SEPERTI bintang. Tidak ada negara seistimewa seperti Indonesia. Negara terdiri dari ribuan pulau. Ratusan adat-istiadat dan budaya.
Ini membuat kita saling berbeda. Perbedaan itu bisa diobok-obok, dijadikan bahan pertentangan. Perkelahian. Diadu domba.
Membuat kita bisa terpecah-pecah seperti pada praktik devide et impera zaman dahulu. Pecah belah dulu, baru kemudian dikuasai.
Pancasila
Syukurlah pendiri bangsa ini menemukan Pancasila. Di mana perbedaan tidak dihilangkan. Tidak dilenyapkan. Tetapi disatukan, menjadi kekayaan.
Perbedaan itu seperti bintang-bintang di langit. Sementara Pancasila bagaikan matahari yang begitu terbit, semua bintang menjadi tidak tampak.
Merayakan perbedaan
Kita bukan berarti lalu menjadi seragam. Perbedaan tetap ada, tetapi kita syukuri.
Perbedaan justru menjadi keharmonisan. Penuh perdamaian. Tidak ada satu pun bangsa seperti bangsa Indonesia; berbeda-beda tetapi tetap satu.
Itu dikatakan Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Yohanes Harun Yuwono sekaligus Administrator Apostolik Keuskupan Sufragan Tanjungkarang.
Disampaikan bertepatan pada Perayaan Ekaristi HUT ke-98 Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) di Gereja St. Andreas Rasul, Margo Agung, Lampung Selatan, Minggu, 26 Juni 2022.
Perayaan HUT itu sendiri mengusung tema “Perbedaan adalah Anugerah: Mari Menyatukan Hati dalam Kebersamaan Membangun Negeri”.
Lebih tua
WKRI merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di negara kita. Ternyata, usianya lebih tua dari keuskupan kita.
WKRI sudah akan berusia 100 tahun di tahun 2024 mendatang. Sementara, Keuskupan Tanjungkarang baru lahir tahun 1961.
Maka, uskup mohon agar anggota WKRI semakin dewasa dalam iman. Tidak ke-kanak-kanak-an yang memiliki sifat permusuhan. Akan tetapi, mewartakan kasih Allah.
Sehingga WKRI menjadi berkat bagi setiap orang. “Bangsa ini sangat membutuhkan keteladanan dari kaum senior,” tegas Uskup Yuwono.
Harapan
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) WKRI Provinsi Lampung Ellysabeth Sri Puryanti mengajak para anggota WKRI dari tingkat ranting hingga DPD memiliki komitmen tinggi.
- Dalam melaksanakan program kerja hasil Kongres dan Konferda.
- Dengan menyesuaikan kondisi di daerahnya masing-masing.
- Menjadi anggota dan pengurus WKRI dengan berazaskan asah, asih, asuh.
Ellysabeth berharap WKRI mampu menjadi organisasi yang mandiri, tangguh di dalam karya pelayanannya, tidak membeda-bedakan.
Juga selalu bersinergi dan terbuka dengan pemerintahan, lembaga, komunitas, dan organisasi kemasyarakatan.
Rangkaian kegiatan
Rangkaian kegiatan WKRI Keuskupan Tanjungkarang di usia ke-98 ini di antaranya menyelenggarakan baksos lintas agama, membersihan rumah-rumah ibadah, membagi takjil di masa puasa.
Juga berpartisipasi turut merayakan hari besar agama Islam, Budha, Hindu, Kristen, Konghucu, menghadiri pertemuan lintas agama.
Lalu membantu para korban banjir dan kebakaran dengan tidak membedakan suku dan agama dan demi pemeliharaan lingkungan berkegiatan membuat eco enzyme.
Acara ini dihadiri sekitar 200 orang.
Di antaranya, utusan cabang WKRI, Vox Point, Pemuda Katolik, OMK, Ketua Stasi, PMKRI, Thalitakum Keuskupan Tanjungkarang, para anggota senior WKRI
Usai Perayaan Ekaristi acara dilanjutkan di aula paroki dengan pemotongan tumpeng. Ada juga persembahan tari kipas dan kuda lumping.