militan.

Santo Louis-Marie Grignon de Montfort senantiasa dimintakan doanya saat legioner mendoakan tessera setiap saat.

Pada kesempatan rekoleksi sehari ini, peserta mendapatkan penjelasan tentang spiritualitas, serta komunitas-komunitas yang tumbuh dari semangat pelayanan Santo Louis-Marie Grignon de Montfort hingga nilai-nilai yang juga diserap Gereja Universal.

Paus Yohanes Paulus II yang dikenal memiliki devosi kuat terhadap Bunda Maria telah mengutip pemikiran Santo Montfort dalam ajarannya.

Menurut Paus Johannes Paulus II, Santo Louis-Marie Grignon de Montfort mengantar kita ke dalam inti misteri-misteri yang mendasari pertumbuhan iman yang menghasilkan buah. Dan itu secara eksplisit dituangkannya dalam Ensiklik Redemptoris Mater (25 Maret 1987):

“… di antara banyak saksi-saksi dan guru-guru spiritualitas Maria, kami hendak mengingatkan kembali tokoh Santo Louis-Marie Grignon de Montfort, yang mengusulkan pembaktian diri kepada Kristus melalui tangan Maria sebagai sarana yang berdayaguna bagi umat kristiani untuk menghayati janji-janji baptisnya dengan setia”.

Totus Tuus (segalanya bagimu) yang menjadi motto pelayanan Karol Wojtila sebagai Uskup Keuskupan Agung Krakow di Polandia hingga menjadi Paus (1978-2005) bersumber dari ajaran Santo Marie-Louis Grignon de Montfort ini.

Uskup Keuskupan Sintang pertama adalah seorang imam religius Serikat Maria Monfortan (SMM): Mgr. Lambertus van Kessel SMM. (Wiki)

Uskup Keuskupan Sintang pertama

Tarekat religius SMM masuk ke Indonesia melalui SMM Provinsi Belanda tahun 1939 di Kalimantan Barat. Karya mis SMM di Indonesia ini terjadi atas permintaan Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap).

Serikat Maria Montfortan (SMM) ini kemudian aktif dalam pembentukan Prefektur Apostolik Sintang (1948). Beberapa tahun kemudian, statusnya berhasil meningkat menjadi Vikariat Apostolik (1956) hingga menjadi Keuskupan Sintang. Mgr. Lambertus van Kessel SMM adalah Uskup Keuskupan Sintang pertama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here