90 Tahun Harry Tjan Silalahi SH: Jengkel Kecewa terhadap Hierarki Gereja, Ikut Dirikan CSIS Lawan Komunisme (1)

0
442 views
Program "Bincang-bincang Panjang" Titch TV di jalur YouTube dibesut bertepatan dengan ekaristi syukur dalam rangka merayakan HUT ke-90 tahun sosok guru politik nasional: Harry Tjan Silalahi SH (Titch TV/Budi Handoyo)

BULAN Februari 2024 ini, sosok guru politik nasional Harry Tjan Silalahi SH genap merangkai usia 90 tahun. Sebagai tanda syukur atas rahmat dan berkat kehidupan selama 90 tahun itu, maka digelarlah perayaan ekaristi di kampus Unika Atma Jaya Jakarta.

Bertindak sebagai imam selebran utama adalah Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo. Didampingi Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu Pr, dan Romo BS Mardiaatmadja SJ. Banyak kawan dan relasi lama Harry Tjan Silalahi menyempatkan diri datang menghadiri ekaristi syukur tersebut.

Undangan ekaristi syukur rayakan HUT ke-90 Harry Tjan Silalahi SH. (Ist)

Program “Bincang-bincang Panjang” Titch TV

Karena berhalangan datang, Titch TV bersama Sesawi.Net datang menyambangi rumah Harry Tjan Silalahi SH di bilangan Pondok Indah di Jakarta Selatan, Sabtu siang 24 Februari 2024 pekan lalu. Untuk mengisi Program “Bincang-bincang Panjang” Titch TV. Juga demi mengulik pernak-pernik kisah kehidupan sosok perjalanan hidup tentang sosok dan profil guru politik kelas wahid bernama Harry Tjan Silalahi SH.

Dari semula diprediksi hanya akan berlangsung 30 menit saja, ternyata wawancara Titch TV dan Sesawi.Net dengan Harry Tjan Silalahi SH berlangsung molor dan berkepanjangan. Sampai kurang lebih berlangsung tiga jam kurang sedikit.

Program “Bincang-bincang Panjang” Titch TV itu juga terjadi atas usulan dan gagasan Mas Subiyanto S. Pranjono, senior saya di Seminari Mertoyudan tahun 1976. Maka, wawancara ekslusif itu sengaja dibesut sebagai kemasan virtual talkshow untuk “merayakan” kisah kehidupan Harry Tjan yang penuh “warna-warni” sepanjang 90 tahun.

Interpiu tanpa jeda itu pun berlangsung seru. Karena setiap kali ada secuil kisah lama tentang perjalanan Republik Indonesia ini, Titch TV dan Sesawi.Net bisa menimpali Harry Tjan dengan komentar-komentarnya. Dikatakan dengan ikut menyebut nama-nama orang yang ikut menjadi “pelaku peristiwa” di balik sejumlah kisah lama yang menentukan perjalanan republik ini.

Tapi, obrolan mengasyikkan yang sangat panjang lebar itu pun hartu berhenti karena waktu. Pun pula, Harry Tjan Silalahi juga harus segera undur diri untuk makan siang dan kemudian siesta. Juga karena pada pukul 16.00 WIB, ia harus segera pergi ke kantornya di CSIS (Centre for Strategic and International Studies) di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk menghadiri ibadat mendoakan cucunya yang baru saja meninggal dunia.

The untold stories

Perbincangan super seru karena banyak “kejutan” the untold stories dengan Harry Tjan Silalahi itu kami tutup dengan makan siang bersama. Karena pas bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh, maka menu di atas meja makan sudah tersedia: lontong, sambel goreng ati ampela, opor ayam, ayam goreng, sayuran, buah-buahan.

Ikut duduk makan dan sebelumnya juga nimbrung dalam obrolan ngalor-ngidul itu adalah Eki, WNI dan sahabat Harry Tjan Silalahi. Eki sudah lama bermukim di New Zealand dan kini sudah menjadi seorang permanent resident di Sydney Australia.

Pernah gemes kecewa dengan hierarki Gereja

Yang menarik, obrolan panjang dengan Harry Tjan Silalahi SH itu juga menyentuh banyak peristiwa atau kondisi sosial-politik Indonesia di zaman arus perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru. Juga menyinggung tentang bagaimana sebagai aktivis gerakan politik waktu itu, Harry Tjan bersama sejumlah tokoh pemuda Katolik yang aktif di sejumlah ormas nasional sempat merasa “gemes”, sangat kesal dengan hierarki Gereja.

“Karena para uskup pada waktu itu -kalau diajak ngomong sana-sini tentang situasi politik nasional- dikesankan tidak dhong alias tidak mudheng dengan kondisi dan situasi sosial-politik nasional yang waktu itu butuh ‘respons’ cepat dan strategis,” ungkap Harry Tjan menjawab Titch TV.

Maka kemudian lahirlah antara lain CSIS (Centre for Strategic and International Studies) – sebuah lembaga think tank yang kiprah gerakannya telah banyak memberi sumbang sih pemikiran terhadap konsep jalannya pemerintahan Orde Baru di sejumlah kurun waktu masa pemerintahan Presiden Suharto (1967-1998). Tentu saja di tahun-tahun awal masa pemerintahan Pak Harto.

Tentang Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo saja, misalnya, Harry Tjan Silalahi SH juga blak-blakan bicara. Semula, katanya kepada Titch TV dan Sesawi.Net, ia mengakui dirinya kurang respek terhadap Kardinal Suharyo. Karena dinilai beiau itu terlalu amat “santun”. “Kurang sat-set bertindak, layaknya ‘cara bertindak’ para imam Jesuit pada umumnya,” ungkap Harry Tjan.

Program “Bincang-bincang Panjang” Titch TV di jalur YouTube bersama sosok guru politik nasional : Harry Tjan Silalahi SH, Sabtu 24 Februari 2024. Dibesut dan dikemas dalam rangka ungkapan syukur atas perjalanan hidup penuh warna-warni sepanjang 90 tahun. (Titch TV/Budi Handoyo)

Namun kemudian, Harry Tjan melihat sesuatu yang lain pada diri Kardinal Suharyo. Hingga akhirnya, Harry berterus-terang berani menyebut langkah kepemimpinan Kardinal Suharyo itu ternyata sungguh ciamik. Utamanya, dalam mengemban fungsi dan jabatan beliau sebagai pemimpin Gereja Lokal Keuskupan Agung Jakarta dan sebelumnya Ketua KWI.

Karenanya, Harry Tjan juga merasa terhormat dan berterimakasih, karena Kardinal Suharyo berkenan memimpin perayaan ekaristi syukur yang menandai HUT-nya ke-90 di kampus Unika Atma Jaya Jakarta, Minggu 11 Februari 2024. Dalam misa syukur itu, Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo didampingi oleh Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu Pr dan Romo BS Mardiaatmadja SJ – keduanya menjadi imam konselebran.

Romo Markus Syamsul Wanandi SJ, adik kandung tokoh guru politik Jusuf Wanandi dan pengusaha kondang Sofyan Wanadi, ikut hadir di deretan para tetamu undangan.

Bertemu dengan Romo Rudding SJ

Lahir dari keluarga besar berdarah Tionghoa asal Terban, Kota Yogyakarta, Harry Tjan mengaku belajar banyak dari sosok ayahnya – seorang mantri kesehatan yang gigih dan berjuang untuk menghidupi semua anaknya. Salah satu kakak Harry berprofesi menjadi dokter, namun sekarang sudah meninggal dunia.

Pada masa remaja yang penuh kenangan itulah, tanpa sengaja Harry Tjan lalu dipertemukan dengan Romo Rudding SJ yang kemudian praktis telah mengubah siapa dirinya. Namun terlebih, memberi pengaruh kuat pada implementasi iman ke-Katolik-annya, sikapnya terhadap hierarki Gereja.

Dan yang juga tak boleh lupa, Romo Rudding SJ -misionaris Jesuit Belanda dan Rektor Seminari Code Yogyakarta- maka perjalanan hidup Harry Tjan Silalahi SH bisa bertransformasi menjadi seorang umat Katolik yang jiwa kristianinya sangat militan dan hingga menjadi seperti pribadi Katolik seperti sekarang ini. (Berlanjut)

Baca juga: Harry Tjan Silalahi: IJ Kasimo Guru Politik, Romo Rudding SJ Mentor Spiritual Iman Katolikku (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here